Tinggal satu bulan lagi Shaka akan melepas jabatannya sebagai ketua ekskul Photography dan Penyiaran, mengingat ia sudah kelas 12 maka akan difokuskan pada ujian serta tes untuk perguruan tinggi nanti. Baru kali ini Shaka nyaris terlambat, pagar SMA National Garuda School nyaris tertutup sempurna sebelum ia berhasil masuk. Itu semua gara-gara Rika, adiknya yang manja minta diantarkan ke sekolah oleh Shaka.
Setelah memarkirkan motor, ada pemandangan lain yang berhasil mencuri atensinya. Di depan pagar sana, ada perempuan yang merengek-rengek ke satpam. Shaka menyipitkan mata, wajah gadis itu familiar. Shaka tidak mengerti mengapa ia harus melangkahkan kakinya untuk mendekat.
"Shakira?"
Benar, gadis itu adalah tetangga barunya yang galak itu. Lihat, di situasi sekarang saja matanya masih menatap Shaka tajam seperti hari kemarin. Gadis itu memakai seragam putih abu-abu dengan logo yang bukan milik anak NGS—sebutan untuk murid anak SMA National Garuda School.
"Pak, bukain aja pagarnya, dia murid baru, temen saya, Pak."
Kalimat Shaka barusan membuat kedua mata Shakira nyaris melompat keluar. "Gak usah sok kenal!"
"Yakin temennya?" tanya Pak satpam.
"Yakin dong Pak, cuma lagi ada masalah sama saya makanya dia jadi ngambek gitu," jawab Shaka. "Tolong bukain ya, Pak. Kasian, murid baru juga."
Pak satpam menuruti permintaan Shaka, membukakan pagar untuk Shakira. Namun, alih-alih berucap terima kasih atau basa basi lainnya, Shakira malah melongos pergi begitu saja. "Maklum lagi PMS, Pak. Makasih, Pak Yanto," ucap Shaka kemudian menyusul langkah Shakira.
"Selain tetangga baru, lo juga jadi murid baru?" Shaka mencoba menyetarakan langkah kaki Shakira yang buru-buru sambil menolehkan kepala ke arah gadis itu.
"Nama lo Shakira, kan?" Shaka mencoba membaca name tag-nya meskipun Shakira tak memedulikannya dan tetap berjalan cepat. "Shakira Audya."
"Gue Shaka, Arshaka Adinata kelas 12 IPA 1. Kalo mau, gue bisa anterin lo ke ruang Tata Usaha."
"Gak butuh!" sahutnya ketus.
Shaka terkekeh kecil. "Dari kemarin lo galak terus, niat gue baik padahal."
Shakira memberhentikan langkahnya, menatap Shaka sengit. "Semua cowok juga awalnya gitu, niat baik, niat baik. Gue gak butuh bantuan lo!"
Sungguh, sikap ketus dan kerasnya Shakira membuat Shaka tertarik dan penasaran. Biasanya cewek-cewek yang mengejar Shaka, dan tidak mungkin cewek mengabaikan Shaka dengan wajah rupawan dan senyum manisnya yang memikat sampai matanya akan melengkung seperti pelangi saat Shaka tersenyum.
"Gue penasaran sama lo."
"Semua cowok juga awalnya cuman penasaran doang, terus ditinggal gitu aja, selingkuh." Shakira masih bernada ketus.
"Curhat?" Shaka menaikan sebelah alis.
"Gak! Jangan ganggu gue, gue gak mau berurusan sama cowo!" Shakira kembali melanjutkan langkahnya.
Shaka tersenyum kecil menatap punggung kecil itu. "She's so damn cute." Shaka rasa dopaminnya sekarang meningkat drastis. Shaka juga tidak mengerti. Tapi satu yang pasti, Shakira itu beda.
***
"Woi! Shakanying tumben telat." Raja, teman sebangku Shaka langsung saja merangkulnya saat Shaka baru melewati pintu kelas. "Ka, nyontek kimia dong, hehe." Raja membawa Shaka ke bangku mereka. Kelas sudah ramai, bel masuk baru saja berbunyi.
"SHAKA!! SHAKA ANYING WOI SHAKANYING!!" Kali ini Kai, cowok yang duduk di belakang Shaka yang bersuara.
"DELV!! TUNJUKIN DELV!!" Kai menggerak-gerakan bahu Delvin—teman sebangku Kai. "Lo harus liat ini, Ka!" katanya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rewrite The Stars
Roman pour Adolescents"Shaka gak pernah pacaran, gimana kalau Shakira jadi pacarnya Shaka?" --------- 90 persen katanya cinta pertama akan berepilog dengan tidak bersama-sama, kasarnya akan berakhir pada perpisahan. Shaka tidak mau menjadi bagian dari 90 persen itu, yang...