6. Point of View

23 4 2
                                    

Pagi sekali—bahkan cahaya sang rawi masih terlihat malu belum sepenuhnya menampilkan cahayanya dengan percaya diri, Sydney terlebih dahulu memiliki percaya diri untuk mengetuk pintu kamar Georgia.

"Siapa?" teriak Georgia dari dalam kamarnya kala ia masih berbaring dan mendengar seseorang mengetuk pintu kamarnya.

Sydney mengulas senyum manis pada wajah tampannya itu lalu menjawab pertanyaan Georgia. "Sydney!"

Tanpa memiliki rasa malu sedikitpun, Georgia membuka pintu kamarnya dengan tampilan acak-acakan khas bangun tidur: rambut berantakan, pakaian kusut, dan menguap karena masih mengantuk.

Georgia menatap pribadi Sydney yang tidak memakai baju—memamerkan semua tato yang ia miliki dan hanya menggunakan celana piyama hitam dengan motif polkadot.

"Ada apa?" tanya Georgia pada Sydney sembari menggaruk lengan kirinya yang terasa gatal.

Tanpa basa-basi Sydney langsung mengutarakan niatnya. "Aku ingin mengajakmu makan siang saat aku istirahat dan aku akan menjemputmu nanti. Apakah kau tidak ada tugas kuliah?"

Tugas kuliah. Setelah mendengar kalimat itu Georgia rasanya ingin melampiaskan amarahnya seperti Paris tapi ia tidak bisa. Lantas Georgia menggeleng dan mengangguk akan ikut dengan Sydney ke agensi pemotretan Sparkle.

Atensi Georgia dan Sydney kini satu tuju. Mereka melihat Paris yang baru saja bangun dan keluar kamar. Sydney tersenyum pada Paris yang juga menatap dirinya.

"Selamat pagi, adikku tersayang." Goda Sydney pada Paris yang kini menatapnya dengan sinis bahkan tidak menjawab sapaannya itu.

Sydney sangat senang menggoda Paris karena wanita itu tidak bisa mengendalikan amarahnya bahkan Sydney pernah mendapatkan satu pukulan keras menggunakan teflon karena terus mengganggu Paris yang sedang mencoba membuat pancake.

"Kalian seperti adik kakak saja," ucap Georgia lalu ia kembali masuk ke dalam kamarnya.

Pukul 8 pagi, tepat semua penghuni Welcome Home share house telah bersiap-siap untuk berangkat kerja, Harley—layaknya seorang ayah memberikan masing-masing satu gelas susu kepada Gemini, Sydney, Puma, Jasmine, Paris, dan Georgia.

"Kalian harus minum susu agar ada yang membantuku untuk menghabiskan uangku," ujar Harley sembari tersenyum pada penghuni Welcome Home share house.

Sydney menjulurkan telapak tangannya ke arah Harley dan dengan kepekaan yang sangat tinggi Harley meletakkan beberapa lembar uang di atas telapak tangannya Sontak Sydney memeluknya dengan erat.

"Terima kasih, Tuan Harley! Rasa kemanusiaanmu begitu tinggi," ucap Sydney pada Harley yang kini masih berada di tengah kerumunan penghuni Welcome Home share house.

Harley memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana dan menatap mereka. "Karena kalian semua berangkat kerja, aku akan jalan-jalan sebentar keluar untuk menghabiskan uangku. Kabari saja jika ada yang dibutuhkan."

Welcome Home share house terasa sepi—Harley menjatuhkan tubuhnya di atas sofa dan menghela napas panjang. Ia mengambil ponsel yang berada di dalam saku celananya itu dan mengetik sebuah kalimat kemudian ia pergi meninggalkan share house.

"Sejauh ini belum ada tanda-tanda yang mencurigakan," ujar Harley seorang diri yang kini sedang menyetir mobilnya menuju suatu tempat.

Harley mengambil setiap langkah dengan cepat menghasilkan durasi yang pendek untuk menuju sebuah taman yang berada sebuah rumah sakit. Ia melihat seorang wanita yang sedang duduk di kursi roda bersama dengan seorang perawat yang ditugaskan untuk menjaganya.

Your Favorite VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang