Pernikahan Kanaya dan Jevano berada di ujung tanduk. Perpisahan siap menyambut keduanya. Bagai gedung tua yang sudah lapuk, dinding-dinding kepercayaan di antara mereka telah terkikis perlahan.
***
Sepuluh tahun pernikahan membawa Jevano pada titik...
"Meskipun hatinya tergores, dia tahu bahwa takdir tidak akan memihaknya dalam kisah cinta ini. Garis tangannya tidak membawa keduanya bermuara dalam ikatan cinta yang sama."
🌸🌸🌸
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Siang itu Kanaya lumayan sibuk. Pagelaran Jakarta Fashion Week semakin dekat. Ada banyak hal yang harus disiapkan. Meski baju-baju yang akan dia pamerkan sudah siap semua, ada saja hal yang kurang.
Tadi pagi dia dari tempat produksi untuk melihat sejauh mana baju rancangannya dikerjakan. Setelahnya dia dihubungi pihak JFW untuk lokasinya di backstage. Besok, ada fitting dengan para model. Pokoknya dia sibuk sekali sampai lupa makan. Untung saja hubungannya dan sang suami sudah membaik. Jadi Jevano dengan rutin mengirimkan makan siang ke butiknya. Atau jika dia sedang ada waktu, Jevano akan menjemputnya untuk makan siang bersama.
Seperti siang ini, pria itu datang dan mengajaknya makan siang di rumah makan Padang. "Kala, kamu urus sisanya ya. Saya mau makan siang sebentar," ujar Kanaya menyerahkan pekerjaannya pada sang pegawai.
"Siap Bu."
"Kamu juga jangan lupa makan siang. Ini pake buat beliin yang lain," Kanaya serahkan kartu kreditnya dan membuat Kala kegirangan.
"Wah makasih banget Bu. Bu Nay emang Ibu perinya Bluesy Boutique!" Kala membuat gerakan hati dengan tangannya. Kanaya tertawa sambil menyambar tasnya. Jevano sudah di depan.
Setelah wanita itu berlalu, pegawai yang lain langsung merapat ke arah Kala.
"Dapat traktiran lagi, mau makan apa kalian?" semua orang di sana sudah mendapat gaji, tapi memang Kanaya selalu baik hati untuk berbagi rezeki.
"Richeese dong! Yang ayam utuh itu Kal."
"Yang lain gimana?"
"Boleh deh."
Tapi si anak baru tampak lebih tertarik pada hal lain daripada menu makan siang.
"Itu beneran suaminya Bu Nay ya?" gadis yang baru bekerja beberapa minggu itu melihat Jevano dari kaca besar butik ketika pria itu keluar mobil untuk membukakan pintu bagi Kanaya.
"Iya, keren ya. Katanya direktur gitu," sahut yang lain.
"Gue kira Bu Nay belum nikah."
"Emang di bazar kemarin lo nggak tahu?" kali ini Kala yang bertanya.
"Iya baru tau di bazar kemarin kalau udah nikah dan anaknya gede-gede. Kirain awalnya masih lajang, soalnya Bu Nay muda banget wajahnya. Mana visualnya bening bener."
"Mantan model, gimana nggak cantik," sahut yang lain.
"Tapi gue mikir gitu juga sih awal interview dulu. Malah gue kira pacarnya si Mas-mas yang pernah ke sini itu. Yang ngadain bazar."