Pernikahan Kanaya dan Jevano berada di ujung tanduk. Perpisahan siap menyambut keduanya. Bagai gedung tua yang sudah lapuk, dinding-dinding kepercayaan di antara mereka telah terkikis perlahan.
***
Sepuluh tahun pernikahan membawa Jevano pada titik...
"Tidak pernah ada waktu yang tepat untuk sebuah perpisahan. Karena kapan pun waktunya, selalu menimbulkan luka."
🌸🌸🌸
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kalau aku menebus semua dosaku sekarang apa terlalu terlambat? Apa kamu mau kasih aku kesempatan sekali lagi, Kanaya?"
Jevano memejamkan matanya, membayangkan kalimat itu keluar dari bibirnya. Kira-kira apa Kanaya akan memberinya kesempatan? Lalu bagaimana jika sebaliknya? Bagaimana jika Kanaya menolak mentah-mentah?
Akhirnya dia enyahkan bayangan itu. Terlalu gegabah jika Jevano meminta kesempatan secepat ini, sedang dia sendiri masih memiliki banyak kesalahan. Jevano perlu mendekati Kanaya secara perlahan. Menyembuhkan hati wanita itu yang sudah begitu dalam dia sakiti.
"Aku kangen anak-anak, nggak ada salahnya kan untuk bertemu mereka?" pada akhirnya kalimat itulah yang Jevano lontarkan. Kanaya terlihat menghela napasnya dan berjalan terlebih dahulu.
Dalam langkahnya Kanaya menertawakan diri sendiri. Lagi-lagi berharap bahwa Jevano sengaja datang untuk menemuinya. Dia lupa di mana posisi dirinya di hati Jevano. Kanaya bukan lagi prioritas, harusnya dia sadar diri dan tak berharap lebih.
Keduanya sudah sampai di stan Bluesy Boutique. Neira langsung lari ke pelukan ayahnya, minta digendong. Sedang Noah acuh seperti sebelumnya. Jevano juga canggung dengan anak sulungnya itu. Sejak kejadian kemarin, selalu ada tangan tak kasat mata yang mencekik Jevano kala menatap Noah.
Lalu Jevano lihat Kanaya kesusahan menggantung baju, dia ambil alih tugas itu. Ajaibnya ketika pria itu ikut menata baju di rak, tiba-tiba para pembeli berduyun-duyun mendekati stan butik Kanaya. Wanita itu tampak kebingungan sesaat, kesalnya bahkan belum reda. Tapi melihat antrean pengunjung, dia langsung memasang senyum.
Jevano awalnya kikuk, tapi pria itu langsung sigap menawarkan baju buatan Kanaya dengan senyum tampan dan penuh pesonanya, Jevano berhasil menarik perhatian banyak orang.
Paras Jevano memang sangat menawan hingga Kanaya jatuh cinta sejatuh-jatuhnya. Tapi sayangnya ketampanan saja tidak cukup untuk membuat bahagia ketika hati pria itu mendua.
Sementara itu, Nikolas yang melihat keramaian stan butik Kanaya hanya bisa menatapnya dalam diam. Tiba-tiba dia berinisiatif membawakan Kanaya jus semangka yang dijual di sebelahnya. Nikolas lihat Kanaya menyeka peluhnya.
"Wah, baju-baju yang kamu jual langsung habis dalam waktu singkat ya? Kayaknya sebentar lagi kamu bisa tampil di acara fashion show."