Update lagiii yuhu! 🫰🏻🫰🏻🤍🤍
Kalo komennya jebol dalam sehari kayak kemaren, aku update lagie besokkk.. wkwk jadi rajin.. senang tidakkkk?
Aku minta tolong banget kalian vote ya 😭🙏🏻 vote jomplang banget ini soalnya 😭 tolong banget.
Kalo part ini tembus 3K vote sehari, BESOK UPDATE dan TIAP HARI!
3K vote dan 3K komen!
"Ayang!" Jaleo meraung-raung di depan pintu kamarnya. Nacia dengan tega menguncinya di luar. Tanpa bantal, tanpa selimut, tanpa guling juga.
Sungguh kejam sekali istri kecilnya itu. Padahal Nacia itu kecil loh. Pendek. Hanya sebatas pentilnya saja. Tapi kenapa bisa-bisanya kecil kecil begitu berhasil membuat Jaleo tak berkutik?
Kecil kecil cabe rawit!
Hasil dari kegilaannya di rumah Kiel tadi, membuat Nacia diam seribu bahasa. Apalagi saat di meja makan, Jaleo merajuk, ingin di suapi oleh Nacia, membuat Nacia setengah mati merasa kesal.
Jaleo benar benar keterlaluan. Bisa-bisanya pria itu bertingkah manja yang justru malah membuat Nacia gedeg ingin menampol kepala pria itu. Tak hanya Nacia yang ingin menampar Jaleo, Kiel, Ejan, Roman dan Khaezar juga saking muntab-nya melihat tingkah Jaleo, mereka langsung mengusir Jaleo dari acara makan malam.
"Yang, serius disini dingin." Jaleo mengetuk pintu berulang kali. "Maaf deh, Yang.. maaf.."
"NGGAK USAH PANGGIL AYANG AYANG! SANDIWARANYA DAH KELAR, YA!" Suara Nacia terdengar melengking dari dalam kamar.
Jaleo terkikik geli. Pria itu semakin gencar menggoda Nacia. "Apa? Nggak denger, Yang."
"SANDIWARANYA UDAH KELAR!" Nacia memekik kian keras.
"Apa apa? Nggak denger, Yang. Kurang keras. Ngomong apa? Aku cinta kamu, Kak Jaleo?" Begitu jahil Jaleo menggoda Nacia yang sudah berapi api karena emosi.
Jika dalam dunia kartun, maka saat ini Nacia sudah digambarkan dengan sosok yang berwajah merah karena emosi dan mengeluarkan asap dari telinga, hidup, bahkan sampai kepalanya sudah meledak.
Tak lama kemudian Nacia membuka pintu kamar. Gadis itu membawa penebah kasur, mengacungkannya tinggi di depan Jaleo.
"Gue udah sabar sabar in, nahan malu, nahan kesel, nahan emosi, makin dibuat emosi." Nacia mengacungkannya di depan Jaleo yang hanya bisa menelan salivanya dengan susah payah.
Mampus lo Jal. Mampus. Bini lo udah keluar nih tanduknya. Batin Jaleo, mengumpati dirinya sendiri.
Padahal Jaleo sudah hafal sikap emosi an Nacia dari kecil. Bahkan Jaleo hapal di luar kepala. Tapi memang menggoda Nacia sejak kecil adalah kegemarannya. Membuat Nacia emosi sampai menggebu adalah kesenangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Love
Romance"Yang gue suka itu adiknya, tapi kenapa yang nikahin gue malah abangnya?!" - Nacia Kanaya. *** Harusnya hidup Nacia bahagia. Menikah dengan laki-laki yang ia cintai, menua, dan memiliki anak. Namun tak pernah ia sangka, pria yang akan menikahinya...