TUJUH BELAS | Angin yang Menyusup

4.9K 408 119
                                    

TUJUH BELAS | Angin yang Menyusup

"Layaknya angin yang berusaha menyusup, dia datang tanpa suara. Mencari ruang kosong dalam kehidupan orang lain."

🌸🌸🌸

"Ayah, nanti kita jadi nonton baseball kan?" Noah bertanya sebelum turun dari mobil sang ayah, mereka telah tiba di depan sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ayah, nanti kita jadi nonton baseball kan?" Noah bertanya sebelum turun dari mobil sang ayah, mereka telah tiba di depan sekolah.

Jevano menoleh ke arah belakang sambil tersenyum, lalu mengusak rambut anak sulungnya dengan gemas. Noah kembali menjadi anak yang hangat padanya. Jevano bahagia sekali, namun juga sedih jika ingat kelakuannya dulu. Noah berubah karena dirinya yang mengacuhkannya. Sekarang dia akan menebus semua kesalahan itu dengan menghabiskan banyak waktunya untuk keluarga kecilnya.

"Jadi dong boy!"

Senyum Noah makin melengkung, lalu melirik ibunya yang berada di sebelah kemudi. "Ibu ikut?"

"Eng..." Kanaya berpikir sejenak, pekerjaannya lumayan banyak, tapi di lain sisi dia juga tidak mau mengecewakan Noah. Jadi dia pun menyetujui. "Ibu ikut kok, Abang."

Lalu Noah mencium tangan kedua orang tuanya sebelum melesat ke kelas dengan wajah riang.

"Kamu bukannya ada final fitting?" Jevano bertanya sembari menjalankan mobil menuju butik Kanaya. Istrinya bersandar di kursi dengan tangan yang berada di genggaman Jevano.

"Ada, tapi pekerjaan kan nggak ada habisnya. Noah lebih penting."

Jevano menyadari perbedaannya dengan Kanaya. Wanita itu tidak akan ragu meninggalkan hal sepenting apapun demi anaknya. Sedangkan Jevano, di beberapa kesempatan justru acuh dan lebih memilih bekerja. Apalagi ketika pentas seni Neira kala itu, Jevano bahkan tidak datang.

"Maaf ya, aku banyak salah selama ini. Sering mengabaikan kamu dan anak-anak."

Kanaya menoleh, balik menggenggam tangan Jevano lebih erat.

"Yang lalu biarlah berlalu. Yang terpenting sekarang kamu selalu ada untuk kami."

Kanaya bukan tidak menyadari bahwa Jevano belum sepenuhnya terbuka pada dirinya. Alasan ketidakhadirannya di acara Neira saja belum dia ceritakan. Atau mungkin karena Kanaya tidak bertanya? Benar, Jevano salah paham padanya juga karena tidak bertanya.

"Waktu itu... di acara pentas seni Neira kenapa kamu telat hadir?" Kanaya bertanya dengan hati-hati.

Jevano menggigit bibirnya. Kilas balik memori menyeretnya pada momen malam itu saat dirinya mabuk berat. Jevano tidak ingat apa-apa, yang jelas malam itu dia pulang dari klub bersama Windy. Dan mereka...

After OctoberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang