•°ep. 6: what's wrong?°•

1.1K 92 4
                                    

> Hari ke-2 hukuman Ady:

"Ernest! Gue bawain susu kotak rasa strawberry nih! Kali aja kemarin lo nolak pemberian gue karena kurang suka rasa coklat, kan?"

Ernest kembali menatap Ady dengan pandangan datar dan ekspresi terganggu. Kenapa pula mereka bertemu lagi?

"Kok diem? Ini diterima dong," ucap Ady semakin menyodorkan dua susu kotak kemasan pink dengan gambar strawberry di bagian depan.

Namun Ernest lebih memilih untuk bergeser dari depan Ady dan melanjutkan langkah menuju lapangan indoor sekolah, tempat timnya dilaporkan telah berkumpul semua.

Sekali lagi ia mengabaikan Ady—yang tampaknya nekat ke area gedung kelas XI MIPA hanya untuk mencegat dan tiba-tiba memberikan Ernest susu kotak.

"Loh?! Nest! Mau ke mana?! Ini susu kotak lo!"

Ernest masih cuek, dia berakhir diikut Ady sampai tiba di tempat tujuan.

"Lo mungut anjing dari mana Nest?"

Pertanyaan Freya—manajer tim voli putra, sukses membuat Ernest menghela napas panjang. Sekilas matanya melirik Ady yang masih setia mengekor di belakang, persis seperti anak anjing berukuran besar.

Ernest hanya menggeleng sebagai tanggapan, kemudian ia melanjutkan langkah untuk pergi ke ruang ganti.

Kala Ady juga hendak melangkah mengikuti Ernest, sayang sekali gerakannya harus terhenti karena dihadang Freya lebih dulu.

"Lo kalo mau ngikutin dia, gabung di ekstra voli dulu," usul si manajer dengan senyum cerah ketika mendapat tatapan bingung dari Ady.

"Caranya gimana?"

"Coba lo mundur deh."

Ady mengikuti arahan Freya tanpa bertanya lagi. Ady terus berjalan mundur sesuai apa yang dikatakan Freya sampai tubuhnya telah melewati pintu masuk lapangan.

"Nah, pinter! Sesuai kehendak kapten Ernest, lo dilarang masuk sampai latihan kita selesai. Adiós!" Freya berkata dengan nada ceria yang masih senantiasa terdengar, lalu menutup pintu masuk lapangan keras-keras tepat di depan wajah Ady.

"Gue, diusir?"

Make nanya!

__•°•__

> Hari ke-4 hukuman Ady:

Ernest membalikan tubuh ketika ada teriakan nyaring yang sempat didengarnya tengah memanggil.

Si kapten voli mendapati Ady tersenyum sumringah sambil menenteng paper bag yang sudah pasti berisi benda, makanan, atau hadiah yang akan diberikan padanya.

Akhir-akhir ini Ernest memang mendapat banyak sekali kiriman barang sampai surat tidak jelas dari adik kelasnya yang satu ini. Tapi selalu berujung dikembalikan karena ia tolak.

"Pulang bareng yuk! Gue hari ini mau ngembaliin buku," ucap Ady, masih tidak tahu malu.

Dan ketika Ernest mengangkat sebelah alisnya dengan ekspresi bingung, Ady segera membeberkan beribu tujuannya yang lain secara tidak langsung.

"Gue denger rumah lo searah sama perpus, jadi kenapa nggak sekalian aja, kan? Sama ada bakery shop yang bakal kita lewatin nanti, kata Mama gue di sana kuenya enak-enak! Makanya gu—"

Belum sempat Ady menyelesaikan ocehannya, Ernest telah melangkah lebih dulu menuju sebuah sepeda yang terparkir tak jauh dari tempat mereka berdiri.

Tanpa memperdulikan panggilan Ady yang hendak menyusul, dia menaiki sepeda itu lalu mengayuh pedalnya sampai keluar dari gerbang sekolah.

"Terus ini note book sama pulpennya gue apain?" Ady bertanya lesu pada diri sendiri sambil menatap paper bag yang dia bawa.

Dalih ke perpus untuk mengembalikan buku sebenarnya cuman modus.

Ady hanya ingin menjalankan 'after school date' sesuai rekomendasi yang dianjurkan masyarakat TikTok sebagai permulaan PDKT yang baik.

Lalu melihat dari empat hari terakhir ini makanan yang dia berikan pada Ernest selalu dikembalikan, Ady memutuskan untuk membeli note book dan alat tulis karena sering melihat Ernest belajar di perpus.

"Gue harus ngasih effort kek gimana lagi coba?!"

__•°•__

> Hari ke-5 hukuman Ady:

Qori—seorang extrovert yang tanpa sengaja mengadopsi Ernest juga anggota dari tim voli sekolah, memandang bingung akan kehadiran mahluk asing yang kini tengah ikut makan siang bersamanya dan Ernest.

"Lo dapet temen baru Nets?" tanya Qori heran bercampur bangga. Tapi sayangnya ia mendapat gelengan dari Ernest yang ditanya.

"Ernest emang gitu Bang! Rada tsundere dikit, makanya gue nggak diakui sama dia," jawab Ady tanpa disuruh siapa pun.

Si bocah dajjal lantas menyengir sambil menoleh ke arah Ernest di sebelahnya yang tengah memandangi dengan ekspresi triplek seperti biasa.

Ady menyadari kalau ada sisa makanan di pipi Ernest. Tangannya terjulur tanpa sadar untuk membersihkan sisa makanan itu.

"Ternyata lo bisa belepotan juga kalo makan, ya?"

Ernest mematung selama beberapa detik—atau biasanya juga terlihat begitu, ketika merasakan sentuhan tangan besar Ady pada bagian wajahnya.

Qori yang menonton adegan itu juga ikut terdiam. Salut, kagum, sekaligus ngeri dengan kelancangan Ady yang berani menyentuh Ernest.

Tapi di menit berikutnya Ernest tiba-tiba bangkit dari duduk. Ernest menatap kalut pada Ady yang kebingungan, lalu melayangkan tamparan keras pada wajah Ady.

Ady mendesis kesakitan walau masih dilanda bingung. Apa yang terjadi? Kenapa Ernest justru menamparnya?

Ketika Ady hendak menanyakan maksud perbuatan Ernest, dia telah lebih dulu ditinggal pergi.

Ernest berjalan cepat menuju pintu keluar kantin tanpa memperdulikan tatapan murid-murid lain yang sedari awal telah memerhatikan mereka berdua.

"Ernest?!"

Tanpa menunggu waktu lebih lama, Ady juga ikut bangkit dari duduk dan hendak bergerak menyusul Ernest.

Hanya saja ia harus terhenti akibat Qori yang menahan bahunya.

"Biarin aja, besok juga balik lagi kayak semula. Tapi inget, jangan lagi lo sentuh Ernest tanpa ijin dulu,"

"Kenapa?" tanya Ady pada Qori, berusaha meminta penjelasan.

Tapi Qori malah menggeleng sambil mengangkat bahunya sekilas sebagai respon. "Ya mana gue tau, Ernest emang nggak suka kalo ada yang nyentuh dia."

__•°•__

To be continued...

Secret side: Ernest | BLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang