Selamat menikmati kisah para pemuda penghuni lantai 2 kos 20.
Semoga kalian bisa terhibur dan tidak merasa sendiri di dunia ini<3
Now playing :
Sahabat Kecil-Ipang Lazuardi
"Artihan Artharendra. Panggil aja Tihan, bang.""Aku Agum. Kalau kau punya masalah di kos, panggil saja aku. Aku penanggung jawab di sini."
"Panggil aja gua Sadam."
"Eja, nama gua. Dan kayaknya kamar lo sampingan sama kamar gua."
"Gua Dirga."
****
Andaikan 2 tahun yang lalu Tihan tidak memberanikan diri meninggalkan kota Bandung beserta kenangannya, mungkin dia tidak akan mendapatkan cerita hebat dari pengalamannya semenjak ada di kota metropolitan ini. Jakarta. Bertemu banyak manusia dengan watak yang berbagai macam, membuatnya lebih paham akan makna menghargai.
Rooftop yang menjadi tempat anak-anak kos an 20 sangat sepi. Hanya ada Tihan sendiri yang duduk sembari menikmati langit dan dinginnya angin malam.
"BUKANNYA BANTUIN MASAK, MALAH MELIPIR KE SINI!!" Suara bariton itu memecah keheningan. Seorang laki-laki bertubuh gempal, rambut gondrong yang terikat rapi berjalan menghampiri Tihan dengan membawa beberapa buah sendok. Agum, namanya.
"Kan tadi gua udah bantuin beli bahannya, bang," ucap Tihan. Ia sedikit menggeser tubuhnya membiarkan Agum duduk di sebelahnya.
"Gak usah marah-marah deh, bang. Lo aja gak ada kontribusi apapun di dapur," lerai Eja yang baru datang, di susul oleh Dirga yang membawa panci berisikan mie kuah yang baru saja matang.
Sedangkan Sadam, membawa teko berisikan air dan dua gelas plastik berwarna hijau. "Lah, Dam, lo cuman bawa dua gelas doang?" Tanya Eja.
"Yaelah, sok bersih lo, Ja. Udah biasa juga. Lo aja sering tukeran daleman sama Tihan," ceplos Sadam.
"Gak usah buka kartu dong, bang! Gua diem aja loh dari tadi," sahut Tihan.
Sementara itu Dirga meletakkan panci yang ia bawa di atas lantai. Eja yang bertugas membawa piring langsung membagikannya ke hadapan masing-masing. Tanpa menunggu waktu lama mereka langsung menyantap mie kuah tersebut sama-sama. Menu sederhana yang terasa nikmat, di tambah cuaca dingin dan selingan canda tawa mereka.
"Mending lo ambil S2 nya tata boga aja deh, Ga. Masakan lo enak bener," usul Sadam di tengah kunyahan nya.
"Enggak nyambung, bego! S1 kedokteran terus S2 nya mau ke tata boga," maki Eja.
"Lagian modal masak mie, pake suruh-suruh orang masuk tata boga. Mending kau saja yang masuk psikolog, Dam. Kayaknya psikis kau itu sudah kena," sahut Agum. Dirga yang mendengar nya hanya tersenyum tipis tanpa membalas ucapan mereka.
"Lo ambil Farmasi aja, bang," celetuk Tihan.
"Cocok, ya?" Tanya Sadam sedikit bangga.
"Iya, cocok," ucap Tihan. "Cocok jadi tikus percobaan, hahaha."
Agum, Eja dan Tihan serempak tertawa dengan keras menertawai wajah kesal dari Sadam. Sementara Dirga yang menikmati makannya berusaha untuk menahan ketawanya. Bahaya, bisa-bisa isi mulutnya keluar semua.
"Sialan lo bocah kematian," ketus Sadam.
Eja berdehem sebentar. "Bang, tadi kak Tina penghuni kamar nomor 9 minta dibenerin gagang pintunya. Katanya copot tadi siang," adu Eja pada Agum.
"Lah, macam mana pula? Kemarin keran air, sekarang gagang pintu," ucap Agum heran, lalu menegak segelas air hingga tandas.
"Anak lantai satu pada iseng semua tangannya. Intinya mereka sengaja nutupin pintu kak Tina dari luar. Nah, kak Tina berusaha buat narik dari dalam. Kalian udah tau lah, kekuatan tangan kak Tina udah kayak Thanos. Dia nariknya keras banget, akhirnya gagangnya ikutan copot," jelas Eja sedikit tertawa.
"Pantas aja, lantai bawah kemarin udah berisik banget kayak lagi antri sembako. Gua enak-enak tidur siang, malah kebangun gara-gara suara toa mereka," sahut Sadam tak habis fikir.
"Bucan sama pak Burhan udah tau?" Tanya Dirga.
Eja mengangguk. "Katanya biar bang Agum aja yang urus."
"Besok pagi lah ku lihat. Berhubung aku juga besok libur," ucap Agum.
Tak terasa mie kuah yang ada di panci sudah habis. Namun ke lima laki-laki tersebut belum ada yang beranjak dari rooftop. Mereka melanjutkan dengan berbincang, tertawa, merokok, bercanda dan menghabiskan waktu malam ini.
Kos 20, namanya. Tempat di mana ke lima laki-laki itu bernaung dari panas dan hujan. Seperti namanya, kos ini memang terdiri dari 20 Kamar. 10 kamar di lantai bawah khusus bagi perempuan dan 10 kamar di lantai atas khusus untuk laki-laki. Dengan peraturan yang ketat dan batasan bagi laki-laki maupun perempuan, serta CCTV yang memantau pergerakan mereka sehingga tidak sembarangan dalam berinteraksi.
Bucan singkatan dari Bunda Cantik, yang mempunya nama asli ibu Romlah. Pemilik kos ini beserta suaminya pak Burhan, sebisa mungkin memberikan fasilitas lebih agar penghuni kos ini nyaman. Seperti parkiran yang luas, kamar mandi dalam, rooftop, tempat jemuran yang terpisah antara laki-laki maupun perempuan, dapur umum dan masih banyak lagi.
Dan bang Agum, perantau dari tanah Medan merupakan penghuni pertama kos ini setelah seminggu beroperasi. Waktu itu ia masih menjadi maba, dan sekarang sudah menjadi mahasiswa semester 6. Agum sudah menjadi kepercayaan Bucan dan pak Burhan dalam urusan kos nya.
Bahkan saat keluar kota dalam jangka waktu yang lama, keduanya tidak segan untuk menitipkan kos pada Agum.
Dengan tampang sangar dengan model seperti preman, seluruh penghuni kos cukup segan dengan Agum. Mereka juga sudah menganggap laki-laki tersebut sebagai kakak yang peduli dengan mereka.
****
Terima kasih sudah membaca<3