[9].

578 44 8
                                    

Jangan lupa tandai typo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa tandai typo

✥✥✥✥

Di dalam ruangan mewah bernuansa emas, ratih mendengarkan cerita anak keduanya, Nindi. Banyak lukisan mahal yang terpajang rapi di setiap sisi dinding putih. Lampu hias berwarna gold, meskipun tak menyala tetap seperti memancarkan sinar.

"Serius istrinya yudha seperti itu, Nin?" Tanya ratih tampak ragu.

"Mama kalau gak percaya, samperin aja. Dia itu, sumpah dah...." Ucap nindi menahan kemarahannya.

"Mama taunya kalau wanita bercadar itu wanita baik-baik dan menjaga banget dari semua tutur kata, perilaku, takan berutal seperti yang kamu ceritakan. Kok mama kurang yakin ya."

"Mama kurang yakin karena mama nggak tahu, menantu mama itu busuk! Ya gak, rat?"

Ratna hanya mengangguk walau tampak di wajahnya ada keraguan.

"Ahh masa sih sampai ngancem-ngancem gitu? Kakek kalian tidak mungkin salah jodohkan cucunya. Kalian jangan lupa, dia adalah rekomendasi kakek!" Ujar ratih memperingati anak-anaknya.

"Mama gak percaya sama kami? Ya nggak apa-apa. Kapan-kapan ke sana aja jengukin menantu mama itu. Persis seperti teroris!."

Nindi menggebu-gebu. Otot-ototnya mengeras

"Huusss! Berani ngomong gini di depan kakek?" Tanya ratih. Nindi hanya bersungut sedangkan ratna hanya diam saja. Ratih menggeleng mencoba memaklumi anak-anaknya.

"Okey, nanti sore kita kesana!" Seru ratih dan di sambut dengan anggukan keras dari kedua anaknya.

*****

Tiba di rumah yudha, tampak gerbang dikunci. Luna berlari ke luar, membukakan pintu untuk mertuanya.

'Aku membaca, mertua itu memiliki lidah seperti silet. Aku harus berhati-hati, harus lebih sabar sebab dia ibu dari suamiku' batin luna

Luna mempersilahkan mereka beriga masuk. Nindi sama sekali tak memandangnya. Berbeda dengan ratna, gadis berambut sebahu itu menjulurkan tangannya lalu mencium tangan luna. Luna merasa kikuk. Apakah memang begini aturannya? Setiap kali bertemu dengan ratna, tangannya selalu dicium oleh gadis itu?. Tapi nindi tidak? Luna menahan nafasnya mencoba menguasai suasana.

"Bagaimana keadaanmu, Nak?" Tanya ratih

"Sa-saya baik" Jawab luna agak gugup.

"Mama bawakan kamu minuman jahe, pasti menjadi istri Yudha sangat menguras tenagamu, kan?" Senyum ratih menatap kedua mata luna. Wanita bercadar itu mengangguk pelan. Ia merasakan hatinya seketika basah. Perlakuan ibunya Yudha di luar dugaannya.

"Aku sedang mencoba memasak ayam taliwang, jadi maaf agak berantakan" Ujar luna mencoba merapikan dapur. Diruangan itu terdapat meja panjang dengan jumlah kurai 10. Ruangan itu memang sering digunakan untuk berkumpul sambari menikmati hidangan yang baru matang.

Istriku Mantan MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang