Halo-halo! Maaf tidak berjumpa dengan kalian. Aku sedang disibukkan dengan naskah Surat Untuk Jenaka yang terbit hari iniii. Dan sekarang sudah selesai, kooo. Jadi aku sudah bisa update rutin lagii. Makasih yaa sudah nungguin.
Kaia menunggu seorang diri di depan pagar rumah. Melihat pagar rumah di depannya terbuka, senyumnya terukir. Kedua tangan yang sedari tadi bersembunyi di balik kantong jaket, dikeluarkan untuk menyapa pria yang berlari mendekat.
"Kamu nggak nunggu lama kan?" tanya Prabas yang berlari kemudian meraih kedua tangan Kaia. Ditiupnya kedua tangan Kaia agar tidak kedinginan.
"Enggak, kok. Aku juga baru keluar."
"Maaf terlambat keluar, ada telepon dari pekerjaan sebentar."
"Enggak apa-apa, Bas. Aku benar-benar baru keluar rumah."
Kaia mencoba meyakinkan Prabas bahwa dirinya benar-benar baru menunggu. Prabas mengangguk mengerti. Pria itu berbalik kemudian menggandeng tangan Kaia untuk mulai berjalan. Keduanya telah berjanji untuk kencan malam berdua menuju supermarket yang ada di depan perumahan.
Sebenarnya jarak supermarket cukup jauh, Prabas lebih suka mengenakan mobilnya untuk kesana tapi Kaia bersikeras bahwa mereka harus jalan kaki bersama.
Keduanya berjalan beriringan dengan sisi tubuh yang saling menempel. Tangan menggenggam erat tak ingin ada jarak di antara mereka.
Lampu pinggir jalan menyala terang, begitu juga bulan yang tampak rupawan bersinar terang mengiringi setiap langkah mereka dalam keheningan. Sesekali dersik angin atau suara kendaraan yang lewat mengisi ruang kenyaman keduanya.
"Bas, kamu kapan mau balik kerja lagi?" tanya Kaia yang menyempatkan diri menoleh ke arah Prabas yang hanya diam saja.
"Aku sudah ambil cuti panjang. Semuanya akan baik-baik saja. Ada sepupuku yang juga cukup mumpuni untuk menggantikan sementara ini. Kalau kamu sendiri, mau kerja dimana lagi setelah ini?"
Kaia berpikir sejenak. "Hm... mungkin bantu usaha papa yang baru dirintis ini. Papa bilang semuanya bisa dipegang sendirian, tapi selalu saja papa meminta bantuan kakak. Aku juga mau bantu papa, bukan cuma diperlakukan seperti putri kerajaan yang nggak bisa apa-apa."
"Hm.. menarik. Padahal aku pikir kamu akan masuk perusahaanku lagi."
"Bukannya di perusahaanmu nggak boleh ada pasangan dalam satu kantor ya?"
Prabas tersenyum. "Kan yang punya perusahaan kakek. Lagi pula punya hubungan diam-diam itu seru kan?" senggol Prabas membuat Kaia tertawa pelan.
Prabas melepaskan genggaman tangannya kemudian merangkul pundak Kaia agar lebih mendekat ke arahnya.
"Aku berubah pikiran. Aku nggak mau kita sembunyi-sembunyi lagi. Aku mau mengumumkan ke semua orang, kalau aku adalah laki-laki beruntung yang bisa mencintai dan dicintai oleh seorang perempuan hebat, Kaia Saujana."
"Bas... aku nggak sehebat itu," sanggah Kaia yang merasa malu. "Aku ... merasa bahwa aku tidak terlalu menonjol di setiap aspek. Terkadang aku berpikir, apa aku benar-benar layak untuk merasakan ini? Kamu seorang pengusaha muda yang sukses, Bas. Kamu mungkin berada di level piramida tertinggi. Sedangkan aku, nggak banyak yang bisa aku berikan. Bahkan untuk melawan papa saja aku nggak punya keberanian. Kamu selalu berjuang sendiri-"
"Ssst! Ai, kamu itu ngomong apa?"
Prabas menghentikan langkah mereka. Menarik tangan Kaia untuk berdiri menghadapnya. Kedua tangannya menangkup sisi wajah Kaia.
"Ai, semua orang itu pemeran utama di kehidupan mereka masing-masing. Kesuksesan itu nggak semua bisa diukur dengan material. Ada aspek kebahagiaan yang selalu hilang dari hidup aku. Dan kamu satu-satunya orang yang mengisi kekosongan kebahagiaan yang selama ini aku cari. Aku rela menukar semua yang aku punya saat ini jika papamu minta agar aku bisa dapat izin mencintai kamu, Ai. Jangan bilang lagi kalau semua yang kamu lakukan itu nggak ada gunanya. Your love for me, it's all the matter right now and afterwards."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Bilang Papa! (Complete)
RomanceTio Saujana adalah seorang asisten Komisaris dari Salim Group. Sudah lima tahun terakhir ia mencoba untuk resign tapi Komisaris selalu menjebaknya untuk tetap bekerja padanya. Hingga ia bersumpah bahwa anak-anaknya tidak boleh lagi terlibat dengan k...