Our Page 27

49 9 0
                                    

•••

Seulgi menyesap kopi instan miliknya secara perlahan, menatap salju yang turun dari balik jendela gedung rumah sakit. Malam tahun baru tiba lebih cepat dari yang duganya. Banyak orang menghabiskan waktu bersama keluarga, kekasih dan teman-teman mereka. Semua restoran pasti penuh dengan pengunjung bahkan restoran yang makanannya tidak enak sekalipun.

"Sudah kuduga kau akan berada disini." Ucap Sehun menyapa kekasihnya.

Seulgi tersenyum lalu kembali menatap salju yang turun, "Kupikir kita bisa merayakan tahun baru bersama, tapi ternyata tidak."

Dengan tubuh bersandar membelakangi jendela Sehun berucap, "Mungkin tahun depan kita bisa merayakannya bersama."

Lalu kedua matanya menatap pintu ruang ICU, kepalanya kembali mengingat Baekhyun yang terus berdiam diri dan menjadi lebih pendiam dari biasanya. Rasa bersalah yang dirasakannya terlalu besar pada Sooyoung dan keluarganya.

"Apakah dia datang lagi?" Tanya Sehun.

Mengambil langkah untuk memeluk kekasihnya Seulgi juga ikut menatap pintu ruang ICU, "Seperti biasa. Selalu datang saat malam hari."

"Bukankah kau harus lebih memperhatikannya." Ucap Seulgi.

Sehun menatap kekasih yang ada di pelukkannya lalu mencium keningnya, "Akan aku lakukan."

Tak lama sosok Baekhyun keluar dari ruang ICU dan melambaikan tangan pada kedua temannya, "Kau disini." Sapanya pada Sehun.

"Tentu saja." Ucap Sehun.

"Ayo makan malam bersama. Menu makan malam kantin rumah sakit kami malam ini sangat spesial." Ucap Seulgi menarik pergi teman dan kekasihnya.

Setidaknya Seulgi harus memastikan bahwa Baekhyun akan pulang kerumah dengan perut yang sudah terisi. Biar bagaimanapun Baekhyun harus mengatur jam makannya, merasa bersalah juga membutuhkan tenaga bukan?

•••

Seungwan memakan daging sapi yang di panggang oleh ayah dan kakaknya dengan lahap, nafsu makannya benar-benar meningkat setelah pulang ke rumah. Terlebih Naeun juga sering memesan makanan yang sedang populer di kalangan anak muda saat ini untuk di cicipi Seungwan.

"Apakah enak?" Tanya Sungjae pada kedua putrinya.

Seungwan dan Naeun mengangguk dengan pipi yang mengembung dan wajah senang mendapatkan makanan yang enak, "Sangat enak!" Ucap Naeun.

"Pastikan kau memakan sayurnya." Ucap Taeri memberikan selada pada piring Naeun.

Dering pada ponsel Seungwan membuatnya mengalihkan perhatian pada obrolan keluarga. Nama Sehun sebagai pemanggil tertera pada layar ponselnya. Lalu tak lama ponsel sang ayah juga berbunyi, salah satu dari rekan kerjanya menghubungi mengenai keadaan pasiennya.

"Seungwan." Tegur Taeri. Membuat Seungwan yang tengah menatap ayahnya tersadar. Ponselnya masih berdering.

Park Sooyoung juga pasien ayahnya. Panggilan itu bukan tentang Sooyoung bukan?

"Se-"

"Dengarkan baik-baik. Sooyoung sudah sadar dan sedang di observasi oleh dokter jaga. Aku sudah mengabari semua orang, jadi datanglah Seungwan." Ucap Sehun dengan nada bergetar.

Mengambil langkah menghampiri ayahnya, Son Sungjae mengelus puncak kepala putrinya, mengerti bahwa mereka akan pergi bersama ke rumah sakit. Setelah berpamitan pada keluarga keduanya keluar dari rumah menuju rumah sakit.

Tapi perjalan mereka tentu saja tidak berjalan baik, ada banyak kemacetan dimana-mana. Banyak mobil dan transportasi umum memenuhi jalan dan mereka memutuskan untuk menuju kereta bawah tanah. Tapi ternyata hal yang sama terjadi, keduanya berdesak-desakkan dengan ponsel yang kembali berdering memberitahu kondisi Sooyoung secara berkala.

Lima helas menit, dua puluh menit mereka akhirnya tiba di ruang ICU dan mendapati Sooyoung yang membuka kedua matanya, bernapas dengan baik dan menatap sekitar dengan pandangan bingung.

Chanyeol dan ibunya belum tiba, hanya ada Jinwoo bersama istri dan anaknya yang sedang menunggu dengan raut wajah penuh syukur.

Son Sungjae memakai baju sterilnya lalu masuk ke dalam ruang ICU Sooyoung memeriksa kondisi vital dan terlihat menanyakan beberapa hal yang di jawab Sooyoung.

Lalu meminta perawat memberikan penanganan yang di intruksikan olehnya. Membiarkan Sooyoung untuk kembali beristirahat malam ini dan kembali melihat keadaannya keesokkan harinya.

"Baekhyun orang pertama yang mengetahuinya." Ucap Sehun merangkul Baekhyun dan memberitahu Seungwan.

"Syukurlah, Sooyoung terlihat baik-baik saja." Ucap Seungwan lalu menatap Baekhyun, "Berhentilah merasa bersalah karena Sooyoung tidak akan menyukainya, Baekhyun." Ucapnya.

•••

Sooyoung menatap teman-temannya dengan senyum tipis. Wajahnya terlihat sangat pucat, seperti tidak ada aliran darah yang mengalir, tubuhnya terlihat lebih kurus dari biasanya, dan Sooyoung masih belum mengetahui bahwa ayahnya telah tiada.

Saat ini kesehatannya jauh lebih utama dan harus di dahulukan dan keluarga memutuskan untuk tidak membicarakannya terlebih dulu. Sayangnya tepat di hari kedua kesadaraannya, Sooyoung mempertanyakan keberadaan ayahnya.

"Mereka punya ikatan yang kuat di bandingkan siapapun. Memutuskan bahwa Chanyeol yang bicara merupakan keputusan tepat yang kami pilih." Ucap Jinwoo pada Seungwan.

Keduanya kini berada di luar kamar rawat, memberikan ruang bicara bagi anak kembar yang ada di dalam ruangan. Tidak lama suara tangis terdengar samar-samar membuat Seungwan menahan laju airmatanya. Seungwan juga pernah merasakannya, jadi dirinya sedikit memahami rasa kehilangan yang mereka rasakan.

Waktu berlalu dengan lama hingga suara pintu terbuka menampilkan sosok Chanyeol dengan wajah sendunya, langkahnya terlihat berat dengan bahu yang terkulai lalu memeluk Seungwan dengan erat. Menghirup aroma tubuh sang kekasih yang berbaur dengan aroma parfum, perasaannya membaik secara perlahan rasanya seperti Chanyeol menemukan tempat yang pas untuk istirahat.

"Kau melakukannya dengan baik." Ucap Seungwan berbisik lalu mengecup pipi Chanyeol.

"Aku harus mengantar Seungwan." Ucap Chanyeol pada Jinwoo.

Jinwoo paham dengan apa yang di ucapkan sang adik. Untuk beberapa jam kedepan Chanyeol akan menemani Seungwan sampai jam keberangkatannya tiba dan akan kembali ke rumah sakit untuk menjaga Sooyoung.

Pelaku yang menabrak Sooyoung dan ayah mereka juga sudah di tangkap dan akan melakukan sidang pertamanya dua hari lagi. Kelalaian berkendara yang menewaskan pengendara lain akan mendapatkan hukuman dan denda. Mungkin terdengar tidak adil bagi korban yang di tinggalkan tetapi hukum yang seperti inilah yang berlaku.

"Aku mengerti." Ucap Jinwoo lalu menatap Seungwan, "Senang bisa mengenal kekasih Chanyeol. Lain kali saat bertemu aku akan mentraktirmu makan." Ucapnya.

"Tentu saja."

•••

Berulang kali Chanyeol mencium kening Seungwan yang duduk di sampingnya. Merasa tidak rela jika mereka tidak akan bertemu lagi dalam waktu yang lama. Rasanya Chanyeol ingin ikut bersama Seungwan tetapi ada banyak hal yang harus di urusnya dan lagi Sooyoung membutuhkan perhatian lebih pasca pemulihannya.

"Aku akan datang saat libur." Ucap Seungwan memainkan jemari tangan kanan Chanyeol.

"Kau bahkan sibuk bekerja di akhir pekan." Ucap Chanyeol kembali mencium keningnya.

Seungwan tersenyum lalu menatap Chanyeol, membuat pria itu berhenti melakukan aktivitasnya sejak keduanya duduk di kursi tunggu, "Sebenarnya aku berniat untuk berhenti bekerja dan mengambil kuliah jangka pendek setelah ujian akhir semester ini." Ucapnya.

Melihat bagaimana sorot mata Chanyeol yang terkejut membuat Seungwan tersenyum. Rencana ini sudah ada sejak lama hanya saja Seungwan tidak mendapatkan alasan pasti kenapa dirinya harus lulus lebih awal jika dirinya bisa menikmati semua prosesnya secara perlahan. Tetapi saat kedua kakinya menginjakkan tanah kelahirannya, Seungwan dilanda rasa rindu akan banyak hal dan tidak ingin kembali.

Semua hal yang di inginkannya ada di sini. Keluarga, teman dan kekasihnya.

OUR PAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang