21. Mimpi?

45 8 6
                                    

"Dia kenapa sih?" tanya Kai. "Gak ada bosennya apa gangguin Disha?"

Dengan berjalan pincang Raja mengambil minuman soda dari kulkas mini di kamar Delvin. "Emang stress aja anaknya. Masih bocah. Tapi gue gak akan diem kalo ada yang gangguin Disha, apalagi buat adek gue nangis." Karena hanya Disha dan Nenek yang Raja punya.

"Lo ke mana tadi, Ka?" tanya Raja melempar satu kaleng soda yang sigap Shaka tangkap.

"Thanks, bro. Abis ke danau sama Shakira," jawabnya santai, menselonjorkan kaki duduk di permadani.

Aksi kabur dari tangkapan Bu Ijah di sekolah tadi membuat Kai, Raja dan Delvin langsung bolos ketimbang harus menerima hukuman di hari itu, sama seperti Shaka yang juga bolos. Kalau kata Raja, "Udah basah, sekalian aja nyebur". Sekarang sudah malam, Raja dan Kai masih belum pulang ke rumah masing-masing. Dua manusia itu memakai baju Delvin sehabis membersihkan diri tadi. Sedangkan Shaka, cowok itu baru saja datang sehabis magrib tadi. Keempat cowok itu tengah berkumpul di rumah Delvin, tepatnya di kamar.

"Yee, malah enak-enakan ngebucin." Raja melempar kaleng sodanya yang sudah habis, tepat mengenai kepala Shaka.

"Bukannya dari dulu lo pada khawatir gue gay, tuh udah gue buktiin sama Shakira." Shaka melempar balik, tepat mengenai jidat Raja yang benjol dan biru.

"Shakanying!!"

Shaka tertawa. "Makanya buang sampah pada tempatnya."

"ALLAH HU AKBAR!!"

Seruan histeris berasal dari Kai itu membuat Shaka dan Raja menoleh ke arahnya. Kai yang semulanya berbaring di tengah kasur Delvin, jadi berdiri.

"Apaan dah!" Raja yang terkejut jadi geram, melempar kaleng kosong itu mengenai Kai.

Kai tidak peduli jika kaleng itu baru saja menghantam wajah mulusnya, sekalipun batu baja atau meteor. "SONA NGELIKE FOTO GUE!!"

"SUMPAH!! DIA GAK FOLLOW!!!" Kai heboh, menunjukan ponselnya.

"Liat!" Kai memamerkan laman notifikasi Instagram-nya. "Artinya apa? Dia masih suka sama gue gak, sih?" Kai melompat-lompat di atas kasur Delvin sampai selimutnya menyapu lantai.

"Coba lo refresh lagi, pasti ilang tuh notif. Paling Sona kepencet," sahut Raja.

"Biarin bro berbahagia dulu, Ja," kata Shaka.

"Bodo amat! Udah gue screenshoot," Kai memeletkan lidah, kembali mengambil tangkapan layar untuk yang ke sepuluh kalinya. Cowok itu melompat dari kasur, berjalan slay menuju drum yang ada di sudut kamar Delvin. Kai memainkan alat musik itu dengan brutal tanpa melodi.

"Suara apasih? Berisik banget?" Delvin baru keluar dari kamar mandi, bertelanjang dada, cowok itu baru selesai mandi. "Apaan kasur gue kayak kapal pecah gitu?"

"Dipake Kai mesum sama Elaina tercinta lo itu," kata Raja. Elaina yang ia maksud adalah bantal dengan desain khusus yaitu wajah Elaina, tokoh anime kesayangan Delvin yang ia sebut sebagai waifu-nya. 

"Berani-beraninya!" Delvin mengambil dan memeluk bantal bergambar Elaina-nya. 

Shaka hanya geleng-geleng kepala. Siapa sangka, Delvin dengan wajah cool nan kharismatik itu sangat tergila-gila pada Elaina, tokoh 2D. Vokalis The Buterffly itu adalah anak yang paling cuek terhadap lingkungan sosial, orang yang tidak mengenal Delvin dekat akan beranggapan kalau cowok itu pendiam, irit bicara dan terkesan dingin karena wajah dan penggunaan ekspresi Delvin mendukung sekali untuk karakter itu. Tapi itu semua bukan berarti Delvin ansos. Delvin bisa bergaul sebagai memenuhi kebutuhannya yang merupakan mahkluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Delvin bukan manusia dingin yang keluar dari Kutub Selatan. Tapi, jika sudah berkumpul bersama sahabatnya, Delvin akan menunjukan sikapnya. Delvin bilang, dia punya empat kepribadian. Satu, saat ia sendiri dengan dirinya sendiri. Dua, saat ia bersama sahabatnya. Tiga, saat ia bersama manusia yang tidak akrab dengannya. Dan empat, saat ia bersama orang tuanya.  

Rewrite The StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang