•••
Tidak terasa ujian akhir yang selama ini menjadi tujuan awal kehidupan sosial terlewat begitu saja. lima hari yang menegangkan dan sangat membuat stres setiap anak kini sudah berlalu. Kerja keras selama masa sekolah akan menentukan lulus atau tidaknya mereka untuk masuk perguruan tinggi.
Seungwan sendiri merasa tidak begitu yakin dengan ujian akhir ini. Karena ada begitu banyak hari dimana dirinya tidak masuk kelas karena di rawat setelah akhirnya melakukan operasi pada lengan kanannya. Meskipun lulus masih ada banyak hal yang harus di persiapkan untuk ujian masuk universitas, salah satunya adalah karya seni yang akan menjadi syarat masuk jurusan seni rupa.
"Kau akan menjadi lebih tua jika terus mengerutkan kening." Ucap Chanyeol menyentuh kening Seungwan yang mengerut.
"Aku sedang memikirkan apa yang akan aku lakukan setelah ini." Ucap Seungwan.
Chanyeol melirik tangan kanan Seungwan, "Kau harus lebih perhatian pada tubuhmu." Ucapnya.
"Seungwan. Kau sangat berbakat." Ucap Chanyeol secara tiba-tiba.
Seungwan menatapnya bingung tetapi juga merasa geli di saat bersamaan, "Aku tahu."
"Kau ingat saat pameran di kota Pohang lalu? Banyak orang mengagumi karyamu dan membelinya dengan harga yang bagus. Meskipun kau tidak bisa masuk jurusan seni rupa tahun ini, masih ada tahun depan dan tahun depannya lagi. Aku akan membantumu dan mendukungmu jadi pelan-pelan saja dan kau harus lebih memikirkan kondisi tubuhmu." Ucap Chanyeol menatap Seungwan.
Ada banyak orang mengucapkan hal yang serupa bahwa dirinya berbakat dan tidak masalah untuk ikut ujian masuk universitas tahun depan karena kesehatannya jauh lebih baik. Tetapi setiap kata yang keluar dari mulut Chanyeol terdengar hangat dan penuh dengan perhatian.
Wajahnya memerah tanpa disadarinya tetapi Chanyeol melihat hal itu. Merasa senang karena Seungwan kini terlihat lebih baik.
Dering ponsel Seungwan dengan nama Naeun tertera disana. Kedua matanya melihat bahwa jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam yang artinya mereka harus pulang.
Entah bagaimana setiap minggu malam mereka akan berjalan bersama menyusuri taman yang ada di dekat tempat tinggal Seungwan. Atau terkadang keduanya menghabiskan waktu di depan minimarket dengan membeli banyak cemilan dan mencobanya satu per satu.
"Aku antar kau pulang."
•••
"Wajahmu terlihat semakin tua jika terus merengut seperti itu." Ucap Chanyeol dari belakang. Berjalan di belakang Sooyoung setelah mereka turun dari bis.
Sooyoung menghentikan langkahnya lalu berbalik menatap saudaranya dengan kesal juga sedih, "Kau! Kau hanya perlu menulis essay untuk kelengkapan berkas pendidikan. Tapi-"
Dengan kedua tangan berada dalam saku celana, Chanyeol menatap Sooyoung yang kini siap untuk menangis. Mereka berada di sisi jalan menuju gerbang sekolah dan banyak siswa lain menuju arah yang sama, Sooyoung akan sangat malu jika benar-benar menangis disini karena Chanyeol yang tidak membuat essay untuk pendidikan lanjutannya.
Tangan kanannya lalu terulur menyentuh kepala Sooyoung dan membawanya ke dalam pelukkan. Keduanya berjalan dengan Sooyoung yang berada di rangkulan Kakaknya.
Benar-benar menarik perhatian.
Chanyeol bahkan bisa mendengar bisikan dan juga pekikkan tertahan dari siswi perempuan yang mengatakan hal-hal romantis.
"Kau benar-benar kehilangan wajahmu. Park Sooyoung." Bisik Chanyeol.
"Tutup mulutmu! Cepat pergi ke kelas!" Bisik Sooyoung dengan mencubit lengannya, memaksa agar berjalan lebih cepat.
Tidak ada alasan pergi ke sekolah selain belajar untuk persiapan masuk universitas yang sebentar lagi akan di lakukan. Ada banyak siswa pergi ke ruang guru dan perpustakaan atau menonton kelas daring sebagai persiapan.
Sedangkan Seungwan hanya menggoreskan sketsa acak dengan tangan kirinya, sangat buruk hingga Seungwan terus menghela napas dengan kasar.
Semalam Seungwan di beritahu bahwa Dongju akan mengambil beasiswa selama dua tahun di Amerika. Beasiswa yang di berikan pada tiga orang dokter residen rumah sakit. Kesempatan yang jelas sekali tidak akan Dongju tolak mengingat Kakaknya sangat menyukai pekerjaannya.
Dan ayahnya menawarkan agar Seungwan bisa ikut bersama Dongju dengan pertimbangan kesehatannya dan juga sebagai waktu untuk masa pemulihan. Son Sungjae sudah mencari tempat tinggal untuk keduanya tinggali karena Seungwan sudah pasti tidak akan bisa tinggal di asrama.
"Anggap saja kau sedang berlibur pasca operasi dan ujian akhir."
Dongju bahkan terkejut mendengar ucapan ayahnya yang terkesan santai dengan pendidikan anaknya. Bahkan saat Dongju masih sekolah dahulu, ayahnya sangat keras padanya.
"Apa yang terjadi?" Tanya Seungwan menatap bingung pada Chanyeol dan Sooyoung yang memasuki kelas.
Wajah Sooyoung penuh dengan air mata sedangkan Chanyeol terlihat tidak peduli dan mendorong gadis itu menjauh. Teman sekelas mereka bahkan bersikap biasa saja seakan hal ini bukanlah hal yang baru.
"Apa Sooyoung tahu?" Tanya Baekhyun.
Chanyeol bergumam, "Sangat merepotkan." Ucapnya yang di mengerti Baekhyun dan Sehun.
"Jadi kalian akan berada di universitas yang sama?" Tanya Seungwan.
"Kami harus selalu bersama, Seungwan." Ucap Sehun tanpa mengalihkan kedua matanya dari game di ponselnya.
"Karena kami tidak terpisahkan." Sahut Baekhyun membuatnya mendapatkan tatapan tidak suka dari Chanyeol dan Sehun.
Ah~ bagaimana cara Seungwan harus mengatakannya.
•••
Hari ini secara tiba-tiba Seungwan mengajak teman-temannya untuk bermain bersama dan dirinya akan membayar semua tagihannya. Tapi rencananya gagal dan berakhir dengan mereka makan malam di pinggir Sungai Han dengan tiga kotak ayam goreng, dua kotak pizza ukuran besar dan juga empat bungkus tteokbokki dengan rasa pedas yang berbeda di lengkapi dengan nasi kepal, telur rebus dan tiga jenis minuman. Dan membayar tagihannya bersama.
Menikmati malam di Sungai Han dengan saling memperebutkan makanan yang bahkan terlihat sulit untuk di habiskan.
Rencananya Son Dongju akan berangkat minggu depan tepat di hari kelulusannya. Seungwan bahkan memberikan hadiah pada Hyeyoon yang berhasil masuk sekolah tujuannya, dan juga teman-temannya di Pohang.
Seungwan hanya tidak ingin pergi secara tiba-tiba tanpa mengatakan apapun meskipun kepergiannya tidak lama. Tetapi dalam waktu satu tahun pasti akan ada banyak perubahan diantara mereka.
"Ada yang ingin aku katakan." Ucap Seungwan menarik perhatian teman-temannya.
Kata demi kata keluar dari mulut Seungwan dengan nada yang tenang dan juga terasa kesedihan. Memorinya teringat hari saat dirinya melangkahkan kedua kakinya ke sekolah dengan seragam yang berbeda. Menatap tidak percaya dengan pertemuannya bersama Chanyeol. Mendapatkan banyak bantuan dari Ketua Kelas Sooyoung. Melibatkan diri membantu Seulgi hingga menjadi sasaran keusilan Baekyun dan Sehun.
Seungwan menikmatinya, menikmati kehidupannya di tempat yang di anggapnya asing.
"Satu tahun terlalu lama." Gumam Seulgi.
"Benar. Berapa jam perbedaan waktu kita dengan Amerika?" Tanya Sooyoung menatap pizzanya.
"14 jam?" Sahut Sehun dengan nada tidak yakin.
"Bukankah disini ada banyak dokter ahli dan banyak tempat wisata?" Tanya Baekhyun dengan bingung kenapa secara tiba-tiba Seungwan ingin pergi.
Seungwan menatap teman-temannya dengan wajah tersenyum, "Selain pemulihan, ayah ingin aku lebih menikmati hidup dengan mencoba banyak hal sekaligus mengawasi Kakakku." Jelasnya.
"Ah~ Akhir-akhir ini aku pergi ke Psikiater, tapi aku baik-baik saja." Lanjutnya dengan wajah tertawa.
Melihat bagaimana raut wajah khawatir teman-temannya, Seungwan jadi merasa bersalah. Tetapi Seungwan hanya ingin berpamitan dengan baik.
Sooyoung menyikut lengan Chanyeol yang tidak bersuara sama sekali, wajahnya saat ini terlihat menakutkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR PAGE
FanfictionOrang-orang mengenalnya sebagai pribadi yang baik dan ramah, bahkan ketika ibunya jatuh sakit. Son Seungwan tetap bersikap seperti biasanya, memberikan senyum tipis dan bersikap dengan sopan layaknya tidak terjadi apapun dalam hidupnya.