Sehari bisa 3K vote? Keren banget loh 😭
Aku naikin dikit ya targetnya? Kan yg baca mulai makin banyak juga.. hehe, alhamdulillah.. kalo kalian semangat, ak juga jadi semangat soalnya 😍😍😺😺
Target 3.5K vote dan 6K komen ya 😋
Komen kalo mau jebol 20K aku juga ikhlas kok😋😍🫰🏻
Lamaan dikit, mau istirahat. Tapi kalo besok tembus, ya besok ak makin semangat update tiap hari 🤣
Baca ini sambil dengerin lagu Cardigan- Taylor Swift ya. Biar meresapi 🥹🥹
Jaleo berhenti sejenak untuk mengambil nafas panjang. Kakinya benar benar terasa sangat lemas, tapi di paksakan untuk tetap terus berlari cepat menuju rumah kayu.
Dan setelah sampai di depan rumah kayu, Jaleo bisa melihat dengan jelas, pintu rumah kayu yang terbuka, pantulan api yang menyala di dalam rumah terlihat jelas menerangi rumah itu. Tidak gelap seperti di bayangan Jaleo. Mengingat, saat mereka meninggalkan rumah kayu, obor obor di dinding batu itu padam. Dan Jaleo sudah tau, kalau Nacia tidak mungkin yang menyalakan api api itu. Nacia mana bisa?
Sudah pasti Dirga ada di dalam. Entah mengapa rasa sakit yang mendera di sekujur tubuh Jaleo lenyap seketika, saat api kemarahan menyeruak.
Langkahnya terasa begitu ringan. Pun kepalan tangannya yang sudah saling mengepal di sisi sisi tubuhnya. Seolah dengan ringan tangan ia akan menghajar Dirga habis habisan malam ini. Meskipun tubuhnya basah dengan tetesan air hujan, kakinya terluka dan berdarah karena sepatunya yang lepas saat Jaleo terpeleset, lalu baju dan celananya robek serta kotor, Jaleo seolah benar benar mendapat kekuatan untuk melangkah dengan enteng ke dalam rumah.
Pria itu masuk ke dalam rumah. Ia bisa melihat rumah itu nampak terang, tak segelap di luar. Dan kemudian langkahnya membawa Jaleo menuju ke lantai dua, dimana dia bisa mendengar suara Nacia yang tertawa.
Pintu kamar tidak lagi dibuka dengan pelan oleh Jaleo. Pria itu membanting pintu itu hingga engselnya terlepas. Dan dia bisa melihat Nacia terduduk di ranjang, dengan Dirga yang duduk di kursi kayu dekat jendela.
Di samping Nacia, di atas nakas terdapat mangkok dan juga gelas. Yang Jaleo tau, pasti itu perbuatan Dirga untuk mengambil hati istrinya bukan?
"Bajingan. Maksud lo apa!" Jaleo tak ragu untuk berlari menerjang Dirga sampai pria itu terjembab ke belakang.
Jaleo menarik kerah kaos Dirga. Matanya melotot dengan penuh kemarahan pada Dirga yang hanya memberi ekspresi acuh.
Nacia sontak berteriak keras, ketika melihat Jaleo yang seperti kesetanan mencengkeram kerah kemeja Dirga. "Kak?! Lo apa apaan sih?" Nacia menyibakkan selimutnya, berniat menghampiri keduanya.
"Diam di tempat Nacia." Perintah Jaleo dengan begitu tajam dan tegas.
Mana pernah sih Nacia mendengarkan Jaleo? Wanita itu malah menghampiri keduanya, namun belum sempat Nacia memisahkan keduanya, Jaleo lebih dulu meludahi wajah Dirga dan memberi bogeman mentah secara brutal ke wajah Dirga, lalu menendang perut pria itu berulang kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Love
Romance"Yang gue suka itu adiknya, tapi kenapa yang nikahin gue malah abangnya?!" - Nacia Kanaya. *** Harusnya hidup Nacia bahagia. Menikah dengan laki-laki yang ia cintai, menua, dan memiliki anak. Namun tak pernah ia sangka, pria yang akan menikahinya...