Pagi hari menyapa dengan udara dinginnya. Rara bangun karena hari ini ada kelas pagi dan berakhir siang jam 12. Wanita itu sudah mendudukkan dirinya di kasur. Bersiap ke kamar mandi. Tangannya meraih ponsel untuk melihat jam. Pandangannya terdiam ketika sebuah notifikasi masuk.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Berbeda dengan ayah Jisung. Rara sudah jauh mengenal baik bagaimana perangai ibunya Park Jisung itu. Beliau selalu suka dengan Rara, bahkan beliau mendukung penuh Rara bersama anaknya itu. Kehadiran ibu Jisung selalu membuat Rara memiliki suasana hangat. Jadi wanita itu tidak akan merasa canggung bersama wanita berusia 40 an tahun itu.
Baru saja Rara turun dari apartmentnya, ia sudah disambut dengan seorang pemuda berseragam SMA yang bersandar di motor CBR nya. Rara tersenyum mendekati pemuda itu.
"Kenapa gak berangkat sekolah?"
Jisung mengulum senyum. "Nganterin pacar dulu lah, baru berangkat."
"Ayo Nuna, naik."
Sebelumnya Jisung memakaikan helm pada wanita itu. Pemuda itu juga melepas jaketnya. Memakaikannya pada pinggang Rara.
"Kenapa dipakein gini? Kuno banget!" kesal Rara. Ia berniat memakai rok baru malah di tutupi jaket besar Jisung yang membalut sampai bawah lututnya.
"Jisung gak rela ya, punya Jisung di umbar-umbar!" jawab pemuda itu sambil mengikat jaketnya ke pinggang Rara.
Rara terkekeh. Dasar bocah, belum nikah saja sudah dibilang miliknya. Lihat sekarang penampilannya. Memakai helm kebesaran dan jaket di pinggangnya yang mendominasi penampilannya.
"Bisa naik gak Nuna?" tanya Jisung.
Rara mengerutkan kening. Apa maksud Jisung? Memangnya dia tidak bisa naik?
"Maksud Jisung, kalau Nuna gak bisa naik ya aku gendong lah."
Ternyata anak ini sedang modus. Rara hanya menampilkan senyumannya. Menunggu Jisung naik terlebih dahulu. Kemudian setelah Jisung duduk di motor besarnya Rara segera naik. Tapi ternyata benar kata Jisung, rasanya susah. Motornya sangat tinggi. Ia juga bingung harus bagaimana posisinya.
Jisung terkekeh. Ia turun lagi dari motornya.
"Kan udah Jisung bilangin, kalau Nuna gak bisa ya Jisung gendong."
"Bentar!" cegah Rara saat Jisung sudah mau memeluk pinggangnya untuk diangkat ke atas.
"Tunggu sepi dulu pliss, aku gak enak sama tetangga apartement."