Our Page 29

55 10 0
                                    

•••

"Wah! Sudah lama sekali." Ucap Baekhyun menatap pemandangan malam Sungai Han.

"Benar-benar sudah lama." Decak Sooyoung.

Chanyeol membuka kaleng bir yang mereka beli lalu memberikannya pada Seungwan yang sedang memotret makanan yang ditata Seulgi. Tak lama pesanan mereka yang terakhir pun datang, kue strawberry dengan ukuran yang cukup besar dan juga satu kotak macaron dengan warna yang berbeda.

Setelahnya Sooyoung pun menaruh enam lilin di atas kue dan menyalakannya. Hari ini setelah delapan tahun mereka kembali berkumpul setelah waktu yang lama. Ada banyak hal terlewati begitu saja, tetapi ada banyak hal yang juga mereka bagi bersama. Semua hal yang mereka lewati hingga usia dua puluh enam tahun ini benar-benar kehidupan yang tidak mereka bayangkan saat masa sekolah.

Kehidupan masyarakat yang sangat membebani tetapi juga yang mereka butuhkan dalam sosial.

"Terima kasih kita sudah bekerja keras." Ucap Seulgi mengangkat kaleng birnya.

"Dan selamat bekerja keras untuk sepanjang hidup kita kedepannya." Ucap Sehun mengangkat kaleng sodanya.

Keempatnya menatap Seulgi dan Sehun dengan tidak percaya tetapi tetap mengikuti, mengangkat kaleng minuman mereka dan bertos ria sebelum memekik dengan senang. Tidak peduli dengan tatapan penasaran yang diarahkan pada mereka saat ini.

"Ada yang ingin aku bicarakan pada kalian." Ucap Baekhyun.

Saling memandang setelah apa yang Baekhyun ucapkan akhirnya Sehun berkata, "Katakanlah." Lalu mengambil potongan kimbab isi daging dan memakannya.

"Aku dan Sooyoung berkencan." Ucapnya dengan jantung yang berdegup kencang lalu sesaat merasa keheningan berada di sekitarnya.

Sooyoung menatap Baekhyun tidak percaya sedangkan yang lainnya bersikap biasa saja seolah sudah mengetahuinya sejak lama, "Apa kau gila?" Tanya Sooyoung kesal lalu menenggak birnya dalam sekali tenggak membuat Chanyeol menggelengkan kepalanya.

Seungwan terkekeh dengan pipi yang mengembung penuh dengan pizza, setelahnya berkata, "Di luar dugaan kau akan mengatakannya di saat seperti ini."

"Benarkan, Baekhyun akan mengatakannya saat kita semua berkumpul." Ucap Seulgi menatap Sehun dengan tangan yang mengulur.

Lalu Sehun mengeluarkan dompetnya dengan wajah masam, mengambil dua ratus ribu won dan memberikannya pada Seulgi lalu mencium keningnya dengan gemas.

"Ya! Kalian bertaruh padaku!" Ucap Baekhyun tidak terima, lalu menatap Sooyoung meminta bantuan tetapi tidak mendapatkan hasil apapun.

"Kami senang kalian bersama." Ucap Seungwan bersandar pada tubuh besar Chanyeol di belakangnya.

Tangan panjang Chanyeol pun terulur mengusap puncak kepala Sooyoung dengan penuh kasih sayang yang kemudian berubah menjadi cubitan pada pipinya. Iseng sekali.

"Jangan merasa bersalah lagi dengan kejadian sebelumnya. Itu semua bukan salahmu dan juga kami tidak pernah menyalahkanmu." Ucap Chanyeol pada Baekhyun.

Baekhyun mengukir senyum di wajahnya lalu membuka kaleng bir dan menenggaknya, "Itu-"

"Berhentilah." Ucap Sooyoung tidak suka.

Kepergian ayah mereka sudah menjadi takdir yang bahkan tidak bisa mereka ubah. Kelahiran dan kematian, dua hal yang tidak bisa manusia seperti mereka ketahui bagaimana dan kapan akan terjadi tetapi tetap harus mereka lewati.

"Bukankah saat ini kau harus memikirkan bagaimana menghadap keluarga Sooyoung?" Tanya Sehun menggoda lalu menatap Chanyeol untuk ikut menggodanya.

Seungwan memainkan tangan Chanyeol, "Jinwoo Oppa orang yang baik."

Saat itu juga Chanyeol tertawa mendengarnya lalu menatap kekasihnya yang menatap dengan bingung, menggemaskan sekali, "Jinwoo Oppa bukan orang yang ramah." Ucap Sooyoung dengan wajah mengernyit lalu memakan kue strawberry yang sudah di potong menjadi enam bagian.

Sehun menatap Baekhyun yang terlihat gugup, "Ya! Kendalikan dirimu."

"Karena Seungwan wanita, Jinwoo Hyung menghormatinya tapi mungkin berbeda denganmu." Ucap Chanyeol pada Baekhyun.

"Ya! Kau menakutinya." Tegur Sooyoung.

Suara tawa yang terdengar dari obrolan mereka terdengar sangat hangat. Obrolan ringan, tertawa dan saling mengejek satu sama lainnya. Chanyeol bahkan sesekali mencium kening Seungwan yang berada dalam pelukkannya, aroma kesukannya.

•••

Chanyeol melajukan mobil yang di kendarainya dengan kecepatan normal, mengingat wanita di sampingnya sedang tertidur karena menghabiskan banyak kaleng bir dan makan hingga kekenyangan. Mereka bahkan masih memesan makanan lagi saat makanan sebelumnya telah habis. Rasanya mereka tidak sadar dengan apa yang sudah mereka makan hingga habis sebagai teman dalam setiap obrolan.

Secara perlahan Chanyeol melepaskan sabuk pengaman yang di gunakan Seungwan lalu menggendongnya setelah membunyikan bel rumah Seungwan lebih dahulu.

Seorang wanita paruh baya yang Chanyeol kenal sebagai Bibi Gong terlihat khawatir mendapati Seungwan yang tertidur, wajahnya bahkan memerah.

"Chanyeol." Panggil Seungwan begitu Chanyeol membaringkannya di ranjang kamar.

"Aku disini." Ucap Chanyeol menekuk lututnya dan menatap Seungwan yang kini membuka kedua matanya.

Seungwan tersenyum lalu memainkan jemari Chanyeol yang besar di bandingkan jemarinya, "Jangan pergi." Ucapnya.

"Aku tidak pergi. Sekarang tidurlah." Ucap Chanyeol merapihkan selimut Seungwan.

"Benar tidak pergi?" Tanya Seungwan.

Chanyeol terkekeh, "Benar tidak pergi."

"Tampannya kekasihku." Gumamnya lalu memejamkan kedua matanya.

Seungwan yang sedang mabuk memang sangat menggemaskan. Berbicara hal baik dan hanya memujinya tampan.

•••

Seungwan melenguh dengan kepala yang terasa sakit. Seungwan bahkan lupa jika hari ini mereka memiliki acara keluarga dari pihak Taeri. Keadaannya saat ini benar-benar kacau dan tidak pantas untuk hadir.

"Kau minum cukup banyak alkohol." Sapa Dongju yang baru saja mendahuluinya turun dari anak tangga.

"Aku tidak akan datang hari ini." Ucap Seungwan tiba di ruang makan dengan wajah yang kacau.

Ah harusnya Seungwan tidak tergoda untuk terus minum bir jika akan seperti ini hasilnya. Siapa yang harus Seungwan salahkan kali ini?

Tak lama Bibi Gong datang dengan membawa bungkusan dari restoran ternama "Ini dikirim untuk Nona Seungwan." Ucapnya membuat Sungjae mengalihkan perhatiannya.

Lalu Seungwan pun mulai memakannya dengan perlahan karena uap panas yang timbul. Naeun dengan wajah menggoda menyikut Seungwan yang terlihat malu. Ini kan bukan sekali dua kali Chanyeol mengirim makanan ke rumah saat keluarganya juga sedang berada di rumah, tapi lihat mereka menatap Seungwan dengan wajah menggoda.

"Ayahmu pernah bertanya pada ibu. Kenapa Seungwan tidak pernah mengenalkan kekasihnya? Padahal kalian sudah berkencan cukup lama." Ucap Taeri.

"Aku juga penasaran akan hal ini." Ucap Dongju kemudian menatap Seungwan.

Merasa begitu banyak tekanan Seungwan pun menghabiskan makanannya dengan cepat lalu kembali ke kamar untuk bersiap.

Bukan Seungwan tidak ingin mengenalkan Chanyeol pada keluarganya. Tetapi karena dirinya tahu bagaimana respon keluarganya, dan hal ini membuatnya merasa tidak nyaman dan Chanyeol mungkin akan merasakan hal yang sama, benarkan?

OUR PAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang