•••
Sungjae mengetuk pintu kamar putrinya lalu mulai membuka pintunya sedikit dan tidak mendapati kamar dengan nuansa merah muda itu kosong tanpa pemilik. Akhirnya Sungjae pun memutuskan untuk memasukinya, kamar yang membuatnya sakit mata dengan warna merah muda itu sedikit mengalami perubahan dengan barang-barang pemiliknya yang berwarna biru laut, ada juga warna cokelat dan ungu.
Sepertinya Seungwan mulai mengubah kamarnya sendiri.
Lalu pandangannya mengarah pada meja belajar, ada beberapa buku pelajaran yang tertumpuk dengan asal, ada buku latihan juga dan sebuah pigura foto Min Heejin.
Sungjae lalu menatap sudut kamar dekat jendela, sebuah kanvas dengan goresan tipis pensil. Disisinya terdapat ember dengan warna yang Sungjae saja tidak tahu warna apa, di dalamnya terdapat beberapa ukuran kuas yang berbeda di meja kecil sampingnya juga terdapat palet yang warnanya sudah tercampur.
Lalu ada kotak besar yang Sungjae ingat dengan jelas, Seungwan melarangnya untuk membukanya. Di dalamnya terdapat kanvas dengan berbagai macam lukisan yang di buat Seungwan. Walaupun hanya melihat dengan sekilas, Sungjae merasakan bagaimana rasa gelisah dan ketakutan saat melihatnya.
"Bibi Wang mengatakan, Seungwan sudah pergi sejak dini hari tadi dengan tas ransel." Ucap Taeri memasuki kamar Seungwan.
Keduanya pulang setelah selesai jaga malam dan mengawasi pasien gawat darurat. Setelah sampai di rumah, mereka hanya mendapati Naeun yang sedang menyantap serealnya di temani Milo yang menatap layar televisi, anjing Golden Retriever yang mereka adopsi sebagai hadiah ulang tahun Naeun yang ke lima.
"Sepertinya kalian memang harus bicara." Ucap Taeri yang kini berdiri di belakang sang suami yang sedang melihat beberapa lukisan yang di buat Seungwan.
"Ya, sepertinya kami memang perlu bicara." Gumamnya dengan rasa tidak percaya.
"Yura akan senang jika melihat lukisan Seungwan. Kebetulan akhir bulan ini sudah waktunya perkumpulan keluarga." Ucap Taeri mengingat adik perempuannya yang menyukai seni.
"Apa Seungwan akan baik-baik saja?" Tanya Sungjae dengan khawatir.
Saat ini Sungjae tersadar akan satu hal, bahwa selama ini dirinya tidak mengenal putrinya sendiri. Padahal dirinya merasa sudah melakukan yang terbaik meskipun sudah berpisah dengan Min Heejin. Sungjae tidak tahu bahwa Seungwan memiliki bakat dalam seni, Sungjae tidak tahu bahwa Seungwan tidak menyukai warna merah muda, dan Sungjae tidak tahu bahwa Seungwan merasa gelisah dengan kesepian yang dirasakannya.
"Aku harus menghubungi Seungwan." Ucap Seungjae menatap Taeri.
Dengan wajah tersenyum Taeri mengangguk, "Ya, kau harus menghubunginya."
•••
Seungwan menatap dengan berbinar pada sosok Hyeyoon dan juga dua orang temannya yang sedang berdiri di depan gerbang pameran. Bagi Chanyeol yang tiba-tiba saja mengubah rencana perjalanannya, saat ini merasa terkejut dan juga asing di saat bersamaan.
Kedua tangannya bergerak cepat menahan tubuh Seungwan yang terhuyung ke belakang begitu ketiga temannya memeluknya dengan histeria yang membuat orang-orang menatap mereka.
"Ah! Kenalkan, temanku di sekolah. Park Chanyeol." Ucap Seungwan memperkenalkan Chanyeol lalu masih dengan wajah senangnya Seungwan pun memperkenalkan Kim Hyeyoon, Yoo Yerim dan Ahn Yejin.
"Jadi apa kau salah satu pria yang menyatakan cinta- Ah!" Pekik Yerim memdapatkan cubitan dari Yejin.
Dengan gerak cepat Yejin pun menarik Yerim menjauh di ikuti Hyeyoon yang tertawa dengan puas, meninggalkan Seungwan yang kini berwajah terkejut dan merasa canggung bahkan sekedar mengalihkan wajahnya menatap Chanyeol.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR PAGE
FanfictionOrang-orang mengenalnya sebagai pribadi yang baik dan ramah, bahkan ketika ibunya jatuh sakit. Son Seungwan tetap bersikap seperti biasanya, memberikan senyum tipis dan bersikap dengan sopan layaknya tidak terjadi apapun dalam hidupnya.