Selamat menikmati kisah para pemuda penghuni lantai 2 kos 20. Semoga kalian bisa terhibur dan tidak merasa sendiri di dunia ini<3
Now playing :
Rumah-Salma SalsabilBeberapa bulan setelahnya, Agum telah di wisuda dan menjadi lulusan terbaik. Laki-laki itu berhasil gelar cumlaude dan menyelesaikan pendidikannya dengan nilai yang tentunya sangat memuaskan. Keluarga Agum datang jauh dari tanah Medan untuk menghadiri satu-satunya keluarga mereka yang berhasil mendapat gelar sarjana. Tangis haru dan bangga mengiringi Agum hari itu.
Bukan hanya keluarga, tidak lupa juga dengan perintilan-perintilan Agum selama hidup di Jakarta. Siapa lagi kalau bukan anak-anak lantai dua. Mereka datang dengan sorak bahagia, memberikan buket bunga beserta hadiah. Hanya Tihan yang tidak ada dalam perkumpulan mereka hari itu.
"Ja, aku sama anak-anak nyerahin gerai TBC ini sepenuhnya sama kau. Biar kau yang kelola semua gimana baiknya dan kau bisa kembangin usaha ini sebagaimana maunya kau," ucap Agum saat mereka duduk di ruang tamu kos.
"Kenapa begitu, bang? Ada masalah, ya? Atau gua ada salah?" Tanya Eja panik.
Eros menggeleng. "Enggak, Ja. Gua dan Dirga sekarang udah skripsian. Anak-anak yang lain juga udah pada sibuk dengan urusannya masing-masing. Dan kita rasa, lo lebih pantas dan layak untuk mengelola usaha ini," jelas Eros.
"Tapi lo semua juga ambil andil dalam usaha ini. Masa iya gua yang dapetin semuanya. Ini terlalu banyak," jawab Eja. "Dan gua gak mau cuman gua yang dapat bagian, bang. Ayolah, kita jalan sama-sama lagi untuk bangun bisnis ini. Gua bisa, tapi gua juga mau ada kalian."
"Terima aja, Ja. Enggak usah mikirin gua. Gua tetap bisa hidup kalau lo yang megang usaha itu," ujar Ken santai, menikmati steak yang ia pesan di sebuah aplikasi.
"Nah, bener tuh, bang. Kita kasih lo usaha ini pun, itu artinya kita udah percaya sama lo. Enggak usah mikirin kita, kita aja enggak mikirin lo," imbuh Alif menyengir lebar. "bang, bagi dong," Alif meminta makanan Ken.
Tiba-tiba Galang menepuk pundak Eja. "Sudah saatnya lo maju dan mengembangkan semua yang sudah lo bangun. TBC punya lo sekarang. Kita semua udah punya rencana mau bagaimana ke depannya. Dan kita merasa usaha ini, memang cocok ada di tangan lo, Ja."
Bukan tanpa alasan mereka memberikan seluruhnya usaha TBC ke Eja. Mereka punya keyakinan penuh, bahwa usaha bisnis ini hanya akan maju di tangan Eja. Lagi pula mereka semua sudah memilih jalan lain, untuk menuju masa depan yang cerah. Dan dari awal usaha ini dibangun memang untuk membantu Eja.
Mereka hanya sekedar membantu, dan membersama langkah Eja agar tidak merasa sendiri. Dan bisnis ini sudah berada di titik puncaknya, tidak ada sedikit niat untuk mengganggu atau pun memperebutkannya.
Eja menatap mereka satu persatu dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Salah satu hal yang tidak ia pernah sesali dalam hidupnya adalah, bertemu dengan anak-anak lantai dua. Ia tidak pernah membayangkan, bagaimana hidupnya jika tidak bertemu dengan mereka semua. Melihat itu, Agum segera memeluk tubuh Eja seakan memberinya semangat dan tanda selamat bahwa ia memang pantas mendapatkan semua ini.
Satu persatu dari mereka ikut memeluk tubuh Eja. "Lo jangan takut untuk sendirian, Ja. Kita-kita bakalan terus membersamai langkah lo," tutur DIrga.
"Sukses ya, bro! Jangan lupa, kalau udah sukses, traktir gua pajero," ucap Sadam dengan tidak tau dirinya.
****
Semesta akan terus bergerak sesuai dengan garisnya. Pertemuan dan perpisahan akan terus di rasakan oleh setiap manusia jika masanya sudah tiba. Begitu pula dengan penghuni kost 20. Kisah sepuluh pemuda di bangunan berlantai dua ini, telah selesai. Mereka kembali memilih jalan hidupnya masing-masing.