Selamat menikmati kisah para pemuda penghuni lanta2 kos 20. Semoga kalian bisa terhibur dan tidak merasa sendiri di dunia ini<3
Now playing :
Forever Young-Alphaville
"ANJAYYYYYY!!!!"
Dirga tersenyum lebar saat mendapati respon dari anak-anak lantai 2 saat ia mengatakan bahwa dirinya resmi memiliki hubungan dengan Nala. Sorakan-sorakan kemenangan terdengar riuh di ruang tamu serta ucapan selamat.
Bukan hanya itu saja yang membuat para laki-laki itu bahagia, Sadam juga dengan bangga mengatakan bahwa ia dengan Kinan sudah berkomitmen untuk saling mencintai walau tidak ada ikatan apapun.
"Wah, wah, wah, gak sia-sia gua kira mobil gua kemalingan. Ternyata dimaling buat negbucin," sindir Ken lalu tertawa.
"Gak asik kalau enggak ada PJ. Dan minimal PJ nya minimal satu orang sejuta," tantang Galang, semangat.
"Sialan, itu lo malak namanya," ketus Dirga melemparkan kulit kacang ke Galang.
Yang lainnya tertawa. "Akhirnya gak ada lagi muka-muka masam gara-gara cinta yang gua lihat tiap harinya," celetuk Alif.
Eros mengapit leher Eja yang tertawa karena celetukan Alif. "Tinggal beliau ini, yang masih gamon dengan anak Tuhan," ucapnya.
"Bacot, bang. Malah diingetin lagi," cerocos Eja, menekuk wajahnya.
Anak-anak lantai 2 sangat puas jika berhasil meledek proses move on Eja. Tapi Eja sendiri tidak masalah akan hal itu. Perlahan ia mulai terbiasa dengan keadaan dimana tidak ada lagi Naya dalam kehidupannya. Eja sudah menertawakan dirinya dahulu yang terlalu keras menentang sebuah perbedaan.
Pada akhirnya perlawanan yang ia lakukan menyadarkan dirinya sendiri. Bahwa sekeras apapun menggenggam berlian itu, akan tetap kalah juga dengan aturan semesta yang membuatnya harus melepaskan berlian itu dari genggamannya.
Ibaratkan menyukai laut, tidak harus menyelam ke dalamnya, cukup duduk diam di tepiannya, lalu menikmati ombaknya serta anginnya.
****
Jakarta sedang gerimis setelah hujan lebat sempat terjadi dengan waktu yang lama. Para pengendara motor yang tadinya berteduh mulai meninggalkan tempat persinggahannya. Jalanan yang basah dengan beberapa bagian yang tergenang kembali ramai.
"Lo aneh banget, bang. Dimana-mana kalau cuaca dingin kayak begini tuh, minumnya yang hangat-hangat," kata Alif, menatap aneh Eja yang ada di depannya.
Karena menurut Alif, menikmati waktu yang sejuk seperti ini lebih mantap jika dinikmati dengan segelas teh, kopi, atau minuman hangat lainnya. Sedangkan Eja malah memesan segelas minuman dingin yaitu, matcha. Pandangan Eja tidak terputus mengarah ke samping, yang menampilkan keindahan kota Jakarta setelah hujan. Menghirup dengan pelan udara sejuk yang sudah jarang ia rasakan.
"Dulu cafe ini jadi tempat terakhir gua ketemu sama dia sebelum sama-sama memutuskan untuk saling menjauh. Dan matcha, selalu menjadi minuman favoritnya dia," tutur Eja tersenyum tipis.
Alif menjadi terdiam. Keduanya sedang berada di tempat Eja dulu bekerja. Eja yang mengajak Alif ke tempat ini, katanya untuk menjalin silaturahmi dengan teman-teman lamanya dulu saat bekerja. Dan sekarang mereka berdua duduk di lantai dua, dengan pemandangan jalanan.
Eja menoleh ke arah Alif yang menatapnya merasa bersalah karena bertanya akan hal itu. "Santai Lif, gua enggak sedih," Eja tertawa.
"Pikiran gua enggak lagi semuanya tentang dia, Lif. Akhir-akhir ini, gua kangen aja sama kebersamaan kita bertiga, lo, gua sama Tihan. Apa-apa yang gua ceritain ke lo, itu pengen juga gua ceritakan juga ke Tihan. Tapi sekarang anaknya sok sibuk banget," cebir Eja, membuat Alif lega.