47

6.5K 679 24
                                    

Happy reading! Hari ini aku up 2 bab! Tapi jangan lupa tinggalin jejak kalian di sini juga yaaa! Terimakasih!!

***

Kaia sudah tiba di gerai kopi tempat Prabas menunggu. Ia mencari sosok Prabas di tengah banyaknya orang yang memenuhi gerai kopi tersebut. Jantungnya berdebar melihat punggung seseorang. Kaia pun bergegas mendekat. Langkahnya ringan, sebisa mungkin Kaia tidak membuat suara.

Berdiri tepat di belakang Prabas, Kaia mengernyitkan alis saat matanya menangkap apa yang sedang dibaca oleh Prabas di layar ponselnya. Pria itu masih menyempatkan bekerja di sela-sela waktu istirahatnya.

Kaia sedikit impulsif ketika ia menutup mata Prabas dari belakang dengan kedua tangan. Prabas sendiri langsung tahu siapa pelakunya. Namun jika langsung menjawab akan terasa hambar. Maka dari itu ia ikut bermain dengan kejahilan Kaia.

"Ini siapa?" tanya Prabas sambil menyentuh jari lentik Kaia yang menutupi matanya.

"Coba tebak."

"Hm... Kevin?"

Kaia tak bisa menahan tawanya saat mendengar jawaban aneh Prabas.

"Ini aku. Kamu nggak kenal suaraku? Memangnya suaraku mirip sama kakak ya?"

Prabas meraih tangan Kaia agar gadis itu duduk di sampingnya. Di jarak yang dekat itu, Prabas memeluk kekasihnya untuk menghapus rasa rindu. Seharusnya dia baru pulang minggu nanti tapi setelah deretan pesta bibinya selesai di hari kamis, Prabas langsung pulang. Penerbangan lima belas jam memang melelahkan tapi ia hanya bisa beristirahat jika sudah bertemu dengan Kaia.

Bibinya memaksa Prabas untuk lebih lama, ia ingin mengajak Prabas menuju negara lain tapi Prabas menolak. Tujuannya ke Vienna juga hanya untuk mengambil sesuatu sekaligus menghadiri pesta bibinya. Tak perlu menghabiskan waktu untuk hal yang sia-sia jika ia bisa menghabiskan waktunya bersama Kaia.

"Bagaimana perjalananmu? Kamu nggak capek? Kenapa nggak istirahat saja di rumah?" tanya Kaia setelah pelukan mereka terlepas.

"Nggak apa-apa. Aku bosan di apartemen sendirian. Lagi pula kamu kemarin bilang mau nonton ini kan?"

"Iya, sama kakak juga papa. Kita sudah beli tiket untuk penayangan sabtu."

"Oh."

Kaia meraih tangan Prabas. Penayangan film mereka akan segera dimulai. "Nggak apa-apa. Aku nanti bisa nonton lagi sama mereka. Kamu juga pasti mau nonton ini kan?"

Prabas berpikir sejenak. Menonton film ini sebenarnya hanya alasan saja. Prabas bahkan sama sekali tidak pernah menonton detective conan. Ia membeli tiket ini karena Kaia menyukai anime tersebut.

Bahkan sepanjang film pun Prabas hanya meletakkan kepalanya pada pundak Kaia. Rasa lelah mulai menghampirinya. Ditambah dengan tangan Kaia yang mengusap pipinya membuat Prabas tertidur selama film berlangsung. Prabas baru dibangunkan oleh Kaia ketika kredit film selesai dan lampu bioskop kembali dinyalakan. Beberapa orang yang menuruni tangga bioskop melirik mereka.

"Bas, kamu ke sini nyetir sendirian?"

"Enggak. Aku ke sini sama sopir."

"Okey, kalau begitu kamu setelah ini langsung pulang dan istirahat ya. Bersihkan badan terus tidur. Lusa, di hari minggu, kalau ada kesempatan aku berkunjung ya."

Prabas mengangguk. Ia masih merasa mengantuk.

"Ai, tapi aku antar kamu pulang dulu. Sudah malam."

"Tapi akn..."

"Sudah malam, aku bawa sopir. AKu bisa tidur di mobil. Juga aku mau kasih oleh-oleh yang aku bawa."

"Baiklah kalau begitu."

Jangan Bilang Papa! (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang