•°ep. 12: the dancer°•

1K 82 8
                                    

"Selamat malam ladies and gentleman! Malam ini, kami secara perdana mempersembahkan pole dance show dari beberapa penari yang kami rekrut! We hope our esteemed customers enjoy this new service..." ucap seorang pria entah dari mana saat semua lampu dimatikan kecuali untuk lampu yang menyorot panggung.

Baik empat sekawan—dikurangi Jonathan, maupun para pelanggan lain yang ada di sekitar mereka serempak memberikan applaus.

Tidak lama, tiga orang penari muncul di panggung dengan kostum seksi yang dirancang agar melekat pada tubuh.

Dua orang penari perempuan dengan bunny waiters costume. Lalu satu penari pria dengan kemeja transparan dan celana panjang ketat.

Ketiga penari tersebut masing-masing menggunakan topeng. Tapi entah kenapa Ady tidak bisa melepas pandangannya dari penari pria yang mulai melekuk-lekuk di sekitar tiang yang berada di tengah panggung.

Otot-otot bisep si penari tampak sangat menggoda dari balik kemeja hitam transparan yang ia kenakan.

Apalagi dada bidang dan perutnya yang sedikit terbentuk menambah poin plus tersendiri. Jangan lupakan celana yang secara tidak langsung menjiplak belahan pantatnya.

Bagi Ady, penari ini bahkan mengalahkan pesona dua penari perempuan lainnya yang berbody gitar spanyol semua.

Pertunjukan terus berlanjut, para penari semakin lincah bergerak pada tiang dengan tarian yang panas dan sensual.

Hanya dengan melihat saja Ady merasa kalau libidonya mulai sedikit terbangun karena si penari pria yang ia perhatikan.

Kenapa pula Ady bisa sange dengan manusia berbatang sepertinya?

"Jonathan ke mana dah? Ini udah setengah acara gini kok blom nyusul kita sih?"

Pertanyaan Dero membuyarkan fokus Ady dari si penari. Membuat dirinya cukup bersyukur karena telah kembali pada kesadaran yang sempat raib.

"Gue cari aja kali ya? Siapa tau dia malah minum lagi terus pingsan," jawab Ady seraya bangkit dari duduknya.

"Lah? Nggak biasa banget lo minggat pas bagian asik gini,"

"Bahaya di sini, hampir ngaceng gue!"

"Bangsat lo!" Yudhis mengumpat kala Ady sudah mengambil langkah searibu menjauh dari meja mereka.

Namun berbarengan dengan langkah Ady, para penari beranjak turun dari panggung dan menghampiri pelanggan-pelanggan yang menonton.

Mereka bergelayut manja dan tanpa disangka juga mengajak pelanggan yang mereka datangi untuk berciuman.

Ady yang sekilas menyaksikan itu sedikit kaget kemudian menghentikan langkahnya selama beberapa detik.

Ketika akan kembali berjalan menuju pintu keluar ruangan, kejadian yang entah mengapa tidak Ady harapkan terjadi.

Si penari pria juga ikut turun lalu melewatinya begitu saja menuju salah satu meja yang diisi dua orang perempuan.

Pikiran Ady langsung kacau. 

Apa penari itu juga akan mencium mereka?

Apa dia akan merayu dua perempuan itu menggunakan baju seksi dan parfum menggoda yang ia kenakan?!

Tangan Ady tiba-tiba bergerak sendiri. Menahan lengan si penari lalu manriknya ke dalam rangkulan.

Membuat pria seksi bertopeng tersebut kaget dan kebingungan setelah melihat wajah Ady.

"Just do your service for me.."

Bisik Ady di hadapan si penari sebelum menciumnya.

Apa yang dilakukan Ady membuat semua orang tercengang. Bahkan Yudhis sampai berdiri dari tempatnya dengan ekspresi horor dan panik.

Ya panik lah anjing!

Teman yang dia bawa melakukan tindakan pelecehan tidak terduga pada pekerja yang berpotensi membuat kekacauan di club sang paman!

Si penari memberontak, tapi Ady tetap batu. Tidak ingin melepaskan rangkulan atau menghentikan ciumannya.

Ady menarik pria penari itu makin dalam pada dekapan. Mendorong belakang kepalanya agar ciuman panas yang mereka lakukan bisa semakin intens tanpa memperdulikan tatapan orang-orang sekitar. 

"Amhnn.. b-bentar.." ucap si penari setelah mendorong dada Ady agar ciuman mereka terlepas.

Sementara Ady yang mendengar suaranya seketika mematung juga tercengang.

Suara orang ini terdengar familiar.

Bukan! Bukan familiar lagi!

Tapi sangat dikenal Ady karena akhir-akhir ini ia selalu mengingat bahkan bersama pemiliknya.

Topeng yang digunakan si penari sudah terlepas entah sejak kapan, memperlihatkan ekspresi frustasi dan malu dengan rona merah yang merekah pada wajahnya.

"Ernest..?" lirih Ady, masih kebingungan.

Tapi di beberapa detik berikutnya ia segera menyadari situasi yang terjadi. 

Dengan segera Ady melepas rangkulannya kemudian membuka jas semiformal yang ia kenakan untuk menutup kepala Ernest.

Ia lantas menggendong Ernest,  menenggelamkan wajah si kakak kelas agar tidak terlihat orang lain apalagi teman-temannya.

Ady berlari keluar dari ruangan bersama Ernest dalam gendongannya. Meninggalkan Dero dan Yudhis yang kini pijat-pijat kepala karena ulah teman mereka itu.

"Hadeh! Gini banget temenan sama dedemit!"

__•°•__


Ady berjalan cepat menuju kamar di lantai dua club setelah memesan secara cepat pada pegawai yang kebetulan habis membersihkan salah satu kamar yang ada di sana.

Ketika ia telah masuk dengan Ernest lantas mengunci pintu kamar, Ady segera menurunkan si kulkas Antartika di atas kasur yang baru diganti seprainya.

Ady menatap tidak percaya pada Ernest begitu mereka saling pandang sekali lagi. Ia menghela napas gusar, mendadak marah tidak jelas karena apa.

"Sejak kapan lo ngelakuin ini?!" nyalak Ady seraya memandang tajam ke arah Ernest.

"Emang kenapa?"

Make nanya!!

__•°•__

To be continued...

Secret side: Ernest | BLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang