Selamat menikmati kisah para pemuda penghuni lantai 2 kos 20. Semoga kalian bisa terhibur dan tidak merasa sendiri di dunia ini<3
Now playing :
Air dan Api—NaifPenghuni lantai 2 Kos 20 bukan hanya Tihan dan kawan-kawan. Ada juga lima pemuda yang ikut meramaikan kos tersebut. Hari minggu bertepatan dengan hari kerja bakti seluruh penghuni Kos 20. Beberapa menit yang lalu mereka mulai mengerjakan pekerjaan masing-masing. Seperti para wanita yang membersihkan rooftop kos, ruang tamu lantai atas dan bawah, koridor serta membuang sampah.
Sementara para laki-laki ada yang menebang ranting pohon mangga, mengecat ulang pagar kos, merapikan parkiran, menyapu halaman, dan menyiram beberapa bunga yang tumbuh.
Seperti biasa kerja bakti selalu dipantau langsung oleh pak Burhan. Baju kutang berwarna putih, sarung melilit erat di perut buncitnya, dan peci yang sudah hampir meninggalkan kepala beliau. Dengan berkacak pinggang, ia mengamati hasil kerja para pemuda yang sudah ia anggap sebagai anak sendiri nya itu.
"BANG, ITU ADA MANGGANYA BANG! AMBIL AJA BANG!" Teriak Tihan saat matanya tak sengaja melihat beberapa buah mangga yang tergantung di atas sana.
Laki-laki yang bertugas memotong dahan tersebut menoleh ke bawah. "Minta dulu, Han. Kalau ambil langsung nyuri namanya," ucapnya.
Tihan mengangguk. Ia melirik ke sana kemari mencari keberadaan pak Burhan. Ternyata di sana beliau tengah memantau pekerjaan lainnya yang sedang mengecat pagar.
"PAK BURHAN, BANG EROS MAU AMBIL MANGGA NYA, PAK!! BOLEH KAN?!" Teriak Tihan.
Bocah sialan, yang mau siapa yang dipakai namanya siapa.
"AMBIL SEMUA AJA, ROS!! TERUS POTONG DAHANNYA!" Balas pak Burhan.
Tihan tentunya bersorak dengan girang. Sedangkan di atas sana Eros juga nampak senang sekaligus tidak terima jika namanya harus di jual oleh bocah kematian di bawahnya ini.
Di samping Tihan, ada laki-laki yang seumurannya. Panggil saja Alif.
"TANGKAP HAN, LIF!" Instruksi dari Eros diindahkan oleh Alif dan Tihan.
Keduanya dengan gesit menangkap satu persatu mangga yang di jatuhkan oleh Eros. Setelah terkumpul banyak, keduanya menepikan buah tersebut. Lalu kemudian menarik satu persatu dahan yang baru saja di tebang, di kumpulkan dan akan dibakar jika sudah kering.
"Sadam, yang benar kamu kerjanya. Jangan gambar aneh-aneh kamu di situ," tegur pak Burhan. Sadam yang ketahuan menggambar burung lain itu, segera menutupinya dengan cat.
"AGUM, JANGAN TIDUR!" Teriak pak Burhan tepat di samping telinga Agum. Sontak laki-laki itu membulatkan matanya dan kembali bekerja dengan baik. Walaupun terpaksa.
Yang lainnya hanya bisa mengusap kuping kala mendengar teriakan demi teriakan dari pak Burhan. Bisa-bisa mereka tuli sebelum waktunya. Deden salah satu penghuni lantai 2 Kos 20 yang melihat pak Burhan duduk di kursi plastik, akhirnya bersuara.
"Pak, bagi sarapannya, dong. Kita belum sarapan, nih," pinta Deden sambil memegang perutnya yang sudah meminta untuk diisi.
"Jangan banyak minta kamu, Deden. Saya putus listrik kamu, mau?!" Mata pak Burhan melotot.
Deden menyengir lebar. "Enggak deh, pak." Laki-laki itu berbalik dan kembali bekerja.
"Kita doang nih yang kerja? Tuh, cewek-cewek udah santai aja dari tadi. Tolong suruh mereka bantuin kita dong, pak!" Keluh Eja.
"Hallah, malu sama burung mu, Eja. Gede doang, semangat kerja kecil," balas pak Burhan dengan santai lalu menyantap pisang goreng miliknya. Ia tidak berminat memberikan kebebasan kepada pemuda di hadapannya itu.