•°ep. 7: little sister°•

1K 78 1
                                    

Ady terperanjat dari tidur karena dilempari sesuatu oleh Dyas—adik perempuannya.

Manusia setengah mahluk halus ini lantas gelagapan bangun lalu mengambil kain berbau aneh dan menyengat yang tadi menempel pada wajahnya.

Adalah sebuah boxer merah bermotif Spiderman—barang kepunyaan Ady yang kembali Dyas temukan di tumpukan cuciannya.

"Abang mau Dyas usir lagi dari rumah, hah?!" teriak Dyas sambil berkacak pinggang menyaksikan kakaknya bangkit dari sofa panjang ruang tengah.

"Abang nggak ada naruh ini di cucian Dyas! Pasti Kyan yang ngambil!"

"Ngapain Abang nyalahin Kyan coba?! Aku yang segede ini aja nggak kuat nyium bau jahanam daleman Abang, apalagi Kyan yang baru empat tahun!"

"Kan bisa aja dia yang mindahin?! Dyas mana tahu kalo kebanyakan bocil umur segitu sebenarnya bipolar!"

"Beliciii! Jangan Dydy sama Iyas belengal! Uping Iyan mutel-mutel!" 

Kyan yang sedang mewarnai, tak jauh dari tempat para saudaranya bertengkar mulai muak dan memutuskan untuk menengahi mereka walau dengan tatanan bahasa acakadul ditambah logatnya yang terdengar masih cadel.

"Kuping muter-muter?" Ady bertanya entah pada siapa seraya saling pandang dengan Dyas. Cukup bingung akan maksud si bontot.

Bibir Kyan mencebik ke bawah dengan pipi mengembung menahan marah. Kyan lantas ikut berdiri untuk menghampiri kedua kakaknya.

Ia kemudian memegang sisi kiri kanan kepalanya sambil menggeleng-geleng, hendak berlagak seperti orang yang tengah sakit kepala.

"Iya!! Uping Iyan mutel!!!" ucap Kyan cukup keras yang sukses mengundang tawa dari Ady dan Dyas.

"Nyanyi dulu deh yuk! Kepala..~ Pundak, lutut, kaki, lutut kaki..!!" Ady bergerak memperagakan tarian lagu 'kepala pundak lutut kaki'.

Dyas lantas mengikuti, sejenak lupa dengan boxer Spiderman milik Ady yang manjadi faktor utama pertengkaran mereka.

Wajah Kyan juga berseri-seri, ini lagu yang  akhir-akhir ini sering ia nyanyikan bersama Linda—ibu mereka.

"Uping!! Idung ja munyu!!!" Kyan ikut bernyanyi menggunakan suara sumbang khas anak baru belajar bicara seraya menunjuk anggota tubuh yang namanya disebut.

Ketika lagu selesai, ketiga bersaudara mengangkat kedua tangan mereka masing-masing dan berteriak sampai suaranya memenuhi seisi rumah juga terdengar di pekarangan milik tetangga.

__•°•__

"Lain kali jangan gitu lagi, kasian Nenek Nisa di samping rumah tuh! Kupingnya udah nggak bisa dipake malah kalian bikin makin sakit!"

Dyas yang makan di sebelah Ady sambil menunduk penuh penyesalan menggamit lengan kakaknya. Membuat Ady meringis dan membalas menggamit lengan Dyas.

Mereka berakhir saling menyalahkan ketika Linda mengomel kala makan malam tiba.

Mau bagaimana lagi? Ady itu dajjal, makanya selalu membawa pengaruh buruk untuk orang-orang di sekitarnya.

"Ohya, Bang, itu tas yang isi buku sama alat tulis baru buat Dyas aja boleh nggak?" tanya Dyas begitu Linda selesai mengamuk.

"Nggak! Itu buat gebetan Abang."

Seketika Dyas dan Linda yang ada di meja makan menghentikan gerakan yang tengah keduanya lakukan.

Ibu anak ini serempak menoleh ke arah Ady dengan pandangan horor yang sulit diartikan.

"Abang punya gebetan?!" pekik Dyas setelah beberapa detik keheningan membingungkan di antara keluarga kecil itu.

Ady menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Dia jadi bingung sendiri sebab baru menyadari perkataannya yang seakan menunjukan kalau Ernest sungguhan menjadi 'gebetannya'.

"Siapa Bang? Ketemu di sekolah ya?" kali ini Linda yang bertanya, bahkan sampai mengabaikan Kyan yang tengah disuapi.

"Ck! Udah ah! Liat nanti aja, jangan nanya-nanya dulu!"

Setelah mengutarakan elakan pada kedua perempuan dengan tahta tertinggi di kehidupannya, Ady segera bangkit dari duduk dan cepat-cepat pamit untuk mencuci piring karena memang makanannya juga sudah habis.

"Huft! Selamat..." gumam Ady begitu berhasil pamit dan kembali ke kamarnya tanpa mendapat interogasi lanjutan.

Tapi siapa sangka? Mungkin sejam setelah makan malam selesai, kamar Ady kedatangan sedikit gangguan dari Dyas yang membuka pintu lalu masuk begitu saja tanpa permisi.

Ady yang tengah membersihkan kertas bekas surat-surat cinta alay di meja belajarnya langsung panik.

Segera ia membuang tumpukan kertas tersebut ke keranjang sampah dekat ujung kasur.

"Ketuk dulu kek!" marah Ady pada adik perempuannya.

Sementara Dyas hanya cuek bebek. Tahu kalau Ady juga biasanya tidak menerapkan norma mengetuk atau permisi dulu sebelum masuk ke kamar orang lain.

Langkah Dyas mendekat ke kasur Ady, kemudian merebahkan tubuh tanpa beban di sana sebelum membuka suaranya.

"Masih jaman pake surat-surat begitu? Abang kira ini tahun 80an?"

Mendengar cercaan Dyas membuat Ady seketika bersemu, cepat-cepat ia memalingkan muka dan mengambil tempat duduk pada kursi di depan meja belajar.

Bocah cina kw satu itu mendadak sibuk membuka sembarang buku LKS. Padalah ada tugas saja dia tidak tahu di mapel apa dan tentang apa.

Sok kul dulu nggak sih??

__•°•__









































_•Anindyas Narendra•_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_•Anindyas Narendra•_

(13th)

__•°•__

_•Kyanasa Narendra•_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_•Kyanasa Narendra•_

(4th)

__•°•__

To be continued...

Secret side: Ernest | BLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang