10. Aku Suka Sama Shakira

84 11 0
                                    

"Jadi, dia mantan kamu?"

Itu adalah kalimat pertama yang keluar dari mulut Shaka setelah mereka berada dalam bianglala. Shaka menatap gadis di sampingnya, Shakira sibuk berbicara sendiri pada cotton candy berwajah pororo yang tadi Shaka belikan sebelum mereka naik bianglala. Satu permen kapas itu berhasil memperbaiki mood Shakira.

"Iya, Shaka," jawabnya.

"Kamu masih suka sama dia?" Pertanyaan Shaka membuat Shakira menatap ke arahnya.

"Nggak lah, ngaco."

Jawaban Shakira sudah cukup membuat Shaka mengukir senyum tipis di bibirnya, meskipun masih banyak pertanyaan menggantung yang tidak bisa ia lontarkan. Lagi pula, masa lalu adalah masa lalu, kalimat Shakira sudah cukup membuatnya tenang dan yakin, pikir Shaka. Keranjang bianglala mereka mulai menaik, memperlihatkan kelap-kelipnya lampu kota Bandung. Shakira melihat ke bawah, bergidik ngeri dan langsung memepetkan dirinya ke Shaka.

"Takut?" tanya Shaka.

Shakira menggeleng. "Cuma serem."

"Shaka liat, sayang banget buat dimakan permennya. Gemes, kan?" Shakira memperlihatkan permen kapasnya. 

"Makan aja, nanti aku beliin lagi," kata Shaka, diakhiri dengan mengacak pelan puncak kepala Shakira.

Shakira mengerucutkan bibir, dengan berat hati memakan permen kapasnya yang menggemaskan. "Namanya Jeriko," katanya setelah suapan pertama. "Mantan gue yang tadi," sambungnya lagi, membantu menjawab pertanyaan yang Shaka simpan untuk dirinya sendiri. 

"Dia selingkuh, sama kayak ayah. Kayaknya gue emang gak seberuntung itu dalam dicintai," ujarnya lagi. Dua kali Shakira memaafkannya, dan untuk yang ketiga kalinya Shakira memutuskan untuk menyerah. 

"Mau?" Shakira menawarkan permennya.

Mengabaikan permen kapas, Shaka menatapnya dengan tatapan aneh yang tidak Shakira mengerti. Keranjang bianglala mereka berhenti tepat di puncak tertinggi. Anginnya semakin terasa kencang, tapi itu tak membuat Shaka berkedip dari tatapannya untuk Shakira yang kini tengah sama menatapnya. 

"Aku suka sama Shakira," kata Shaka.

Kalimat singkat yang keluar secara lugas dari mulut Shaka cukup untuk mengubah atmosfer antara keduanya menjadi sedikit kaku. Shaka bahkan mengatakan itu dengan menatap kedua iris mata Shakira, meyakinkan mata berwarna coklat terang itu untuk percaya atas ungkapan perasaannya. 

Mereka terdiam cukup lama sambil bertatap-tatap, hingga akhirnya Shakira mengalah dan membuang muka untuk melihat ke bawah. 

"Shaka!" Shakira langsung memepetkan diri ke Shaka sampai tidak ada jarak di antara mereka, tangan mungilnya mecekal lengan baju Shaka.

"Jangan liat ke bawah," kata Shaka, merangkul punggung Shakira agar gadis itu tahu kalau Shakira aman, dia berada di sisinya, dan akan selalu untuk Shakira.

Lagi-lagi ada jeda singkat melanda, membantu Shakira menetralkan sedikit rasa gugupnya.

"Kok bisa?" Shakira menatap permen kapasnya, memainkan tangkainya.

"Bisa apa?" Shaka balas bertanya, masih dengan rangkulannya pada pungggung Shakira.

"Suka."

"Emang harus pake alasan? Kalau aku suka kamu pake alasan, terus alasannya hilang, berarti alasan aku buat suka ke kamu juga hilang bersama perasaan sukanya? Aku suka Shakira, nggak tau alasannya apa, suka aja. Karena Shakira adalah Shakira."

Shakira menoleh. "Kalau suka tanpa alasan, berarti perasaan sukanya bisa hilang tanpa alasan juga?"

Shaka menggeleng. "Berhenti jatuh cinta nggak semudah kamu jatuh cinta. Aku juga gak minta Shakira buat jawab ungkapan perasaanku. Aku ungkapin karena pengen aja. Maaf kalau membebankan Shakira."

Rewrite The StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang