EMPAT | Akhir dari Sebuah Luka
"Jika bersama adalah luka, mungkin perpisahan adalah obatnya."
🌸🌸🌸
Di bawah cahaya senja yang merayap perlahan, Jevano pulang, mencoba menebus dosa dan kekosongan. Selama dua minggu belakangan, seusai dari kantor dia selalu pulang ke rumah. Mungkin karena Jevano merasa bersalah telah mengecewakan Neira, jadi pria itu menebusnya dengan segala cara.
Rumahnya bukan lagi rumah yang penuh canda dan tawa, melainkan panggung sandiwara dengan akting bahagia palsu. Jevano memulai perannya sebagai ayah yang baik, bermain bersama anak-anaknya. Pria itu juga mengajak Noah untuk menonton pertandingan baseball dari grup kesayangan mereka.
Anak-anaknya terpikat oleh peran Jevano itu. Namun di mata Kanaya, kebahagiaan itu hanyalah ilusi. Pagi dan malam mereka bermain peran sebagai keluarga utuh, sebagai suami istri yang penuh cinta di hadapan anak mereka. Namun Kanaya tahu itu hanyalah sandiwara sejenak.
Meski sarapan dan makan malam bersama, suasana di hati mereka tak lagi sama."Nanti kalau Ayah kembali dari luar kota, Ayah janji kita akan jalan-jalan ke waterboom seperti yang Neira inginkan."
"Janji ya, Yah!"
"Pinky promise," Jevano tautkan kelingkingnya dengan Neira. Bocah lima tahun itu tampak percaya. Setelah berhasil mencuri kembali hati anak-anaknya, kini Jevano membiarkan alasan pekerjaan mencabutnya lagi.
Pagi-pagi usai sarapan, Jevano berangkat lebih dulu tanpa mengantar anaknya sekolah dengan dalih ada meeting pagi dengan klien dari luar negeri. Kanaya juga tahu pria itu dijemput oleh mobil Audi keluaran terbaru yang dikendarai seorang wanita cantik.
Saat Kanaya mengamati mobil itu yang telah menjauh dari halaman, Noah menyeletuk.
"Ayah bersama Tante itu lagi."
Kanaya menoleh pada putranya. Lagi? Artinya Noah pernah menyaksikan ayahnya bersama wanita itu di tempat lain?
"Maksud Noah gimana?"
Noah memilih menggeleng dan meraih tangan ibunya untuk dicium sebelum pamit sekolah. Mereka kini juga memiliki sopir pribadi yang mengantar jemput Neira dan Noah. Sebab kesibukan Kanaya makin menjadi di butik.
Namun saat sudah di butik dan membuka buku sketsanya, pikiran Kanaya langsung buyar. Tangannya tak bisa lagi fokus untuk menggores desain gaun yang akan dia tampilkan di Jakarta Fashion Week dalam waktu dekat.
Dia masih memikirkan perkataan Noah tadi pagi. Terkait kemungkinan hubungan Jevano dengan wanita itu. Mungkinkah rekan kerjanya, atau justru kekasihnya? Dia merasakan tekanan besar di dalam dadanya. Pikirannya melayang pada kemungkinan Jevano dan wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
After October
RomancePernikahan Kanaya dan Jevano berada di ujung tanduk. Perpisahan siap menyambut keduanya. Bagai gedung tua yang sudah lapuk, dinding-dinding kepercayaan di antara mereka telah terkikis perlahan. *** Sepuluh tahun pernikahan membawa Jevano pada titik...