15. Jelous Nih, Ye

60 7 0
                                    

"Oh my God! Lo semua harus ikut!!!"  Alexa memekik heboh, gadis itu masuk ke kelas dengan berlari. "Harus ikut!!!" Alexa menunjukan brosur yang ia bawa.

"Apasih, Al?" sahut Maurin.

"Lo semua harus ikut!! Sumpah!!"

"Ikut apasih?!" Maurin hendak merebut brosur yang Alexa bawa, tapi gadis itu malah mengangkatnya tinggi-tinggi.

"Apasih, Al?" Sandra juga ikut penasaran, sedangkan Shakira hanya menyaksikan sambil memakan sandwitch-nya sembari menunggu bel masuk pelajaran terakhir berbunyi.

"Lo semua harus ikut gue!" Alexa menarik tangan Maurin dan Sandra. "Buruan!"

"Shakira juga!!" Alexa menarik tangan Shakira dengan mulut yang mengunyah sadwitch. 

Ketiga gadis itu hanya menurut, termasuk Shakira. Alexa terlihat sangat menggebu sekali, matanya berbinar mengisyaratkan kalau berita yang ia bawa adalah berita gembira. 

"Guys!!" Alexa menghentikan teman-temannya tepat di depan koridor perpustakaana lantai dua. Di sana terlihat Delvin—temannya Shaka berserta anak-anak lain tengah membagikan brosur. Setiap orang yang menerima brosur, terlihat memekik girang seperti Alexa saat masuk ke kelas tadi.

"KITA BAKAL KE PUNCAK!!!" Alexa melempar brosurnya ke atas, lalu berjingkrak girang.

"Hah?! Serius?!!!" tanya Sandra.

"Ini brosur sekaligus formulir pendaftarannya!! Dannnn!! Anak-anak The Butterfly bakal manggung nanti!! Lo semua wajib ikut!!" seru Alexa.

Maurin langsung menghampiri Delvin, meminta brosur. Setelah itu, reaksi Maurin juga sama, disusul dengan Sandra, ketiga gadis itu saling merangkul sambil melompat-lompat kegirangan seolah puncak yang akan mereka tuju adalah puncak jaya wijaya. 

Shakira malah lebih memilih asyik memakan sandwitch-nya ketimbang info terkait ke puncak, namun gerakan mengunyahnya berhenti setelah melihat laki-laki yang baru keluar dari ruang perpustakan. 

Itu Shaka, tapi Shakira tak merasa bahagia. Kedua alis Shakira nyaris bertemu dengan mata menyipit,  ada sedikit buncahan kesal di dada saat melihat Shaka tertawa dengan seorang gadis yang keluar bersama dengannya. Saat gadis itu memberikan map merah kepada Shaka, Shaka bahkan menerima sambil tersenyum manis sambil berucap terima kasih. Semuanya tidak luput dari kedua mata Shakira.

"Jangan senyum kayak gitu, Ka. Manis banget," kata cewek itu yang masih bisa Shakira dengar. Lihatlah, gadis itu salah tingkah sambil memukul lebay lengan Shaka. Entah apa yang mereka bicarakan sebelumnya, menyebalkan.

"Mau ikut gak ke cafe Akasia, belajar bareng buat UN. Gue sendirian kok. Sekalian gue mau minta ajarin math sama lo," kata cewek itu lagi.

"Makasih, maaf tapi gue gak bisa." Shaka menolak halus.

"Yah, gue sedikit kecewa," sahut pihak cewek.

"Shakira! Ayo ambil brosurnya!" seru Alexa.

Lamunan Shakira terpecah, pun dengan Shaka yang mendengar nama Shakira, cowok itu langsung mengedarkan matanya sampai bertemu pada objek seorang gadis berponi tipis yang rambutnya tergerai sebahu dengan pipi kanan yang lebih berisi. 

"Hallo Tuan Putri." Shaka berjalan menghampiri Shakira.

Cowok itu masih diekori gadis bermata monolid cantik dengan kulit putihnya yang bersih. Shakira tidak tahu namanya siapa, tapi entah mengapa rasanya menyebalkan.

"Apa?!" sahut Shakira sedikit ketus. 

"Pipinya besar sekali, lagi makan apa?"

Shakira mengabaikan pertanyaan Shaka, ia lebih memilih untuk menghampiri Delvin yang sibuk membagikan brosur. 

Rewrite The StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang