Hari masih begitu gelap ketika Harras masih saja terjaga. Tidak tahu sudah berapa kali Harras melihat cetakan foto-foto yang ada ditangannya. Karena dirinya tidak di izinkan untuk memegang buku hitam tadi jika tidak ada Steve atau Jay, alhasil Harras hanya bisa melihat cetakan foto-foto yang ia sebarkan diatas meja.
Suara derit pintu mengalihkan pandangan Harras sejenak. Ia melihat Jake keluar dari kamar lalu duduk dihadapannya. Harras tidak ingin bertanya apapun, ia ingin Jake yang membuka diri lebih dulu padanya, walaupun sepertinya itu tidak masuk akal, mengingat apa yang telah dirinya lakukan selama bertahun-tahun pada pemuda dihadapannya ini.
"Uncle Han," panggil Jake, suaranya terdengar seperti orang yang tidak memiliki harapan.
Harras hanya menjawab dengan deheman, tanpa mengalihkan pandangan dari foto-foto yang berada diatas meja.
"Tempat persembunyianku selama beberapa hari terakhir adalah rumah masa kecil ku ketika masih ada Mama karena dulu sekali, salah satu kerabatku pernah mengatakan kalau Mama sebenarnya tidak meninggal, melainkan di sembunyikan di daerah sana..."
Harras hanya diam mendengarkan apa yang Jake katakan, walaupun kelihatan tidak peduli, sebenarnya Harras ingin sekali memeluknya dan mengatakan bahwa selama ada dirinya dan Sean, mereka tidak perlu khawatir lagi. Meskipun kesadaran ini sangat terlambat, tapi Harras ingin sekali untuk merubah keadaan tiga pemuda ini, terutama Jake. Ia sangat tahu betapa problematiknya keluarga Jake, terutama Jonathan Fraussie.
"Aku sempat cari info sedikit saat berada disana dan.. aku mendapat sebuah cerita yang mengatakan kalau Mama sempat di pasung oleh warga karena dianggap meresahkan. Tidak ada satu pun dari mereka yang mengetahui Mama, ngga ada satu pun Uncle... padahal dulu kita sering kesana. Padahal rumah masa kecil ku masih berada disana, tapi ngga ada satu pun dari mereka yang mengingat Mama.. mereka hanya menganggap Mama sebagai orang gila yang mengganggu hidup mereka... bahkan saat Mama dibawa oleh sebuah mobil yang menurut warga mencurigakan, mereka tidak menghentikannya dan membiarkan Mama dibawa oleh orang-orang tersebut... Apa pada saat itu Mama dijadikan..." suara Jake semakin bergetar setiap kali cerita yang di ucapkannya sangat berkorelasi pada Nyonya Fraussie yang menjadi korban perdagangan organ oleh suaminya sendiri.
Telinga Harras sudah tidak kuat mendengar cerita Jake, namun ia memilih untuk tetap memasang wajah datarnya. Sekilas, orang-orang akan berpikir bahwa Jake adalah seorang anak yang menjadi bahan iri-an bagi anak-anak seusianya yang lain. Wajah yang rupawan, kejeniusan, dan tubuhnya yang kuat, hampir semua hal yang di inginkan oleh Laki-laki ada pada dirinya. Melihat bagaimana kelamnya hidup Jake terkadang membuat Harras bersyukur akan hidupnya sendiri, terkesan kejam memang karena membandingkan penderitaan orang lain dengan dirinya, tapi begitulah manusia. Meskipun Harras berasal dari panti asuhan dan tidak mengenal orang tua-nya sejak kecil, dirinya mendapat limpahan kasih sayang yang cukup sejak kecil dari pemilik panti asuhan serta para suster.
"Uncle.. aku mau minta bantuan boleh?" pinta Jake.
Tatapan mata yang menyiratkan harapan itu sangat mengganggu Harras. "Apa?" tanya Harras masih tetap mengendalikan ekspresinya untuk tidak terbawa oleh suasana.
"Aku mau ketemu Papa-"
"Lo gila?!-"
"Aku tahu, aku tahu mungkin ini akan merusak rencana, tapi Uncle aku mohon... sekali ini aja, sekali ini aja aku mau ketemu Papa.. aku cuman mau tahu apakah Papa sebenarnya masih sayang sama aku atau ngga? Aku tahu perbuatan Papa salah, tapi bisa aja karena dia lagi tertekan, iyakan Uncle? Bagaimanapun Papa tetap Papa ku.."
Dalam hati Harras memaki dirinya yang tidak tega melihat permintaan Jake yang begitu tulus. Kenapa anak setulus ini harus mendapat orang tua sebejat Jonathan Fraussie?
"Okay, tapi ngga bisa besok. Lo harus tunggu gue atur semuanya dulu sama Sean. Sebelum ke Dungeon Ship, lo bakal ketemu sama bokap lo sesuai kemauan lo. Sampai saat itu, jangan melakukan apapun yang berhubungan dengan keluarga lo, paham?" Titah Harras.
Jake menganggukkan kepalanya. "Terimakasih Uncle," ucapnya.
Sebelum kembali ke kamar, Jake kembali berbicara pada Harras. "Jangan cerita ini ke Steve atau Jay ya Uncle, aku ngga mau ngeliat mereka sedih," pintanya.
Harras hanya menganggukkan kepala. Sejenak ia merasa persahabatan tiga pemuda ini mengingatkan dirinya dengan pertemanan dirinya dengan Sean dan Sandiaga dulu. Mungkin jika mereka bertiga tidak buta untuk mengejar kekayaan yang semu, mungkin saat ini, ketiganya sudah memiliki keluarga dan anak-anak yang sangat lucu seperti Jake, Steve, dan Jay.
***
🚨PENGUMUMAN🚨
Maaf banget buat reader ku... uploadnya selama ini dan sependek ini 🙏🏻😭🙏🏻
There is something in my real life yang harus aku prioritaskan, so.. untuk tahun ini bakal pending cerita sampai sini dulu ya... dan aku usahakan awal tahun depan series ini berlanjut lagi😭😭🙏🏻🙏🏻
But i promise, bakal selesaikan cerita ini! Keep my words readers!
Btw, buat kalian semua semoga happy dan sehat selalu! Love from author🫶🏻

KAMU SEDANG MEMBACA
B-SIDE
Детектив / Триллер"Kebahagiaan gue salah satunya berasal dari kalian." -Steve- "Kalian adalah keputusan terbaik dalam hidup gue." -Jay- "Gue rela melakukan apapun untuk kalian." -Jake- Ketika dalam semalam tiga sahabat mendapatkan apa yang mereka inginkan, namun dala...