•°ep. 14: bite wound°•

1.1K 82 4
                                    

Ernest melanjutkan sesi curhatnya tentang hari ini bersama Penyet—ditambah Ady yang menguping dari atas pohon mangga yang Ernest jadikan tempat berteduh.

Banyak hal yang kini Ady ketahui dari hasil menguping. Walau ia tau itu perbuatan yang kurang sopan...

Tapi, sejak kapan ada kata 'sopan' dalam kamus kehidupan seorang Adyasa Narendra?!

Ada beberapa hal tentang Ernest yang bertolak belakang dengan sikap yang ia tunjukan pada orang lain selama ini.

Seperti curhatannya benar-benar akan panjang kali lebar kali tinggi dengan makian yang tiada henti.

Ady juga sempat mendengar namanya disebut dan dimaki sebentar oleh Ernest sebelum berpindah pada cerita lain.

Ternyata Ady baru menyadari kalau Ernest sebenarnya tidak secuek dan sependiam itu.

Ada sisi lain yang sulit untuk Ady percayai dari kulkas Antartika ini—yang akan berubah menjadi kompor dengan api hangat jika sedang bersama Penyet—kucing betina belang yang sekarang akan segera memiliki keturunan.

Namun sayangnya, Ady tidak mendapat informasi lanjutan tentang ayah Ernest yang didengar telah menelantarkan anaknya sendiri.

Bel sekolah berbunyi, menandakan sesi istirahat telah usai. Ady mendesah kecewa kala menyaksikan Ernest bangkit dari duduk kemudian mengelus-elus kepala Penyet sebantar sambil berpamitan.

Saat Ernest telah sepenuhnya pergi dari area belakang sekolah, Ady melompat turun. Ia mengejutkan Penyet yang masih melahap makanan kaleng pemberian Ernest beberapa menit lalu.

Penyet mendesis marah ke arah Ady karena acara makan siangnya terganggu. Ady minta maaf sambil cengengesan, ia menghampiri Penyet yang kini jadi lebih waspada dengan desissan yang terdengar garang.

"Woilah! Sante napa Bund? Saya nggak ada niat buruk, yang tadi nggak sengaja itu," ucap Ady seraya berjongkok perlahan di hadapan Penyet.

"Jangan marah sama gue ya? Tiap dua hari gue bawain wiskas deh! Sebagai gantinya, lo nerima ajakan aliansi pertemanan gue. Gimana? Deal?"

Bukan persetujuan yang Ady dapat, melainkan gigitan dari Penyet setelah ia menjulurkan tangannya sendiri pada si kucing betina.

Ady sempat berteriak heboh. Tapi mengingat pelajaran yang selama ini ia dapatkan ketika mendekati Ernest, Ady berusaha bersabar dan menahan sakit pada tangannya yang digigit Penyet.

Ia menggerakkan tangan yang lain untuk mengelus kepala Penyet dengan perlahan. Ady bahkan bersenandung kecil—walau terdengar sumbang, selayaknya ngelonin bayi agar Penyet bisa mengerti bahwa dirinya tidak bermaksud jahat.

Bulu-bulu di tubuh Penyet mulai turun setelah merasakan sentuhan lembut Ady. Perlahan pupil matanya kembali membesar berbarengan dengan gigitan yang terlepas.

Ady sedikit terkejut ketika melihat telapak tangannya tercetak bekas gigitan kucing dengan sedikit darah yang keluar.

"Gini amat nasib gue... Buat makan gratis aja harus bertumpah darah," kata Ady dramatis. Kemudian berpose selayaknya orang yang hidupnya hancur karena baru menerima azab duniawi.

"Meoww!" ("Alay lu!")

"Heh! Tapi beneran sakit ini!"

"Meow? Meooww," ("Terus? Toh bukan masalah saya")

"Nggak Ernest, nggak kucingnya... Kenapa pada jahat banget sih sama gue?!"

__•°•__

Ady menoleh ke arah pintu UKS yang dibuka pelan. Muncul sosok Ernest di sana dengan kotak P3K yang tengah ia bawa.

"Pas banget! Ernest bantuin gue yaa? Please? Ini susah banget buka tutup obatnya," ucap Ady merengek seraya mendekat ke arah Ernest.

Ia menyodorkan botol obat merah yang masih tersegel pada si kakak kelas agar bisa dibukakan.

Ernest melihat Ady sekilas, menghela napas sebelum mengambil alih botol obat merah di tangan Ady, kemudian berjalan melaluinya untuk menaruh kotak P3K di meja UKS terdekat.

Setelah selesai membukanya, Ernest menaruh botol obat merah itu begitu saja di sebelah kotak P3K dan berbalik menuju pintu keluar UKS tanpa memperdulikan atau berniat membantu mengobati Ady.

Tentu saja apa dilakukan Ernest akan mengundang tingkah tidak terduga dari Ady—yang akan membuat si kulkas Antartika terpaksa mengurungkan niatnya untuk pergi.

"Aakkhh!!! Ernest tolongin gue!! Sakit banget!! Ta-tadi gue digigit vampir terjangkit HIV!" teriak Ady ngawur ngidul seraya memegangi salah satu tangan yang sebenarnya hanya digigit Penyet.

Ernest berbalik dengan alis terangkat satu, bingung akan Ady yang kini melakukan tarian keram ala Patrick dari Spongebob di lantai UKS.

Lagi pula, sejak kapan HIV juga bisa menjangkiti vampir?!

Helaan napas sekali lagi Ernest keluarkan begitu saja. Ia lalu mengajak Ady untuk duduk di dekat meja tempatnya meletakan obat merah dan kotak P3K beberapa saat lalu.

Setelah Ernest meraih tangan Ady yang terluka, ia segera membersihkannya dengan alkohol.

Kala Ady terdengar meringis menahan perih, Ernest menghentikan gerakan mengusapnya sebentar kemudian kembali melakukannya dengan lebih pelan.

Sementara Ady sudah nyengir-nyengir. Senang jika Ernest memberikan perhatiannya padanya.

Meskipun sikap Ernest sangat bertolak belakang dengan yang ia lihat di belakang sekolah saat istirahat tadi, Ady tetap bisa melihat sisi rahasia Ernest yang sebenarnya begitu penyayang dan lembut ketika mengobati lukanya.

Tapi mengapa dari awal Ernest tidak menunjukkan sifat baiknya pada orang lain?

Kenapa ia begitu tertutup pada mahluk sejenisnya, dan justru oversharing dengan Penyet?

Apa alasan Ernest terlihat risih akan sentuhan orang lain, namun malah bekerja menjadi penari pole dance di sebuah club malam?

Ernest Erlangga, dia orang yang penuh teka-teki membingungkan untuk dihadapi manusia kurang literasi seperti Ady.

__•°•__

To be continued...

Secret side: Ernest | BLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang