Ocean dan Moony berdiri saling berhadapan—bertukar pandang dengan lekat. Raut wajah Ocean sangat tegas: sorot matanya begitu tajam, kedua alisnya menyatu, dan bibirnya terkatup rapat.
Moony menelurusi emosi yang kakaknya pancarkan itu melalui sorot matanya. Jelas bahwa Ocean sedang merasakan amarah yang kini menguasai dirinya. Napas berat menggambarkan betapa kesalnya pada dirinya.
Denyut nadi seolah menjadi dentuman yang menggema di dalam diri Ocean. Amarah itu berhasil membudak dirinya sehingga ia tidak tahan untuk mengeluarkan perasaan tersebut. Alih-alih meninju wajah Moony, Ocean memilih untuk menghantam dinding dengan satu tinju yang keras.
Buku jari Ocean langsung menampilkan warna merah dan kulitnya terkelupas. Moony yang sedari tadi diam menghadapi kakaknya itu kini mengambil tindakan untuk meraih tangan sang kakak. Kala ia mencoba meraih tangan kanan Ocean, sang empunya menepis dan menarik kerah kaos Moony dengan kuat hingga menciptakan kerutan-kerutan kain yang membuat koas sang adik menjadi kusut.
Air wajah Moony yang datar terkesan kaku itu nyatanya membangkitkan emosi Ocean. Dalam hitungan detik dengan dirinya yang dikuasai oleh amarah yang belum tuntas, Ocean melayangkan satu tinju kuat pada wajah Moony. Hal tersebut membuat Moony ikut memaling wajahnya dan ia tak sengaja tergigit bibir bawahnya.
Pipi Moony memerah, rahangnya terasa akan patah, sudut bibirnya dan bibir bawahya berdarah akibat tinju yang ia terima. Moony mengusap cairan merah kental itu menggunakan ibu jarinya lalu mengisapnya dan tersenyum manis pada Ocean yang kini masih memperhatikan tindakannya.
“Hei, brengsek, apa yang ada didalam pikiranmu saat membocorkan percakapan kita? Apa kau tidak menyadari bahwa itu hanya spekulasi saja? Kenapa kau berani sekali membocorkannya pada Paris?” tanya Ocean dengan penekanan setiap kalimat yang ia ucapkan. Ia begitu kesal dengan Moony.
Moony menyunggingkan senyumannya dan menjawab pertanyaan Ocean yang kini sedang kesal pada dirinya. “Hal tersebut terjadi karena kau selalu menjawab pertanyaanku dengan pertanyaan baru! Kau itu selalu mau dinilai sebagai pria misterius dan menyuruh orang untuk memikirkan pertanyaanmu itu!”
Ocean terkekeh mendengar jawaban Moony yang menggunakan nada tinggi setiap mengakhiri kalimatnya. Tergambar jelas bahwa adiknya itu sedang membentak dirinya.
“Aku tidak tanggung jawab jika percakapan itu tidak benar. Kau harus menanggung akibatnya.” Sorot mata Ocean begitu tajam menatap Moony yang tidak mengindahkan ucapannya karena lebih memilih untuk fokus pada ponselnya.
Satu pesan masuk pada ponsel Moony dan ia memperlihatkan layar ponselnya pada Ocean agar kakaknya membaca pesan teks tersebut. “Puma mengirim pesan bahwa Ayah menyuruh kita kerumahnya.”
Atensi Ocean dan Moony jatuh pada daun pintu utama. Terdengar suara bel dan ketukan pintu. Ocean menatap Moony dengan sinis lalu meninggalkannya dan melangkah menuju pintu utama. Begitu Ocean membuka pintu, kedua netranya melihat pribadi Puma yang siap untuk jalan bertemu dengan ayah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Favorite Villain
FanfictionCast : ‐ Bae Suzy as Paris - Rose Blackpink as Georgia - Park Juhyun as Jasmine - DPR Ian as Sydney - DPR LIVE as Puma - V BTS as Moony - Suga BTS as Gemini - Choi Woosik as Zero - Nam Yoon Soo as Summer - Kim Nam Gil as Harley - Shin Ha Kyun as Gre...