LIMA BELAS | Badai yang Berlalu

7.2K 475 130
                                    

LIMA BELAS | Badai yang Berlalu


"Badai dalam cinta bukan penghancur, tetapi panggung untuk memperlihatkan kekuatan sejati."

🌸🌸🌸

"Jadi balikan nih?" tanya Tamara agak mencibir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi balikan nih?" tanya Tamara agak mencibir. Kanaya mengangguk. Mereka bertemu di studio Tamara untuk mengantar oleh-oleh.

"Iya, semuanya udah clear sekarang."

"Lagian salah paham aja bisa sampe dua tahun." Memang epik sekali masalah rumah tangga Kanaya ini, Tamara sampai takjub. "Gimana rasanya abis rujuk?" lanjutnya.

Kanaya malu-malu, mengingat beberapa adegan yang terjadi setelah malam panjang di Singapura itu. Bahkan setelah bermain 3 ronde, paginya mereka mandi bersama sampai keluar dua kali. Belum lagi ketika tiba di Jakarta, Jevano tiba-tiba pulang untuk makan siang dan makan yang lain.

Terus tadi pagi setelah mengantar anak-anaknya, Jevano ikut masuk ke ruang kerja Kanaya di butik dan minta hadiah untuk membuatnya semangat bekerja. Tiba-tiba pria itu jadi hyper, Kanaya sampai kuwalahan mengimbangi. Tapi ya di sisi lain dia senang, karena dia juga merindukan suaminya.

"Kayak pengantin baru, Jevano nggak tahu tempat," jawabnya usai merangkai kegilaan mereka beberapa waktu lalu.

Tamara mendelik, "Eh anjir gue nggak tanya itu ya. Maksud gue gimana perasaan sayang lo ke dia. Tolol, malah bahas pengantin baru."

Sumpah Tamara baru tahu bahwa Kanaya memiliki sisi liar seperti ini. Apa efek kelamaan jauh dari Jevano? Kemudian Kanaya terbahak menyadari ketololannya. Efek dari Singapura sampai rumah dan terus lengket pada Jevano membuat dia agak tidak waras.

"Ya gitu deh, kayak lega rasanya."

"Terus rencana ketemu Windy itu gimana?" tanya Tamara lagi.

"Belum tahu, Windy masih di luar kota karena gantiin Jevano tugas kemarin."

"Apa pun keputusan lo, gue dukung Nay. Selama masih bisa diperbaiki ya nggak masalah. Toh selama ini cuma masalah komunikasi."

"Bener. Setelah kejadian ini kami juga sadar bahwa kami kurang terbuka. Ya bisa dibuat pelajaran walau nggak ngenakin."

Kesalahpahaman itu, seperti halilintar yang menyambar, merobek langit-langit hubungan mereka. Awalnya, terasa seolah langit runtuh dan hati hancur berkeping-keping. Namun, justru dari puing-puing itu mereka membangun fondasi yang lebih kokoh.

"Tapi kalian hebat banget ya, 10 tahun loh. Pernikahan gue aja cuma bertahan tiga tahun."

Tamara menyadari bahwa cinta sejati bukanlah cinta tanpa cela, melainkan mampu menghadapi badai menjadi kekuatan. Dan sayangnya, dalam hubungan pernikahannya, dia dan suaminya tidak bisa bertahan di tengah badai itu.

After OctoberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang