•°ep. 8: actions with brownies?°•

1K 86 1
                                    

"Tapi serius deh Bang, makhluk yang Abang suka itu abnormal kayak Abang atau orang awam? Ya bukan gimana ya, Dyas cuman mau antisipasi aja."

Ternyata Dyas masih belum pergi setelah diabaikan kakaknya. Dia belum menyerah mengorek informasi tentang 'gebetan' yang tadi tak sengaja didengar ketika makan malam.

"Kualat kamu ngatain Abang abnormal! Coba nih liat! Abang masih punya dua mata, satu hidung, dua lubang hidung! Abnormalnya dari mana?!" Ady mendadak sewot.

Dyas lalu menyelipkan tangannya di bawah bantal tidur Ady, kemudian menarik selimut balita dengan motif mini Spiderman gemoy.

"Abang normal kalo waktu selimut ini dicuci nggak nangis sambil jongkok di bawah jemuran karena nunggu selimutnya kering!"

Tampang panik langsung tertera di wajah Ady. Dengan lekas ia bangkit dan merampas jimat tidur kesayangannya dari tangan Dyas.

"Apaan sih! Kalo Dyas ke sini cuman mau gangguin Abang, mending keluar deh!"

"Yang mau gangguin Abang siapa? Dyas ke sini tuh mau bantuin Abang PDKT sama gebetan Abang itu!"

Ady terdiam. Kepalanya refleks sedikit miring dengan wajah bingung yang kentara terlihat. Ditambah tangan masih memeluk selimut Spiderman gemoy miliknya.

Kalau dilihat-lihat, pose seperti ini sangat tidak cocok dengan badan bongsor milik Ady. Mirip botty kekar.

Tapi Ady kan seme:)

"Gimana? Ra mudeng iki."

Dyas memutar bola mata dengan malas. Pantas saja kakaknya tidak pernah terdeteksi punya pacar, Ady ini jenis modelan kaum batangan yang tidak peka.

Lalu dengan ajaibnya sekarang dia punya gebetan, Dyas ragu kalau proses pendekatan Ady berjalan lancar kalau pengalaman dan kepekaan saja masih di persenan minus.

Dan naasnya, semua itu memang benar. Ernest justru semakin menjauhi Ady.

"Emang udah dari kapan Abang ngedeketin dia?" Dyas bertanya, dan segera mendapat kisaran waktu seminggu sebagai jawabannya.

"Tapi emang dasarnya orang ini tuh cuek mampus! Abang sapa aja nggak dibalas, Abang samperin malah ditinggal, Abang kasih hadiah malah dikembaliin, atau kalau enggak malah disumbangin ke satpam sekolah. Pusing Abang sama dia!"

Ady berkata tanpa sadar dirinya juga sering membuat orang di sekitar pusing tujuh turunan. Bahkan penulis cerita sendiri.

"Mungkin Abang ada salah kali."

Mendengar tanggapan Dyas membuat Ady seketika tersentak dan terdiam lagi selama beberapa detik.

Benar juga, kemarin Ady sempat membuat Ernest marah karena menyentuhnya sebentar.

"Ada... Kayaknya?"

Dyas mangut-mangut. "Minta maaf aja dulu, tapi jangan sambil bawa hadiah yang Abang beli. Soalnya kesan Abang nanti jadi nyogok, apalagi dia nolak semua pemberian Abang, kan?"

"Masak gitu doang sih minta maafnya? Abang mah, orangnya totalitas!"

"Totalitas sih totalitas! Bukanya bikin anak orang baper, yang ini malah Abang bikin ilfeel!"

Dan jawaban Dyas sukses menusuk hati kecil sang kakak.

"Makanya dari pada ngasih barang nggak penting, terus ngomong manis-manis doang, mending langsung disosor pake aksi!"

"Aksi? Emang selama ini Abang kurang aksi?!" Ady kembali sewot. Dia merasa selama ini sudah memperlihatkan effort tiada tara untuk si kulkas Antartika.

"Iyakan? Abang cuman beli barang sama ngasih surat alay aja sejauh ini. Coba deh bikin apa gitu? Terus rencanain kegiatan apa gitu, yang nggak bisa dia tolak dan semuanya yang dia suka!"

Ady terdiam lagi. Lalu tiba-tiba dia mendapat ide bagus! Seakan ada bohlam lampu menyala di atas kepalanya.

"Makasih Nona Dyas! Hamba memujamu!" ucap Ady semangat setelah mengambil posisi bersimpuh untuk menyembah adiknya.

"Abang apaan sih! Jangan musyrik gitu dong!"

__•°•__

Dero mengintip isi tupperware yang dibawa-bawa Ady sedari ia sampai di kelas.

Rada bingung dengan tingkah sosok tidak bermoral di sebelahnya sekarang yang sedikit overdosis dalam menjaga tupperware merah bergambar Spiderman itu.

"Itu apa sih? Isinya pasupati ya?" tanya Dero dan sukses mendapat teloyoran sayang dari Ady yang menjadi teman sebangkunya.

"Sembarangan lo! Ini tuh brownies, gue yang bikin buat Ernest."

Perkataan Ady membuat Jonathan yang awalnya tidak tertarik seketika memutar tubuhnya ke belakang untuk menghadap Ady dan Dero. Wajahnya terlihat bingung, horor, terkejut, dan nampak kena sawan.

"Lo, masak?!"

"Iya, kenapa lo? Teruwouwo sama skill baru gue?"

Jonathan seketika merinding sendiri. Tidak bisa membayangkan jika teman masa kecilnya ini melakukan kegiatan yang namanya 'memasak' atau 'membuat makanan'.

Karena sungguh demi ikan nila di Palung Mariana, Ady merebus telur saja telurnya langsung meledak.

"Lo jangan ngeracunin anak orang dong!"

"Ha?! Mak—"

"Siapa yang ngeracunin siapa?" kedatangan Yudhis yang bertanya memotong perkataan dan mengurungkan niat Ady untuk membalas Jonathan.

Satu lagi personil empat sekawan baru datang dari ruang guru setelah mengantar sekertaris kelas mengumpulkan tugas mereka.

"Anak tengik ini! Masak dia bikin brownies buat ngeracunin Ernest?!"

"Lambemu Mas Jojo! Sampean iki belum pernah tak kokop ya?!"

Kala Ady mendekatkan wajahnya, Jonathan kalang kabut bangkit dari duduk lalu bersembunyi belakang Yudhis.

"Nggak usah! Mending gue kasih first kiss gue ke baliho princess Disney!"

Jonathan sepertinya dibuat trauma lahir batin oleh Ady.

Sedangkan Yudhis hanya cekikikan, sebelum duduk di atas meja Jonathan yang lebih dekat dengan posisinya berdiri.

"Brownies buat Kak Ernest? Jangan bilang lo beneran suka lagi sama dia," ucap Yudhis kemudian dengan senyum jahil yang merekah.

__•°•__

To be continued...

Secret side: Ernest | BLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang