•••
Park Chanyeol
Lantai 4, Ruang rekaman 7Kedua mata Seungwan menatap pantulan dirinya dari pintu lift yang sedang membawanya ke lantai empat, dimana Chanyeol berada saat ini. Celana jeans, blouse warna putih yang di padukan dengan mantel berwarna nude dan slingbag dengan warna cokelat. Surainya yang panjang di gerai begitu saja.
Dentingan pada lantai tiga berbunyi membuat beberapa pria dan wanita muda dengan pakaian yang ringan memasuki lift, secara naluri Seungwan menempatkan dirinya di depan bersiap keluar setelah lift mereka naik.
Lift yang sepi kini mulai berisik dengan obrolan-obrolan ringan menanyakan menu makan malam yang akan mereka makan bersama, lalu berlanjut dengan keluhan betapa lelahnya mereka menjelang akhir bulan untuk evaluasi kemampuan.
Trainee. Itulah yang Seungwan pikirkan.
Pintu lift kembali terbuka kini lantai tujuannya berada. Pintu lift yang terbuka menampilkan sosok Choi Sera yang berdiri dengan penampilan menawannya, lalu suara sapaan terdengar. Para trainee yang menyapa Sera dengan penuh hormat dan kagum.
Langkah kaki Seungwan segera keluar dari lift dan menuju ruang rekaman tujuh, membuat para trainee berbisik dengan bertanya-tanya. Apa yang sebenarnya terjadi?
Apa wanita tadi akan menjadi partner Park Chanyeol? Atau orang yang bertanggung jawab atas promosi dan debut penyanyi baru? Ada lebih banyak rasa penasaran datang dan hal ini akan segera menyebar di dalam perusahaan.
Park Chanyeol selalu menggunakan ruang rekaman tujuh sebagai tempatnya bekerja dan tidak ada yang berani memasukinya sebelum meminta ijin darinya, entah bagaimana peraturan tidak tertulis ini terjadi begitu saja.
"Kau datang." Sapa Chanyeol berdiri dari duduknya, menggapai tubuh Seungwan untuk segera di peluk dan mengecup pelipisnya.
"Ini pertama kalinya aku masuk ruang rekaman." Ucap Seungwan melihat sekitarnya dengan takjub.
Chanyeol duduk di kursinya lalu mempersilahkan wanitanya untuk duduk di kursi sampingnya, "Mau mendengar satu lagu?"
Dengan wajah tertarik tentu saja Seungwan mau mendengarnya. Lagu yang di buat Chanyeol selalu berada dalam ingatannya dan terdengar sangat unik menjadikannya sebagai ciri khas.
Pada menit pertama lagu terdengar Seungwan menatap Chanyeol dengan bingung, keduanya saling menatap hingga Chanyeol menciumnya. Memagutkan lidah mereka. Udara dingin dalam ruangan menjadi panas dengan napas terengah keduanya.
Seungwan bisa melihatnya dari kedua mata Chanyeol. Tatapan penuh gairah, tetapi mereka sedang berada di tempat umum rasa tidak pantas untuk melakukan hal lebih.
"Cha-"
Dengan satu kali tarikan, Chanyeol membawa tubuh Seungwan pada pangkuannya. Kembali menciumnya dengan berkali-kali, akalnya lupa bahwa seseorang bisa saja datang dan melihat keduanya saat ini.
Berulang kali Seungwan memukul pundak Chanyeol yang sulit sekali untuk melepaskan diri. Sampai Seungwan menggigit bibir Chanyeol. Akhirnya Chanyeol melepaskannya.
"Apa kau tidak lihat dimana kita sekarang?" Tanya Seungwan dengan wajah kesalnya lalu berucap kembali setelah melirik ke arah pintu, "Bagaimana jika ada yang masuk?"
Menghembuskan napasnya Chanyeol bersandar pada kursinya dan tangannya masih melingkar pada pinggang Seungwan yang masih duduk di pangkuannya, "Tidak akan ada yang masuk." Ucapnya.
"Tetap saja tidak boleh!" Seru Seungwan. Rasa was-wasnya masih harus tetap di pertahankan.
"Aku akan mendengarkan lagumu saat di rumah nanti. Sekarang waktunya makan siang." Ucap Seungwan berusaha berdiri yang sayang sekali Chanyeol menahannya.
"Park Chanyeol!" Seru Seungwan merasa kesal.
Chanyeol tertawa lalu melepaskan pelukkannya, "Baiklah kita pergi sekarang."
Lelah sekali menghadapi Chanyeol yang bersikap manja seperti ini.
•••
Seungwan menatap Chanyeol yang sedang menyetir mobil. Menurut ramalan cuaca hari ini, salju tidak akan turun dan matahari akan terasa hangat di bandingkan hari kemarin. Kedua mata Seungwan masih menatap Chanyeol yang sedang menyetir dan semakin terlihat tampan saat sinar matahari membiaskan cahaya pada wajah tampannya.
Kenapa kekasihnya sangat tampan.
"Jangan menatapku. Ah, ada hotel di depan sana." Ucap Chanyeol tanpa menoleh.
Tawa renyah keluar dari mulut Seungwan, "Kenapa pikiranmu selalu mengarah kesana?"
Pertanyaan yang Chanyeol juga tanyakan pada dirinya sendiri. Setiap berhadapan dengan Seungwan, dirinya seolah hilang kendali.
"Chanyeol, aku harus kembali ke Washington untuk kembali belajar." Ucap Seungwan.
Ah benar, kepulangan Seungwan yang secara tiba-tiba ini membuatnya lupa bahwa Seungwan masih harus melanjutkan pendidikannya. Mereka tidak punya pengalaman dalam hubungan jarak jauh seperti ini, tapi pasti tidak apa-apa bukan?
"Kapan kau akan kembali?" Tanya Chanyeol.
"Dua hari setelah tahun baru." Ucap Seungwan, "Hem, lalu saat tahun baru kami memiliki acara bersama. Jadi kupikir akan sulit menghabiskan waktu bersama saat tahun baru." Lanjutnya dengan nada yang rendah.
Akan lebih baik jika mereka bisa merayakan tahun baru bersama tetapi tahun ini merupakan pertama kalinya Seungwan kembali ke rumah dan Son Sungjae ingin menghabiskan malam tahun baru bersama keluarganya. Secara khusus pria paruh baya itu bahkan mengambil cuti selama satu minggu, hal yang sama sekali tidak pernah dilakukannya.
"Baiklah. Kita masih bisa video call, bukan?"
Benar mereka masih bisa berhubungan lewat ponsel, "Ya."
•••
"Kau seharusnya menghabiskan tahun baru dengan kekasihmu." Ucap Sohee pada putra keduanya.
Chanyeol mengeratkan pelukkannya pada sang ibu, pagi tadi mereka melakukan panggilan dan membicarakan banyak hal dan rencana yang akan mereka lakukan hari ini. Seungwan dan keluarganya akan makan malam bersama di rumah, Naeun bahkan membuat jadwal untuk malam tahun baru yang akan mereka lakukan bersama.
Rasanya Chanyeol tidak memiliki perasaan jika membawa Seungwan pergi begitu saja sedangkan keluarganya sangat menantikan saat mereka berkumpul.
"Aku akan pergi jika kekasihku sudah selesai dengan acaranya." Ucapnya.
"Gadis cantik yang menemanimu itu?" Tanya Sohee.
Chanyeol bergumam dengan wajah penuh senyum, "Ibu mendengarnya dari Seulgi. Gadis cantik dengan banyak pesona pasti juga banyak yang menyukainya." Ucapnya.
"Ibu tenang saja. Apa ibu lupa aku ini siapa?" Tanya Chanyeol menunjukkan wajah tampannya, "Putra ibu ini tidak kalah tampan dan dia menyukai pria tampan sepertiku."
Tepukkan pada bahu membuat Chanyeol mengaduh, "Tampan saja tidak cukup! Kau harus bersikap baik padanya dan memperlakukannya seperti Jinwoo memperlakukan istrinya, seperti ayah memperlakukan ibu." Ucapnya dengan tegas.
"Aku mengerti ibu, lain kali aku akan mengajaknya bertemu denganmu." Ucap Chanyeol meraih bahu ibunya untuk kembali di rangkul.
Chanyeol mengetahui bagaimana mendiang ayahnya memperlakukan sang ibu dengan baik, bukan hanya memberikan hadiah tetapi juga memberikan pujian dan mengucapkan kalimat menyanyangi hampir setiap saat juga melakukan hal-hal kecil untuk membantu ibu.
Berkatnya baik Jinwoo dan Chanyeol bisa memperlakukan kekasih mereka dengan baik.
"Ibu harap Sooyoung juga mendapatkan pria yang baik sepertimu." Ucap Sohee.
"Sooyoung pasti mendapatkannya, Ibu tidak perlu khawatir. Aku dan Jinwoo Hyung yang akan memastikannya." Ucap Chanyeol.
Sudah berapa hari berlalu dan Sooyoung masih dalam kondisi yang sama. Membuat mereka berada dalam rasa keputusasaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR PAGE
FanfictionOrang-orang mengenalnya sebagai pribadi yang baik dan ramah, bahkan ketika ibunya jatuh sakit. Son Seungwan tetap bersikap seperti biasanya, memberikan senyum tipis dan bersikap dengan sopan layaknya tidak terjadi apapun dalam hidupnya.