11. BMKG, katanya

67 11 0
                                    

Bukan aroma manis muffin, tapi bau gosong menyengat yang keluar dari oven. Shakira lantas terburu-buru memasang sarung tangannya dan mengambil nampan berisikan muffin-muffin dari dalam oven. Niatnya ingin membantu bunda membuat pesanan di hari minggu yang cerah ini, Shakira justru malah merusak dengan muffin-muffinnya yang hitam gosong.

"Jelek banget," komentar Shakira.

"Makanya, buat kue tuh jangan pake acara sambil nonton drakor segala, keasyikan tuh." Mbak Dea, salah satu pekerja bagian adonan mengejek sambil tertawa melihat maha karya Shakira.

"Gak papa jelek, yang penting rasanya," kata Shakira, mengamit satu muffin gosong yang masih mengepul asapnya. 

"Astagfirullah Shakira, itu kenapa muffinnya pada gosong melompong gitu?" Bunda yang baru selesai menghias pesanan kue pernikahan dibuat terkejut dengan muffin hitam Shakira yang wanginya seperti kain terbakar.

"Tenang, bund. Rasanya dijamin oke!" Shakira mencoba gigitan pertama, belum masuk ke dalam kerongkongan, gadis itu langsung buru-buru menuju wastafel. Shakira memuntahkan muffin pahit yang rasanya seperti sorbet terbakar, sudah begitu terlalu banyak garam.

Tentu saja reaksi Shakira membuat bunda dan mbak Dea tertawa bersama. Shakira merapikan apronnya sebelum membalikan badan dengan eskpresinya yang masam. Ia harus bersiap mendengar ledekan yang sebenarnya bukanlah sesuatu yang asing saat setiap kali Shakira mencoba membuat kue. 

Tampaknya, bakat membuat kue tidak mengalir di darah Shakira.

"Enak, kok!" Shakira berdalih.

"Eh? Kok kamu ada di sini?" Pertanyaan itu keluar setelah melihat manusia ajaib, maksudnya Shaka. Cowok itu, entah sejak kapan dan dengan kecepatan apa bisa berada di ruang dapur.

"Hai! Beli kue." Shaka menenteng dua boxs, bolu dan donat "Titipan Rika," sambungnya. 

"Kok bisa sampe ke dapur?"

"Kamu gak bales chatt aku, aku pencet bell tapi pintu rumah kamu ga dibuka, sendal baru warna hijau itu." Shaka menunjuk sendal Shakira. "Gak ada di rak sepatu. Dan, dugaan aku benar kalau kamu di sini," kata Shaka.

"Oh, mode dnd soalnya dipake buat nonton The Heirs," kata Shakira.

"Pantes aja. Bunda, aku boleh ikut bantu Shakira buat kue?" tanya Shaka ke bunda.

Dengan wajah semangatnya bunda menjawab, "Tentu boleh, Shaka. Bantu Shakira buat muffin, bunda mau lanjut selesain kue ulang tahun dulu." Sebelum meninggalkan Shaka, bunda menepuk dua kali punggungnya.

"Ganteng," bisik mbak Dini, membuat Shakira menyikut lengannya pelan.

Mbak Dini terkekeh. "Mas, bantuin Shakira, ya. Siapa tau kuenya gak gosong lagi. Saya mau ke super market beli bahan dulu."

"Ra, ganteng." Sekali lagi mbak Dini berbisik sebelum wanita berusia kepala dua itu benar-benar pergi.

"Baiklah dimulai dari mana?" Shaka menggulung lengan kemeja navy-nya. 

Shakira mengambil apron lain. "Nunduk," ucapnya.

Shaka menurut, membungkukan sedikit badannya yang tinggi. "Pendek," ejeknya setelah Shakira mengalungi apron itu di Shaka.

"Rese! Jangan lupa diiket, tuh!"

Shaka mengikat apronnya. "Wih, muffin siapa ini? Cantik banget." Pandangan Shaka tertuju pada muffin gosong di atas nampan, maha karya Shakira yang gagal.

"Shaka jangan dicobaaa!!" Namun Shakira terlambat, cowok itu sudah menggigit muffin buatannya. 

Shaka mengunyah dengan santai. "Enak."

Rewrite The StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang