Pemandangan pertama yang Shakira dapat setelah membuka mata adalah Shaka yang tengah duduk di sampingnya sambil sibuk melipat-lipat kertas. Pergerkan Shakira yang berusaha duduk membuat Shaka beralihkan fokus.
"Shakira udah bangun? Ada yang sakit?" Shaka membantunya duduk.
Matahari tak seterik pagi dan siang, cahayanya mulai berubah ke-orange terpantul dari kaca jendela UKS. "Ini jam berapa?" Shakira balas bertanya.
"Udah mau jam lima sore, Shakira nggak papa? Pusing?"
"Jam lima?" Shakira sedikit terkejut. "Haus," ucapnya sambil menggaruk kepal, dan Shakira juga lapar.
Shaka langsung merogoh botol minum miliknya di dalam tas. "Punya Shaka, abisin aja." Shaka memberikan itu, dan langsung ditandas habis oleh Shakira.
"Shakira kalo sakit bilang, jangan maksa. Tadi pagi Shaka udah curiga mukanya gak secerah kemarin."
"Jadi maksud lo hari ini muka gue gelap?"
"Eh?" Shaka gelagapan. "Nggak gitu maksudnya." Perempuan itu rumit.
"Lo nungguin gue dari tadi?" tanya Shakira yang dibalas anggukan oleh Shaka.
"Bolos?" tanya Shakira, dan Shaka mengangguk diakhiri cengiran.
Sejauh ini tidak ada yang pernah memperlakukan Shakira seperti itu sebelumnya. "Lo buat apa?" Padangan Shakira beralih pada kertas di tangan Shaka.
"Oh, ini bangau. Liat." Shaka melanjutkan lipatan kertasnya. Setelaah bangau itu selesai dengan rapi, Shaka menggerakan sayapnya kemudian meletakan bangau itu di atas nakas. Ada lebih dari sepuluh bangau di sana.
"Shaka tungguin Shakira sadar sampai bangaunya beranak banyak," kata Shaka.
Terjadi jeda beberapa detik dengan tatapan Shakira yang terus memandangi Shaka.
"Kenapa? Shakira gak suka ditungguin? Maaf kal—"
Kalimat Shaka terputus dan menggantung di udara. Ia dibuat sedikit terkejut oleh sikap Shakira yang tiba-tiba memeluknya. Tubuh Shaka mematung sejenak, menikmati desiran candu yang seperti ia rasakan saat di lampu merah tadi pagi. Gadis itu semakin mengeratkan pelukannya, membuat Shaka merasa terpaku dengan aliran darah yang berdesir hangat. Lamat-lamat Shaka perlahan membalas pelukan itu. Shaka mengelus halus kepala Shakira. Ada kedamaian dan rasa tenang yang sulit untuk Shaka definisikan.
Shaka belum pernah merasakan ini semua.
Shakira orang pertama yang membuat Shaka tidak mengerti dengan dirinya sendiri.
"Shakira mau gak jadi temannya Shaka?" Suara Shaka memecah keheningan yang hanya berisikan detak jarum jam dalam UKS sore itu.
Shakira mengangguk. "Mau," sahutnya dengan kepala yang masih terbenam.
"Jadi kita temenan sekarang?"
Shakira melepas peluknya, menarik tubuhnya dengan dua sudut bibir mengukir senyum tipis, sangat tipis. "Iya, Shaka."
Menangkap ekspresi itu, Shaka tidak bisa menyembunyikan bahagianya. "YES!!" Shaka berdiri berseleberasi ria. "Akhirnya Shakira mau temenan sama Shaka!"
Shakira tertawa kecil melihat itu. "Jangan seneng dulu, gue gak se-worth it itu buat dijadiin temen."
Shaka berhenti berseleberasi, ia kembali duduk. "Shakira adalah Shakira, aku gak peduli sisanya."
"Mau Shaka ajarin buat bangau?" Shaka menunjukan kertas di tangannya.
"Boleh."
Shaka memberikan satu kertas untuk Shakira, mengajarinya mulai dari melipat-lipat bagian dasar, sampai bagian yang rumit sampai kertas Shakira lecek karena banyaknya kesalahan dan pengulangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rewrite The Stars
Genç Kurgu"Shaka gak pernah pacaran, gimana kalau Shakira jadi pacarnya Shaka?" --------- 90 persen katanya cinta pertama akan berepilog dengan tidak bersama-sama, kasarnya akan berakhir pada perpisahan. Shaka tidak mau menjadi bagian dari 90 persen itu, yang...