38-BAGIAN BAGIAN YANG LAMA HILANG

5 2 0
                                    

Selamat menikmati kisah para pemuda penghuni lantai 2 kos 20. Semoga kalian bisa terhibur dan tidak merasa sendiri di dunia ini<3

Playing now :
Kata Mereka Ini Berlebihan-Bernadya

Sepanjang lorong rumah sakit dua laki-laki berlarian dengan sangat cepat membuat beberapa orang di sana menatap mereka penuh tanya. Menoleh ke samping kanan dan kiri mencari ruangan yang akan mereka tuju. Hingga mata Tihan tertuju kepada laki-laki yang mengenakan jas berwarna putih yang berdiri di sana dengan raut wajah cemas. 

"Bang Dirga!"

Dirga yang dipanggil kemudian menoleh dan tersenyum tipis ke arah Tihan dan juga Alif. Ternyata mereka berdua sudah tumbuh dengan banyak sekali perubahan, entah itu dari postur tubuh yang semakin tinggi dan masih banyak lagi.

"Mana om Tito?" Tanya Tihan dengan wajah yang sangat panik.

Dirga menepuk mengusap pundak Tihan. "Beliau ada di dalam. Jangan lupa berdoa, ya, biar beliau bisa sadar dari komanya."

"Koma? Emang om Tito sakit apa?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Alif. 

"Melihat riwayat catatan medisnya, om Tito mengidap penyakit stroke selama satu tahun. Naasnya, tadi pagi beliau jatuh di kamar mandi tapi lambat ada yang menolong. Istri dan anaknya sedang berada di lantai satu sedangkan beliau ada di kamar mandi dalam kamar yang berada di lantai dua. Beliau tidak sadarkan diri saat dilarikan ke rumah sakit."

"Terdapat benturan di bagian kepala yang membuat ada pembuluh darah di bagian otaknya menjadi pecah. Pecahnya pembuluh darah itu, mengakibatkan beliau koma," lanjut Dirga menggabungkan antara hasil pemeriksaannya dengan kronologi yang diceritakan oleh istri Tito.

"Kapan beliau bisa sadar, bang?" Tanya Tihan.

"Tidak ada yang bisa memastikan, Han. Kita hanya perlu berdoa," ujar Dirga menepuk pundak Tihan.

Setelah sekian lama, Dirga kembali bertemu dengan Hanin tetapi dengan keadaan yang sangat terpukul. Ternyata yang menjadi pasiennya adalah ayah dari gadis tersebut. Setelah menanganinya selama beberapa menit Dirga yang memang masih menyimpan kontak Tihan langsung menghubunginya. Untung saja, laki-laki itu belum mengganti nomor ponselnya. Dirga sudah tau jika Tihan berada di Indonesia karena Tihan sendirilah yang mengabari mereka di grup chat lantai 2 kos 20.

Dan mau bagaimana pun juga, sejauh apa pun Tihan menghindar dari Hanin, Tihan pernah menjadi bagian paling dekat dengan mereka. Tihan dan keluarga Hanin sudah melekat walaupun salah satu di antara mereka merasa jauh.

Suara derap sepatu yang terdengar cepat mendekat ke arah mereka bertiga. Tihan lebih dulu menoleh sehingga membuatnya terpaku menatap seseorang yang baru saja datang. Begitu pula dengan Dirga dan juga Alif. Kedua mata Tihan saling adu pandang dengan orang tersebut seakan bertanya satu sama lain tanpa suara.

"Dok, benar ini ruangan pasien bernama pak Tito?" Tanya laki-laki itu kepada Dirga.

"Betul. Anda bisa masuk, tapi jangan sampai mengganggu kenyamanan pasien," ujar Dirga dengan wajah datarnya yang memang sudah menjadi ciri khas laki-laki itu.

Laki-laki itu mengangguk dengan sedikit gugup. "Terima kasih, kalau begitu saya masuk dulu."

Selanjutnya laki-laki itu beranjak dari sana dan masuk meninggalkan ketiga laki-laki yang memang sedari tadi di luar ruangan itu. 

"Buset dah, asing banget. Kayak enggak pernah bercanda bareng aja," cebir Alif setelah laki-laki itu benar-benar masuk ke dalam.

"Lo berdua kenal?"

"Faiz. Ketua osis di sekolah gua waktu SMA, dia juga teman baik Tihan. Dan pacaran sama Hanin, enggak tau kalau sekarang. Tapi kayaknya masih deh," Alif menjelaskan menjawab pertanyaan dari Dirga.

KOS 20Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang