25

11.1K 1K 50
                                    

Happy reading. Semoga hari kalian bisa bahagia dengan sedikit kejahilan bapak direktur kesayangan Tio Saujana ini ^^

Jangan lupa vote dna komen yang banyaaak.

***

Suasana kantin jadi sangat tidak nyaman. Tegang, canggung, menakutkan. Semua orang merasa tidak nyaman akan keberadaan Presdir mereka di sana. Mulai dari karyawan kantin hingga pegawai yang ada di sana.

Namun yang mereka rasakan tidak sebanding dengan Kaia dan Seno. keduanya duduk berhadapan langsung. Bahkan untuk meraih sendok saja tidak mampu. Seno yang sudah terlanjur mengambil satu suapan, kini makannya tersangkut di tenggorokan.

Makan bersama Prabas sudah sering Kaia lakukan. Namun tidak pernah di depan umum seperti ini. Bagaimana jika kakaknya muncul?

Kekhawatiran Kaia itu pun menjadi nyata ketika ia melihat Kevin yang baru masuk dengan lebih banyak orang lagi di belakangnya. Mereka bertatapan sejenak. Kaia seperti memberikan kakaknya sebuah tatapan meminta tolong.

Sebagai seorang kakak yang protektif, Kevin pun menghampiri meja Kaia.

"Kaia dan temannya mungkin boleh cari kursi lain saja? Biar kursi ini digunakan oleh Presdir."

Seno mengangguk. "Baik, pak. Ayo Kaia."

Kevin memeprhatikan pria yang di samping adiknya. Apa dia yang namanya Pangestu? Yang sering mengajak adiknya untuk jalan-jalan dan makan bersama? Kevin memperhatikan dari atas hingga bawah. Untuk wajah, bisa dibilang pemuda itu cukup lumayan. Tidak buruk. Tapi Kevin masih belum tahu bagaimana sikap dan sifatnya.

"Di sini saja," potong Prabas buat Seno yang sudah terlanjur berdiri duduk kembali dengan canggung. Kevin mengernyitkan keningnya.

"Pak? Saya yakin bapak tidak akan nyaman duduk bersama pegawai."

"Saya mau berbincang dengan pegawai saya, Kevin. Ada yang salah?" tanya Prabas membuat Kevin semakin curiga.

Ada apa dengan pria ini? Apa wanita misterius yang disukainya itu menyelingkuhinya sampai ia harus menyiksa para pegawainya seperti ini?

"Tapi mereka hanya anak magang," balas Kevin masih mencoba menyelamatkan adiknya.

Ia tahu jika Prabas sudah mengenal adiknya di pesta malam itu. Kevin semakin memicingkan matanya curiga. Jangan-jangan .... Karena Prabas sekarang tahu bahwa Kaia adalah seorang Saujana, pria itu juga akan merundung adiknya? Tidak akan Kevin biarkan Prabas melukai adiknya seujung kuku pun.

Kevin kemudian mengambil kursi kosong untuk duduk di samping Prabas. Ia memberikan adiknya sebuah senyum simpul menenangkan gadis itu bahwa ia tidak akan membiarkan Prabas menyakiti hati adiknya menggunakan lidah berbisanya itu.

Pegawai kantin pun datang satu per satu untuk membawakan makanan yang akan disidak langsung oleh presdir. Mereka sangat gugup karena sejak presdir sebelumnya, tak pernah sekalipun para petinggi menginjakkan kaki mereka ke tempat ini. Mereka selalu makan siang di restoran bintang lima.

Kevin dan asiten yang lain menata piring-piring yang disediakan oleh pegawai kantin. Mereka menyingkir beberapa makanan yang mengandung ikan karena Prabas memiliki alergi ikan. Prabas duduk dengan badan tegapnya sambil melipat kedua tangan tak henti-hentinya menatap dua orang yang makan dengan kepala menudnuk sedari tadi.

"Kalian bisa makan ini, ya." ujar Kevin yang memberikan sepiring sushi kepada Kaia dan Seno. Kevin tahu betul bahwa adiknya sangat suka suhi.

Keduanya terlihat bingung, saling bertatapan sejenak untuk memastikan apa asisten presdir memberikan mereka sepiring sushi di hadapan presdir langsung.

Jangan Bilang Papa! (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang