Duduk di sebuah kursi taman dengan pemandangan kolam ikan buatan yang tampak indah dan segar. Aku tersenyum mendengar suara derap langkah pelan dan satu lagi kaki kecil yang berlari semakin dekat.
"Mommy!"
"Nuna!"
Dua bocahku, dua orang berbeda generasi yang mewarnai hidupku kala ini. Bahkan selamanya, aku ingin selalu bersama mereka selamanya. Aku ingin melihat senyuman mereka, senyuman bahagia yang mereka pancarkan.
"Mommy, tadi aku sama Ayah ke toko roti dan es krim."
Aku melirik ke arah Jisung yang menautkan tangan seraya menunduk. Sedangkan bocah kecil berusia 5 tahun itu memilin ujung dressku dengan pelan.
"Mommy, jangan marah ya. Kan Sakuya kemarin seminggu udah gak makan manis lagi. Mommy bilang seminggu biar gigi gak sakit." Rengekan anakku dan wajah tertunduk suamiku seketika membuat gelak tawa puas dari bibirku. Sumpah mereka seperti dua bocah yang berencana untuk membujuk ibunya.
"Ayah, sini!" pintaku agar Jisung mendekat. Pria itu menurut, ia duduk tepat di sebelahku kemudian mengambil tangan kananku untuk di genggam. Sementara Sakuya masih tetap pada posisinya, yaitu di lututku.
Aku menatap keduanya bergantian.
"Mommy, jangan marah." Sakuya bergumam dengan suara tengilnya.
Aku tersenyum. "Siapa sih yang marah, kalian aja yang ovt. Mommy gak marah, cuma khawatir aja kalau gigi Sakuya berlubang gimana gara-gara sering mam es krim sama roti manis? Besok kita kontrol gigi ya."
"Siap Mommy!"
"Siap Nuna!"
Keduanya memelukku dengan erat. Aku membalas pelukan mereka tak kalah erat.
"Oh iya Mom, tadi Ayah beliin Mommy sesuatu lho. Sakuya tau itu apa, cieeee Ayah!" Seperti biasa, putra semata wayangku ini sering sekali menggoda ayahnya. Dan lucunya lagi, telinga ayahnya sampai memerah.
Jisung terkekeh. "Kamu godain ayah terus ya?" Ia hanya bertanya tapi dengan nada yang lembut. Tidak pernah sama sekali Jisung marah setengil apapun tingkah Sakuya. Malah justru aku yang lebih sering marah pada anak itu.
"Emang kamu beliin aku apa sayang?" tanyaku seraya tersenyum.
Jisung berlari kecil, sedangkan Sakuya hanya menatapku dengan kedua mata berbinarnya. Bocah ini terlihat sangat bahagia. Pasti dia barusan membeli banyak stok roti dan es krim. Aku berani menjamin 100% karena Sakuya selalu bisa membujuk ayahnya.
"Berapa stok roti dan es krim kamu?" tanyaku seraya menuntun Sakuya agar duduk di pangkuanku.
Sakuya terkekeh kecil. "Tapi Mommy jangan marah ya." Binar mata indah nya selalu mampu meluluhkanku. Persis seperti Jisung saat kita masih pacaran dulu.
"Iya sayang, mommy gak marah loh. Kan cuma tanya," ucapku. Jemariku perlahan mengelus surai hitamnya yang sudah sedikit memanjang karena belum potong rambut.
"Ada 20 roti rasa berbeda dan 5 ember es krim rasa berbeda, Mommy. Hehehe."
Aku sudah tidak terkejut lagi, karena Jisung tidak pernah mengenal kata pelit untuk membelikan sesuatu untukku maupun Sakuya. Aku hanya geleng-geleng kepala seraya menciumi gemas pipi kanan dan kiri milik Sakuya. Bocah kecil itu kegelian.
"Ayah juga mau!" seru Jisung. Kami mengalihkan atensi padanya.
Pria bertubuh tinggi menjulang itu tampak membawa sebuah cake berwarna cokelat di tangan kirinya dan berwarna pink putih di tangan kanannya.
Sedangkan Sakuya langsung melompat dari pangkuanku seraya jingkrak-jingkrak senang. Ia senang karena kue nya ya. Lihat betapa bucinnya anakku pada roti.
Sebentar, aku jadi ingat. Kenapa anakku bucin roti?
Karena pada saat hamil aku sering ngidam roti. Dan Jisung dengan sangat sabar mencarikan semua roti yang kumau. Jadilah sekarang anakku bucin roti luar dan dalam. Aku dan Jisung hanya saling pandang seraya terkekeh saat melihat Sakuya melahap kue tart cokelat yang kini ada di pangkuannya. Sedangkan aku dan Jisung saling suap-suapan roti rasa vanilla strawberry susu dengan wipe cream yang lembut dan nikmat.
"Happy anniversary, sayang." Jisung berbisik di telingaku.
Aku sedikit melirik ke arah Sakuya yang fokus pada kue tartnya. Secepat kilat aku memberikan kecupan di bibir Jisung, pria itu tersenyum lucu.
"Jatahnya nanti malem ada kan, Nuna?"
Aku mengangguk. "Yang penting kita bacain Sakuya dongeng dulu, oke?"
Jisung mengangguk. "Oke, itu mah gampang."
"Mommy, Ayah. Sakuya denger ya apa yang kalian bicarain. Jatah itu apa?"
Aku reflek menepuk dahi dan mencubit pinggang Jisung.
"Gini sayang, kamukan setiap hari di jatah boleh makan 2 roti manis kan? Biar gigi kamu gak sakit. Nah ini sama, Ayah juga punya jatah makanan sendiri dan itu yang buat Mommy."
Sakuya mengangguk paham. "Oh gitu, tapi Sakuya boleh minta bungeoppang nya ayah kan kalau ayah dapet jatah nanti?"
Aku dan Jisung saling pandang seraya mengulum senyum geli. Kepala Jisung mengangguk meyakinkan bocah kecil itu.
"Asiiik, bungeoppang juga enak. Kan sama-sama roti. Cuma dia bentuk ikan aja." Sakuya kembali melahap tart yang masih tersisa di pangkuannya.
Dan beginilah hari-hariku. Bersama dua lelaki yang sama-sama menggemaskan dan mewarnai kehidupanku dengan indah.
Happy Ending!
Makasih ya, yang udah mau ikutin cerita My Darling sampe Akhir Episode. Jangan lupa boom vote and spam komen yaaa 🐹❤ kali aja aku nanti bikin cerita Jisung lagi kan ya? Ada yang mau gak?
Jangan lupa kunjungi profile ku
zdr_1000le Aku aktif banget nulis dan kapan aja bisa UP semauku kalau lagi mood aku pasti UP 🤭❤
Kali aja ada yang mau followan IG @zhong_rara ntar aku follback and lets be friend. Feel free buat kirim DM dan saling mengenal, kalau mau 😭
Kunjungi Tiktokkujuga ya di @cadburry_001 kali aja ada yang tertarik sama konten halu NCT 🤭❤
Sekian Terimakasih 🙏💕
More Info
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.