45

7.6K 801 22
                                    

Happy reading semuanya! Janna lupa tinggalkan banyak jejak cinta dalam bentuk vote dan komen yaaa!!!

***

Kaia diantar Prabas untuk pulang. Mobil milik Prabas berhenti beberapa meter sebelum rumah milik Kaia terlihat. Dengan begitu mereka tidak akan dilihat oleh cctv di rumah milik Tio Saujana. Prabas seidkit enggan membiarkan Kaia untuk pulang. Rasanya ingin ia culik kekasihnya itu karena seminggu ke depan Prabas tidak bisa melihat Kaia. Dan setelah ia kembali, Kaia akan menyelesaikan program magangnya.

"Ai," panggil Prabas yang belum ingin melepas tangan Kaia.

"Iya? Ada apa, Prabas?'

Senyum Prabas terukir. Dia sangat senang setiap saat Kaia menyebut namanya dengan lengkap. Nama itu jadi terdengar lebih indah. Atau mungkin cara berbicara Kaia yang lembut membuat namanya juga terdengar lembut. Entahlah, tapi Prabas sangat suka.

"Masih ada beberapa menit sebelum jam tujuh. Aku mau kamu di sini sebentar. Jangan keluar mobil dulu."

Kaia membiarkan Prabas bermain dengan jari-jarinya. Suasana malam yang gelap, hanya lampu jalan yang menerangi sisi jalanan tempat mobil Prabas parkir. Kaia bisa melihat mata sendu prabas yang menatap jari-jarinya dengan lekat. Wajah Kaia terasa panas ketika Prabas bermain dengan ujung jari tengahnya.

"Jarimu cantik sekali. Seharusnya ada cincin di sana."

Kaia berdeham untuk menghapus kegugupan yang ia rasakan.

"Terima kasih."

Deru mesin mobil tidak bisa menyamarkan degup jantung Kaia yang menggila. Saat Prabas mengecup punggung tangannya, Kaia hanya bisa mengalihkan pandangannya. Tak hanya sekali, banyak kecupan Prabas tuangkan. Tak hanya punggung tangan, bahkan telapak tangan pun tak lekang dari hujan kecupan pria itu.

Apa mereka akan seperti ini terus sampai jam tujuh yang kurang dari lima menit lagi?

Kaia mencoba menghitung sisa menit untuk tidak fokus pada rasa hangat di tangannya.

"Oh ya, Bas. Kamu sudah bertanya kepada kakekmu? Atau memang apa yang buat papa tidak suka kamu hanya karena dendam papa akibat pemecatan saat itu saja?" tanya Kaia sambil menarik tangannya. Prabas menggenggam tangan Kaia lebih erat.

"Belum," jawabnya singkat kemudian lanjut mengecupi pergelangan tangan Kaia.

"Oh... sejujurnya aku juga penasaran. Tapi aku takut untuk ungkit masa lalu. Aku tidak ingin buat papa tidak nyaman."

"Ai, tidak usah khawatir. Ada aku sekarang. Biar aku melakukan semuanya. Aku juga tidak mau buat kamu tidak nyaman atau terluka. Kamu cukup pegang tangan aku seperti ini. Biar aku yang menyelesaikan semuanya. I promise you, Ai. Kamu hanya akan mendapatkan semua kebahagiaan di dunia ini. Aku akan jadi tameng terkuatmu."

Meskipun aku harus merangkak dengan lutut berdarah, aku akan melakukan semuanya untuk kebahagiaan kamu, Ai. sambung Prabas di dalam kepalanya.

"Sudah jam tujuh. Aku keluar ya. Kamu hati-hati perjalanan pulangnya."

Kaia terkekeh melihat wajah murung Prabas. Gadis itu berinisiatif untuk membahagiakan Prabas meskipun hanya sebentar. Ia meraih sisi wajah Prabas guna menyematkan sebuah kecupan singkat di pipi pria itu. Ia bisa melihat Prabas menahan senyumnya. Kaia membalik wajah Prabas dan memberikan satu kecupan lagi di bagian pipi yang lain. Tak lupa kening dan terakhir di bibir.

"Good night. Have a nice dream."

"Of course, I will. Thank you," balas Prabas dengan senyum lebar.

Jangan Bilang Papa! (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang