Selamat menikmati kisah para pemuda penghuni lantai 2 kos 20. Semoga kalian bisa terhibur dan tidak merasa sendiri di dunia ini<3
Now playing :
Kita Usahakan Rumah itu-Sal PriadiRencana mereka akan malam di warung pecel lele dinyatakan, batal. Sepuluh pemuda sudah meramaikan depan ruang UGD dengan wajah yang tampak sangat tegang. Tidak ada wajah-wajah jenaka seperti biasanya mereka tampilan.
"Lo tadi ambil handphone dia gak?" Tanya Eja kepada Alif. Karena sebelum Kinan dibawa oleh ambulance, Eja meminta untuk Alif mengambil handphone gadis tersebut.
Alif mengeluarkan handphone tersebut dari saku kemejanya lalu memberikannya kepada Eja. Dengan gerakan cepat Eja segera membuka isi handphone tersebut, mencari nomor yang bisa ia telepon.
Satu nomor tertera, yaitu mama.
Eja segera menelpon nomor tersebut dan mengaktifkan mode speaker agar yang lain juga bisa mendengarnya."Halo, masih berani kamu menelpon saya?! Setelah kamu berhasil mempermalukan saya dengan menolak tawaran bermain dengan pengusaha kaya itu!!"
Eja sedikit menjauhkan handphone tersebut kala suara nyaring dan cempreng itu bisa merusak indra pendengaran mereka. Kening mereka ikut berkerut.
"Halo tante, saya kakak tingkat dari anak tante, Kinan. Sekarang anak tante ada di rumah sakit, karena baru saja mengalami kecelakaan," Sekarang Eros yang berbicara.
"Saya tidak peduli, anak itu kecelakaan, atau bahkan mati pun saya tidak peduli. Dia bukan lagi anak saya. Jangan berharap saya datang untuk melihatnya!!"
Tutt.....
Sambungan tersebut diputus sepihak oleh mama Kinan. Mereka semua memiliki kesimpulan yang sama di dalam kepala masing-masing tanpa perlu menjelaskan lagi.
"Kayaknya ada yang gak beres," ujar Ken.
"Yaudah, kita tak perlu ikut campur dalam urusan keluarganya si Kinan. Lebih baik kita menolong yang perlu ditolong. Kita fokus dengan apa yang kita hadapi sekarang," timpal Agum memperingati mereka semua.
Alif, Galang, Eja, Tihan dan juga Agum sama-sama mendudukkan dirinya di bangku yang tersedia di depan ruangan. Mereka masih setia menunggu untuk menerima hasil pemeriksaan dari dokter.
****
Jam sudah menunjukkan pukul 12 lewat sepuluh menit. Empat orang pemuda tengah berjaga di ruang inap sembari duduk di sofa yang berada di kamar tersebut. Beberapa jam yang lalu operasi baru saja selesai dilaksanakan. Menurut penuturan dokter, pada bagian kepala korban cukup mengalami luka yang serius sehingga para tim medis harus mengambil langkah operasi.
Anak-anak penghuni lantai 2 sudah diperintahkan oleh Agum untuk pulang. Mengingat besok mereka harus sekolah dan memiliki jadwal mata kuliah. Berhubung Eros, Dirga, Agum maupun Sadam besok memiliki jadwal kuliah yang kosong, akhirnya tetap tinggal di rumah sakit ini.
"Tapi ada kemungkinan pada saat itu mereka belum melakukan itu, Dam. Kau dengar kan pas di telepon tadi mamanya ngomong apa. Kinan mempermalukan mamanya di depan bapak kau," ujar Agum.
"Gua masih enggak nyangka aja sih, di balik dia yang secantik ini. Ternyata...." Eros sengaja tidak melanjutkan kalimatnya.
Sadam sudah menceritakan semuanya kepada anak-anak penghuni lantai 2. Tentu saja mereka syok, terlebih lagi Eros. Yang telah lama mengenal Kinan yang mempunyai paras cantik dan baik kepada siapapun.
"Tak perlu lah kita menilai orang. Apa kelen tidak kasihan liat dia ditelantarkan sama keluarganya? Apalagi dia perempuan," timpal Agum.
Dirga mengangguk setuju. "Kalau keluarganya gak bisa tolongin dia. Maka kita yang bakalan tolongin dia."