Part 12. ☪

72 2 0
                                    

اَللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

"Allahumma sholli 'ala sayyidina Muhammad wa 'ala ali sayyidina Muhammad."

"Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga Nabi Muhammad."

لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ

"Laa ilaaha illaa anta subhaanaka innii kuntu minadz dzaalimiin."

"Tidak ada tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim."


Tidak Bisa Tidur

⭒✮⭒

Malam yang begitu sunyi, Gus Irsyad menatap keluar jendela kamarnya. Sekitar pukul 10.00 dia tidak bisa tertidur. Alasanya karena dia kepikiran soal tadi pagi yang baru pertama kali itu dia benar-benar marah dengan Ayla.
Padahal dia sudah berjanji pada dirinya sendiri agar tidak pernah marah atau membentak wanita yang berstatus istrinya itu.

Dirinya sedang dalam ambang kebingungan, dia mencoba melupakan Ning Salma wanita yang menurutnya dia cintai dan mencoba untuk mencintai Ayla istrinya, tapi dia tidak bisa.
Malah dengan bodohnya dia marah dengan Ayla, yang mencoba membuka lemarinya.
Dia tau seharusnya tidak menyembunyikan
itu dari Ayla bahkan persaanya kepada wanita lain. Dia juga tau bahwa dirinya salah, tapi hatinya tidak bisa diajak bekerja sama.

"Apa yang harus saya lakukan Ya Rabb?" Menatap sendu Rembulan malam itu.

Dia begitu bimbang disatu sisi dia merasa mencintai Ning Salma namun di sisi lain dia ingin mencoba mencintai Ayla.

Gus Irsyad bergumam lagi, "Saya sudah berjanji dengan Ning Salma untuk menikahinya, namun Saya sudah berjanji kepada Ayla di dalam janji suci pernikahan atas namamu Ya Rabb."

Malam ini malam yang berat bagi Gus Irsyad, dia berdebat dengan dirinya sendiri dan mengutarakan isi hatinya kepada Allah SWT.

Setelah bergulat dengan pikirannya dia memutuskan untuk menghampiri Ayla dikamarnya,

Tok!

Tok!

Tok!

"Ayla, Apa kamu sudah tidur?" Berucap dengan lembut.

Tak disangka ternyata gadis itu juga tidak bisa tidur dia memikirkan kemarahan Gus Irsyad kepadanya tadi pagi, untuk pertama kali dia mendengar bentakan dari seorang pria dan itu adalah suaminya sendiri. Bahkan Ayahnya saja tak pernah membentaknya sekeras itu.

Mendengr ketukan pintu dan suara Gus Irsyad, Dia berjalan perlahan mendekati pintu kamarnya itu, lalu membukanya secara perlahan sambil menundukkan kepalanya.
Tampak terlihat seorang pria dengan tubuh yang tinggi berdiri dibalik pintu itu, Dia adalah suaminya sendiri.

Setelah pintu terbuka,
Gus Irsyad melihatnya dengan seksama, sorot matanya tidak bisa berbohong kalau dia merasa bersalah karena telah memarahi istrinya itu.

Lalu wanita itu bertanya dalam posisi masih menunduk, "ada apa, Gus?"

Dalam satu tarikan nafas dia menjawabnya, "Saya minta maaf soal tadi pagi, saya benar-benar tidak bisa menahan kemarahan saya tadi pagi, itu karena-"

Seperti Rembulan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang