Pernikahan Kanaya dan Jevano berada di ujung tanduk. Perpisahan siap menyambut keduanya. Bagai gedung tua yang sudah lapuk, dinding-dinding kepercayaan di antara mereka telah terkikis perlahan.
***
Sepuluh tahun pernikahan membawa Jevano pada titik...
"Sebaris pesan itu menciptakan efek yang dahsyat padanya. Seolah meruntuhkan dunianya."
🌸🌸🌸
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kanaya pulang dari butik pada sore hari. Dia terheran mendapati rumah dalam keadaan kosong, padahal seharusnya Noah dan Neira sudah pulang les. Langkah kakinya kemudian terayun menuju taman belakang, tenyata di sana ada kejutan besar.
"Surprise!!" Jevano berteriak bersama kedua anaknya. Kanaya kaget namun ketiga orang tercintanya langsung memeluknya erat.
"Kejutan buat apa ini?" Kanaya tidak berulang tahun, tidak ada hari spesial sekarang. Makanya dia heran mendapati taman belakangnya yang sudah disulap jadi tempat makan mewah. Ada beberapa chef yang Jevano panggil.
"Kejutan karena kamu sudah mengandung anakku," Jevano menyerahkan buket bunga mawar dan daisy yang besar. Ada satu tas karton berwarna orange yang isinya pasti tas limited edition.
"Makasih ya sudah kasih aku anak ketiga. Aku amat sangat bersyukur Sayang, jangan sedih-sedih ya?" tapi ucapan Jevano itu justru membuat Kanaya makin berkaca-kaca. Tak lama berselang kedua anaknya ikut memeluknya erat.
"Makasih ya Ibu udah kasih Nei adik, Nei senang sekali!" celetuk Neira.
Noah tak mau kalah, "Abang juga senang Bu punya adik lagi, terima kasih ya."
Kanaya menciumi kedua anaknya sebelum Jevano menuntunnya ke meja makan. "Kamu harus makan yang banyak biar Adik sehat," katanya saat chef menyajikan steak daging premium dengan tingkat kematangan well done. Padahal Kanaya biasanya lebih suka tingkat kematangan rare karena paling juicy, tapi karena sekarang dirinya hamil, tentu saja Kanaya tidak boleh egois.
Di tengah makan keluarga itu, Neira bertanya, "Ibu, Adik lahirnya kapan?"
"Enam bulan lagi Sayang," jawab Kanaya.
"Kok lama Bu?"
"Iya dong, biar Adik tumbuh sehat dulu di perut Ibu," kali ini Jevano yang menyahut usai mengiriskan steak jadi potongan kecil-kecil untuk Kanaya. Mengelus sebentar perut istrinya. Lalu gantian memotongkan untuk kedua anaknya.
Neira yang masih bergelut dengan segala tanya kambali bersuara, "Tapi Adik bayinya kok bisa bisa ke perut Ibu? Masuknya lewat mana? Nggak Ibu makan kan?"
Kanaya dan Jevano kompak tersedak. Anak umur lima tahun memang tinggi sekali rasa penasarannya. Tapi Noah dulu tidak seperti Neira yang ceplas-ceplos.
"Ya enggak dong Neira. Adik bukan steak yang dimakan lewat mulut," jawab anak sulung Kanaya itu.
"Terus lewat mana Abang?"
Noah tidak menjawab, malah melihat Jevano. Seolah bertanya juga pada ayahnya lewat mana.