29-KITA YANG MEMANG TIDAK BISA

13 2 0
                                    

Selamat menikmati kisah para pemuda penghuni lantai 2 kos 20. Semoga kalian bisa terhibur dan tidak merasa sendiri di dunia ini<3

Now Playing :
Dive-Ed Sheeran

"Bagaimana dengan semua univ impian lo di sini, Han? Dan lo rela tinggalin kita semua?" Eja menatap nanar Tihan yang duduk di sampingnya. 

Begitu pun anak-anak lantai 2 yang ikut menatap Tihan dengan tatapan tak percaya. Mereka pernah berjanji untuk menjaga satu sama lain, untuk tetap berada di sini sampai tiba waktunya mereka memang harus melangkah pergi mengejar mimpi masing-masing.

Ini terlalu cepat bagi mereka. Agum saja yang sebentar lagi akan wisuda, belum punya untuk meninggalkan tempat ini. "Han, terlalu pengecut ketika lo memilih kabur dari semua yang terjadi. Lo tinggal jalanin dan berusaha berdamai dengan keadaan tanpa perlu jauh-jauh kayak begini," ujar Eros.

"Bener, Han. Lo gak kasihan apa sama gua? Masa lo ninggalin gua sendirian di sini, Han?" Tutur Alif dengan mata yang berkaca-kaca.

"Gua enggak bisa, bang. Kakak gua udah daftarin gua di salah satu univ yang ada di sana dan sudah survei tempat tinggal," kemudian Tihan menoleh ke arah Alif.

"Lo enggak sendirian, Lif. Di sini kan rame." Alif menggeleng tidak mau. Sementara yang lain hanya bisa pasrah dengan keputusan Tihan.

Mau sekeras apa pun mereka menahannya sama saja tidak akan ada hasilnya. Luka di hati Tihan cukup besar.

"Kita selalu sama-sama, Han. Kerja tugas sekolah, main bareng, apa-apa semuanya kita selalu sama-sama. Masa tiba-tiba lo ninggalin gua kayak gini," protes Alif.

Dirga memegang pundak Alif, berusaha untuk menenangkan laki-laki tersebut. "Lif, sesekali kita enggak boleh egois, apalagi ketika orang itu memilih untuk pergi. Tihan pergi demi kebaikan dia."

"Kita juga enggak mungkin terus ada di kos ini, Lif. Satu persatu dari kita juga nantinya akan pergi dari sini. Bukan karena enggak udah enggak nyaman, tapi ada tuntutan masa depan yang perlu dikejar. Maka dari itu, kita hanya perlu terbiasa dengan perpisahan itu mulai dari sekarang," lanjut Dirga.

Alif mengusap air matanya yang entah sejak kapan membasahi pipinya. '"LIf, gua cuman pergi buat kuliah. Bukan karena marah atau enggak mau lagi sahabatan sama lo."

"Nah, bener tuh, Lif. Gak usah lebay deh, nyet," sahut Ken, lalu setelahnya mendapat hantaman di punggungnya, Galang pelakunya.

"Gua gantung  juga lo," ancam Galang, membuat Ken mengangkat kedua jarinya menandakan peace.

"Udah, guys. Mau bagaimana pun juga, kita di sini juga punya mimpi dan pastinya jalannya juga beda-beda. Kita cuma bisa berharap Tihan cepat menyelesaikan pendidikannya di sana, begitu pun dengan kita semua yang ada di sini. Dan kita bisa berkumpul lagi seperti dulu, dengan versi yang sudah sukses," sela Deden berusaha tegar, walaupun dirinya pun sulit menerima kepergian Tihan.

"Tapi bang—"

"Lif, udah," potong Ken, tatapannya kini lebih serius dibandingkan dengan tadi. "Daripada sedih-sedihan terus, merengek biar Tihan membatalkan rencananya, mending mulai dari sekarang kita memanfaatkan waktu yang ada. Kita buat kenangan yang indah sebelum perpisahan itu datang."

Tihan tersenyum tipis menatap Alif. Berat sekali ketika ia harus meninggalkan sahabat terbaiknya ini. Alif adalah orang yang sama sekali tidak pernah keberatan dengan semua sikap membingungkan dan menyebalkan Tihan.

Bahkan laki-laki itu malah ikut serta dengan semua tingkahnya. Alif selalu membersamai langkah Tihan, tidak pernah menaruh sedikit pun rasa iri terhadap semua pencapainnya.

KOS 20Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang