Pernikahan Kanaya dan Jevano berada di ujung tanduk. Perpisahan siap menyambut keduanya. Bagai gedung tua yang sudah lapuk, dinding-dinding kepercayaan di antara mereka telah terkikis perlahan.
***
Sepuluh tahun pernikahan membawa Jevano pada titik...
"Dia menyadari bahwa dunianya terasa gelap tanpa sosok yang dia cinta. Setiap detik terasa seperti berjalan tanpa arah."
🌸🌸🌸
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jevano kebingungan, segala bising di sekitarnya terasa hening. Ternyata seperti ini kepergok mendua oleh anaknya sendiri. Tidak pernah dia sangka akan ada hari di mana Noah menghakiminya. Selama ini yang dia takutkan hanya ketika rahasianya terbongkar oleh Kanaya. Nyatanya saat Noah yang mengatakan itu, Jevano merasa lebih kacau.
"Noah..."
"Noah nggak akan bilang ke Ibu. Noah nggak mau Ibu sedih," anak kecil itu meremas tangannya sendiri. Hati Jevano ikut sakit melihat anaknya ikut menanggung beban masalah orang tuanya. Sejahat itu ternyata Jevano.
"Dia cuma teman Ayah," Jevano tahu ini terdengar tidak masuk akal. Tapi dia hanya berusaha agar Noah tidak semakin salah paham dan membenci ayahnya sendiri.
"Noah nggak akan minta apa pun dari Ayah. Nggak akan minta ditemani nonton baseball. Tapi Noah hanya minta tolong agar Ayah tidak menyakiti Ibu lagi."
Sudah hancur posisi Jevano di hati Noah sebagai pahlawan yang dia kagumi. Sudah raib cita-cita anak itu untuk menjadi seperti ayahnya kelak. Karena Hero yang sempat dia banggakan tak lebih dari seorang bajingan.
"Maafkan Ayah," hanya itu yang mampu Jevano sampaikan. Dia tidak bisa membela diri. Karena sebaik apa pun pembelaan yang dia berikan, tidak akan mengubah fakta bahwa Jevano telah menghianati Kanaya.
Setelah itu Jevano mengendara tanpa arah. Pikirannya kosong. Benar Kanaya bilang, Jevano lah penyebab semua kehancuran ini. Dia yang merusak rumah tangganya sendiri.
Segala gelisahnya makin menjadi. Dia larikan diri pada alkohol. Satu botol dia habiskan, permohonan Noah masih menggema di telinganya. Dua botol alkohol, wajah kecewa Noah justru membayanginya. Sampai tiga botol dia tenggak, tidak kunjung hilang rasa bersalah Jevano. Yang ada kepalanya justru pusing bukan main, bahkan saat Windy menghampirinya dengan panik, dia tidak sepenuhnya sadar.
"Ya Tuhan, Jev, aku cari kamu ke mana-mana ternyata kamu di sini. Ada banyak schedule hari ini, kenapa kamu tidak kembali ke kantor?"
Bagai tak kasat mata, Jevano abaikan gerutuan Windy. Dia raih botol keempatnya namun segera ditahan oleh sekretarisnya itu.
"Jev... ada masalah apa?"
Wanita itu panik seharian. Tadi pagi Jevano berpamitan untuk menjemput Noah, tapi hingga malam menjelang, pria itu tak kembali lagi ke kantor. Ponsel Jevano tidak aktif ketika Windy menghubunginya berkali-kali, akibatnya dia menunda semua jadwal bosnya itu.
Lalu Windy mencarinya ke apartemen, namun Jevano tidak ada di sana. Sampai akhirnya Windy putuskan ke Dream's Club tempat pria itu biasanya melepas penat. Benar saja, Jevano sedang bercumbu dengan beberapa botol alkoholnya.