Keren banget loh 3.8K vote sehari? WOW 😍 komen tembus belasan ribu 🫰🏻🫰🏻🤤🤤
Hehe.. 4K vote dan 5K komen bisa lah ya? 🤤🤤
Aku mau beristirahat dlu.. tiap hari update masak?! Ish, keenakan kalian 😋😋 jadi biar lamaan dikit, tp kalo besok tembus, update juga sih WKWKWK
Tandai typo dan kalimat rancu!
Tetep baca sambil dengerin lagu Cardigan Taylor Swift ya!
Jaleo melangkah tanpa arah, tanpa alas kaki. Ia bisa merasakan tanah basah yang menyentuh kakinya, ia bisa merasakan angin malam yang menyerang tubuhnya. Dia bisa merasakan air hujan yang kian deras membasahi tubuhnya.
Jaleo pergi ke arah lain, berlawanan dengan jalan masuk menuju hutan maupun tempat pemotretan tadi. Dia benar benar mencari tempat yang kosong, sunyi, gelap, dan hening.
Jaleo, ingin pergi ke rumah yang selalu berhasil membuatnya tenang. Jaleo ingin beristirahat di hamparan tanah, beralaskan rumput, beratapkan langit yang ditaburi bintang, sembari berselimut angin. Jaleo butuh rumahnya. Rumah yang selama ini menemaninya.
Karena rumah yang ingin ia tempati sampai habis usianya, masih terkunci rapat, dengan lelaki lain di dalamnya.
***
Nacia mondar mandir di ruang tamu dengan perasaan cemas. Jaleo belum kembali sejak tadi. Entah dimana pria itu saat ini? Padahal hari sudah memasuki waktu tengah malam. Malam semakin gelap, angin semakin dingin berhembus, meskipun hujan baru saja reda.
"Jaleo baik baik aja, Cia." Pras berusaha menenangkan Nacia yang sedari tadi memaksa pergi ke tengah hutan untuk mencari Jaleo.
Nacia mengusap keningnya dengan kasar. "Baik baik gimana, kak?! Ini tengah malam?! Kak Jaleo nggak bawa apa apa di luar sana? Kita harus susul kak Jaleo!"
Pras menghembuskan nafas panjang. Tidak suami tidak istri sama sama suka bikin pusing. "Hutan itu udah kayak rumah kedua buat Jaleo. Lo lupa? Suami lo pernah jadi fotografer national geographic di Madagaskar? Disana hewan hewan lebih buas daripada disini. Dia bakal baik baik saja. Sekalipun lupa jalan pulang, dia pasti bakal tetep bisa balik kesini."
"Tapi dia belum makan dari tadi." Seru Nacia.
"Dia bisa makan apa aja di hutan." Balasan Pras terlampau santai, membuat Serena berdecak tak suka. Gadis itu mendekati Nacia, kemudian merengkuh tubuh kecil Nacia yang sedari tadi tak bisa tenang.
"Jaleo bakal baik baik aja, Cia." Ujar Serena, yang sialnya tak berhasil menangkan Nacia.
Nacia menangis sesenggukan di pelukan Serena. "Seharusnya gue nggak ngomong jahat ke kak Jaleo. Harusnya gue bisa tahan mulut gue." Sesalnya. Sangat.
Serena tak bisa merespons lebih. Yang bisa ia lakukan hanyalah merengkuh tubuh Nacia, mengelus lembut punggung wanita itu, berharap itu bisa meredakan ke khawatirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Love
Romance"Yang gue suka itu adiknya, tapi kenapa yang nikahin gue malah abangnya?!" - Nacia Kanaya. *** Harusnya hidup Nacia bahagia. Menikah dengan laki-laki yang ia cintai, menua, dan memiliki anak. Namun tak pernah ia sangka, pria yang akan menikahinya...