Our Page 06

74 12 0
                                    

•••

Chanyeol merenggangkan tubuhnya di pagi hari ini. Setelah empat hari tidur saat dini hari akhirnya malam tadi dirinya bisa tidur tiga jam lebih awal. Suara berisik dari kamar sebelah membuat Chanyeol menatap jam di kamarnya, sudah waktunya bersiap untuk kembali sekolah.

"Selamat pagi Ayah. Selamat pagi Ibu." Sapa Chanyeol sata tiba di meja makan.

Ayahnya yang seorang Direktur di salah satu Bank Korea Selatan itu membalas sapaannya lalu kembali menyesap kopinya.

Sang ibu sendiri tengah menata makanan pada piring-piring yang kemudian siap untuk di santapnya. Sedangkan Sooyoung, adiknya menatap Chanyeol tidak suka karena mereka kini memakai mantel musim gugur yang sama.

Ayahnya senang sekali membeli apapun yang serupa pada kedua anak kembarnya dan membelikan yang berbeda pada anak tertuanya. Sebenarnya ini cukup menyebalkan tetapi barang-barang yang di belikan ayahnya sangat bagus sekali hingga baik Chanyeol maupun Sooyoung hanya bisa diam.

"Bagaimana dengan persiapan ujian tengah semester kalian?" Tanya Park Ryuseong.

"Berjalan dengan baik." Gumam Sooyoung.

Sang ibu kemudian datang dari arah dapur dengan membawa sup tahu dengan uap yang mengepul, aromanya bahkan tercium dengan sangat menggoda.

"Chanyeol?" Tanya sang ayah.

Chanyeol berdiam, nilainya memang tidak sebagus milik Sooyoung tetapi juga tidak terlalu buruk dan masih di atas rata-rata nilai yang sudah di tentukan, "Yah, cukup baik." 

"Lalu bagaimana dengan pekerjaanmu?" Tanya sang ayah.

Chanyeol menyuapkan potongan telur gulung miliknya, "Berjalan dengan baik, karena saat ini aku hanya membuat untuk demo saja, proses produksi akan di lakukan setelah ujian tengah semester berakhir." Ucapnya menjelaskan.

"Lalu aku tidak ingin belajar di akademi, cukup belajar mandiri di sekolah dan seorang tutor yang akan mengajar di rumah saja." Ucap Chanyeol kemudian membuat senyum di wajah sang ayah dan ibu mengembang dengan jelas.

"Aku bisa menjadi tutormu." Ucap Sooyoung yang jelas Chanyeol memasang wajah tidak sukanya.

"Kau? Yang benar saja!" Decak Chanyeol.

"Ibu tahu Sooyoung sama sekali tidak bisa mengajarkan seseorang, jadi pilihan tepat Chanyeol meminta tutor. Akan segera ibu carikan, Nak." Ucap Lee Sohee.

Chanyeol tahu dengan jelas bahwa kedua orangtuanya memiliki rasa khawatir berlebihan terhadapnya. Terlebih setelah kecelakaan yang hampir menghilangkan nyawanya.

•••

"Hari ini kau tidak tidur." Ucap Seungwan tanpa mengalihkan pandangannya pada buku catatannya.

Chanyeol yang sedang menatap papan tulis lalu kini menatap teman sebangkunya itu dengan kening mengerut. Rasanya tidak setiap jam pelajaran dirinya tertidur tapi Seungwan berbicara seolah Chanyeol selalu tidur saat jam pelajaran.

"Aku tidak mengantuk." Ucap Chanyeol dengan pelan.

Guru fisika di depan mereka masih terus berbicara, memberikan penjelasan dan juga latihan soal. Keduanya kemudian saling memandang tanpa mengeluarkan suara dengan wajah Seungwan yang tersenyum geli. Kening Chanyeol mengerut merasa heran dengan tingkah teman sebangkunya.

Lalu Seungwan menuliskan pada buku catatannya, 'Wajahmu yang terheran sangat lucu.'

Chanyeol lalu menyunggingkan senyum di wajahnya merasa dikerjai oleh Seungwan, 'Bukankah tampan lebih cocok dibandingkan lucu?'

Seungwan lalu menoleh ke arah Chanyeol yang kini memasang wajah kerennya, 'Kau memang sangat tampan!' Tulis Seungwan dan juga menggambarkan acungan ibu jari.

'Kau juga cantik. Seperti angin musim semi.' Tulis Chanyeol yang membuat Seungwan memasang wajah bertanya, lalu tangan Chanyeol menunjuk bibirnya sendiri dan menuliskan, 'Senyummu sangat indah.'

Perlahan wajah Seungwan memerah lalu mengalihkan pandangannya merasa malu karena mendapatkan pujian dari teman laki-lakinya. Sedangkan Chanyeol mengulum senyumnya menyadari bahwa Seungwan merasa malu saat ini.

Apakah seorang gadis memang terlihat menggemaskan saat merasa malu setelah mendapatkan pujian?

•••

Seungwan berjalan dengan pelan menuju samping gedung olahraga dimana tempat pembuangan sampah berada. Hari ini kedua tangannya membawa kotak besar yang berisikan kotak susu bekas dengan botol-botol minuman yang akan dibuang.

Suara tawa nyaring perempuan membuat Seungwan mempercepat langkahnya untuk melihat apa yang sedang terjadi. Bukan hal aneh melihat anak-anak sekolah saling mengganggu satu sama lain, bahkan terlihat biasa saja yang terkadang membuat Seungwan berusaha untuk tidak melihatnya.

Berjalan seperti biasa, Seungwan melewati tiga orang siswi dan satu orang siswi bertubuh kurus yang terduduk di atas tanah, padahal musim gugur sudah tiba tapi siswi bertubuh kurus itu bahkan tidak memakai outer seragam musim gugur dan hanya menyisakan kemeja putihnya saja.

Tawa mereka pun terhenti begitu kedatangan Seungwan yang bahkan nampak tidak peduli dan melakukan pekerjaannya seperti tidak melihat apapun.

"Oh anak baru yang terkenal itu." Ucap salah satu dari tiga siswi, Seungwan bahkan tidak mengenal mereka.

"Son Seungwan yang akhir-akhir ini di bicarakan oleh anak laki-laki. Ya! Jung Jiah bukankah kau tidak menyukainya?" Ucap yang lain pada temannya.

Tanpa mengalihkan pandangan dan pekerjaannya Seungwan berujar, "Kang Seulgi, Ketua Kelas mencarimu sejak tadi."

Kang Seulgi, siswi bertubuh kurus yang meringkuk ketakutan itu memandang punggung Seungwan tidak mengerti hingga tubuh itu berbalik dan mereka saling menatap. Decakan tidak suka dari ketiga siswi itu pun terdengar, wajah yang menunjukkan permusuhan pada Seungwan terlihat dengan jelas.

"Aku bilang Ketua Kelas mencarimu. Kau tidak pergi?" Ucap Seungwan bertanya lalu melangkah menjauh setelah pekerjaannya selesai.

Dengan rasa cemas Seulgi pun bangkit dan berjalan menjauh meninggalkan ketiga siswi yang merisaknya sejak jam makan siang tadi. Baginya hari ini seperti sebuah keberuntungan karena seseorang menyelamatkannya tentu saja terkadang Ketua Kelas yang membantunya.

Meskipun berada di kelas yang sama, mereka bahkan belum saling berbicara atau bahkan saling berkenalan karena Seulgi merasa Seungwan terlalu sulit untuk di ajak bicara.

"Kita belum berkenalan, bukan?" Tanya Seungwan menghentikan langkah kakinya lalu menoleh kebelakang dimana Seulgi berdiri dan berjalan di belakangnya.

"Namaku Son Seungwan, kita berada di kelas yang sama tapi belum pernah berbicara bahkan bertegur sapa. Lain kali jika kita bertemu di sekolah atau di luar sekolah, kita harus menyapa, bagaimana?" Tanya Seungwan dengan wajah tersenyum cerah.

Untuk sesaat Seulgi merasakan perasaan hangat, seakan musim semi tiba dalam kehidupannya. Ternyata siswi pindahan di kelasnya sangat ramah dan baik hati seperti yang orang lain bicarakan. Seungwan bahkan tidak mengalihkan pandangannya dan juga mengacuhkannya.

"Berjalanlah di sampingku, karena kita teman." Ucap Seungwan lalu dengan langkah pelan Seulgi pun mulai berjalan di samping Seungwan menuju kelas.

"Kau menikmati makan siangmu?" Tanya Seungwan yang di balas anggukkan kepala Seulgi.

Seungwan tersenyum tipis, "Aku suka tumis udangnya hari ini, sangat enak."

"Sup rumput lautnya juga enak." Gumam Seulgi yang masih bisa Seungwan dengar.

Dari kejauhan Chanyeol berjalan pelan dengan kedua tangan dimasukkan ke saku celana, sedangkan kedua matanya memperhatikan teman sebangkunya yang kini berjalan menjauh di ujung koridor lantai satu. Sejak tadi kedua matanya terus saja menatap sosok Seungwan yang terlihat menarik di kedua matanya.

OUR PAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang