"Jeriko?"
"Iya, ini aku."
Shakira harap itu adalah mimpi buruk yang tidak akan pernah menjadi nyata.
"Kaget banget mukanya." Cowok itu kembali berbicara. "Iya, ini aku Jeriko. Jeriko Ardigantara."
Shakira merasa mual mendesak isi perutnya untuk keluar, itu berarti bukan mimpi.
"Kamu masih sama, ya? Masih suka sakit kayak gini. Aku gak tega lihatnya."
"Aku ke sini mau minta maaf, Ra. Aku mau kamu kasih aku kesempatan dan kita bisa ulang semuanya dari awal. Aku nyesel dulu pernah duain kamu." Tatapan cowok itu melunak, tangannya mengelus lembut punggung tangan Shakira.
Mendengar perkataan Jeriko hanya membuat Shakira semakin muaI. Hendak saja rasanya memuntahkan isi perutnya ke wajah Jeriko yang tidak tahu malu itu.
Mengabaikan Jeriko, sambil menutup mulut Shakira bergegas ke toilet UKS. Shakira memuntahan apa yang bisa ia muntahkan. Rasanya lega, tapi Shakira juga merasa lemas dengan mual-mual yang masih tersisa.
"Shakira!"
Shaka masuk ke ruangan itu. Sepanjang koridor ia berlari secepat mungkin agar ia bisa bertemu Shakira. Namun, betapa terkejutnya Shaka melihat laki-laki itu berada di dalam ruang UKS juga. Dia memakai seragam putih abu, tapi Shaka tau dia bukan murid SMA di sini. Tunggu ... maksudnya cowok itu ...
"Reaksi lo sama kayak Shakira, kaget banget mukanya," ujarnya.
Shaka berwajah datar. "Ngapain lo sini?"
"Sekolah lah, masa ngamen. Gak liat apa gue pake seragam?"
Shaka berdecak.
Jeriko terkekeh. "Gue murid baru di sini, baru pindah hari ini."
"Oiya, kita belum kenalan. Gue Jeriko." Jeriko mengulurkan tangannya.
Shaka tak berminat menjabat tangan itu. "Mana Shakira?"
Keluar dari toilet Shakira dikejutkan dengan kehadiran Shaka.
"Shaka?"
Shaka langsung menoleh, menghampirinya. "Kamu baik-baik aja? Kamu pucat banget." Shaka menempelkan punggung tangannya di kening Shakira.
Shakira tersenyum singkat. "Aku nggak papa."
Nggak papa, bagaimana. Kabar yang diberikan Maurin ke kelas Shaka membuatnya cemas bukan main. Wajah gadis itu begitu pucat, matanya juga terlihat sayu.
"Nggak papa, gimana? Kamu kecapean? Masih pusing? Mual?"
"Mulai deh lebay nya."
"Efek kemo, ya?" Jeriko ikut menimbrung.
"Aku udah ngerasa baikan, Shaka. Kita ke kantin, yuk. Aku laper." Shakira menatap Shaka, mengabaikan pertanyaan Jeriko.
"Yuk." Shakira memegang pergelangan tangan Shaka, membawanya pergi.
"Ra." Suara yang berasal dari Jeriko itu membuat Shakira dan Shaka berhenti melangkah.
"Cepet sembuh, ya," ucapnya.
"Makasih." Shaka yang menyahut, setelah itu keduanya keluar, meninggalkan Jeriko sendirian.
***
Bel pulang berbunyi, koridor ramai dengan murid-murid yang siap untuk pulang. Saat murid-murid berbondog untuk pulang, Shaka dan tiga temannya harus membersihkan lapangan. Selain harus menulis surat "Tidak akan berkelahi dan membuat keributan di sekolah lagi", keempatnya juga harus berdiri menghormat tiang bendera setelah nama mereka dipanggil dari pengeras suara tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rewrite The Stars
Ficção Adolescente"Shaka gak pernah pacaran, gimana kalau Shakira jadi pacarnya Shaka?" --------- 90 persen katanya cinta pertama akan berepilog dengan tidak bersama-sama, kasarnya akan berakhir pada perpisahan. Shaka tidak mau menjadi bagian dari 90 persen itu, yang...