3. Boleh Temenanan?

126 21 4
                                    

Hujan deras semalam menyisakan dingin yang begitu menusuk di pagi hari. terdapat secarik note di gelas susu yang berisikan pesan kalau Bunda sudah berangkat ke toko kue lebih dulu untuk menyelesaikan pesanan kue pelanggan. Shakira baru saja menyelesaikan sarapannya, saat ia membuka pintu, bertepatan hujan kembali mengguyur langit Bandung di pagi ini. 

"Shakira."

"AAAA!!" Kemunculan Shaka yang tiba-tiba dari bawah meja teras rumah membuat Shakira terkejut bukan main. Pasalnya cowok itu tiba-tiba memunculkan diri dengan menutup mukanya dengan kepala jaket, lalu kemudian tertawa terbahak-bahak.

"Shakira, maaf yaaa." Shaka masih dengan tawanya. "Shakira kaget?" 

"Ngapain sih, Shaka?!"

"Cieee udah mau panggil nama Shaka ni yaaa." Kali ini Shaka dua kali lebih menyebalkan. 

"Harinya hujan lebat, aku mau jemput Shakira. Liat ini." Shaka mengeluarkan sesuatu dari tasnya. "Taraaaa." Ia membuka payung lipat gambar Dora kesayangan Rika yang ia bawa diam-diam. "Tenang, kita gak pake payung kok buat ke sekolah."

Shakira menjadi mual saat Shaka menggunakan bahasa "Aku". 

"Siapa lo? Gue bisa berangkat sendiri."

Shaka tersenyum, mengeluarkan ponsel dari saku celananya dan menunjukan benda pipih itu kepada Shakira. "Pesan dari Tante Dini."

Shakira membaca pesan itu dengan seksama, 

Tante Dini: Shaka, tante boleh titip Shakira? Harinya hujan, tante harus buru-buru ke toko kue, tolong ajak Shakira berangkat bareng Shaka, yaa..

Shaka menarik kembali ponselnya dengan wajah jumawa. "Gimana?" Ia memainkan kedua alisnya.

"Tetap gak mau!" Shakira hendak pergi, namun Shaka menahan pergelangan tangannya.

"Kali ini aja dengerin Shaka, ayo kita berangkat bareng. Gak mungkin Shakira jalan sendirian ke halte hujan-hujan gini, dingin." Shaka memutar-mutar payungnya sepertu putri payung. "Ayo, Shakira buat kali ini nurut sama mama, mama kamu pasti cemas." 

"Mau?" Shaka mengerjapkan mata dengan senyum innocent

Shakira menyentak tangannya yang dipegang Shaka. Gadis itu tak memaksa diri untuk pergi duluan seperti barusan yang menandakan kalau ia menerima ajakan Shaka.

"Permisi yaa." Shaka merangkul punggung Shakira untuk memotong jarak agak payung Dora yang Shaka gunakan cukup untuk mereka berdua. Kali ini Shakira tidak memberikan reaksi menolak, seolah ia menerima perlakuan Shaka yang menggandengnya sampai membukakaknnya pintu mobil. 

Aksi Shaka tadi membuat Shakira sedikit termenung dan merasa deja vu. Shakira tidak pernah diperlakukan seperti itu sebelumnya. Padahal Shaka bukan siapa-siapa baginya.

"Shakira ada yang kena hujan gak?" Shaka baru saja duduk di bangku kemudi. 

"Gak ada."

"Yang bener?" Shaka mulai menyalakan mobilnya. Melihat Shakira memeluk diri, Shaka langsung menurunkan suhu AC mobilnya. "Masih dingin?"

"Nggak."

"Shaka gak bawa jaket, mau ambil ke rumah dulu? Buat Shakira biar gak dingin."

"Nggak, jalan aja buruan." Shakira membuang pandangannya ke jendela.

"Meluncurrrr, brum, brumm." Shaka mulai menjalankan mobilnya. 

Perjalanan pagi itu diringi dengan alunan lagu Oasis yang dicampur dengan celotehan-celotehan Shaka yang hanya sesekali Shakira jawab. Tapi, meskipun begitu Shaka merasa ada kemajuan dan merasa sedikit mengikis bentangan jarak yang Shakira bangun. Dan Shaka berteked akan menghancurkan tembok tinggi serta bantangan jarak yang ditujukan untuknya.

Rewrite The StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang