Part 22. ☪

187 5 3
                                    

اَللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

"Allahumma sholli 'ala sayyidina Muhammad wa 'ala ali sayyidina Muhammad."

"Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga Nabi Muhammad."

لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ

"Laa ilaaha illaa anta subhaanaka innii kuntu minadz dzaalimiin."

"Tidak ada tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim."

Perasaan Kamu Tidak Salah

Setelah Ayla keluar dari masjid, ia berlari tanpa tujuan sampai ia tiba di depan sebuah pohon mangga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah Ayla keluar dari masjid, ia berlari tanpa tujuan sampai ia tiba di depan sebuah pohon mangga. Ia bersembunyi di balik pohon itu, ia duduk memeluk kedua lututnya. Dengan pikiran yang berkecamuk ia terus terbayang-bayang oleh wajah Gus Irsyad, tak terasa ia meneteskan air mata. Ayla menangis sembari membekap mulutnya sendiri.

Sungguh Ayla benci tatapan itu, tatapan kasihan dan merasa bersalah itu terus terbayang-bayang di otaknya. Ia juga benci dengan perasaannya sendiri, mengapa dia harus jatuh hati kepada seseorang yang telah mencintai orang lain.

"Dengar suara nangis gak, gas?" Tanya Azad, karna ia dan kawannya tepat lewat di depan pohon mangga itu.

"Iya dengar, kenapa dibilang sih, aku udah nahan buat gak nanya biar gak takut." Jawab Bagas dengan gugup dan wajah sudah pucat.

Mereka berdua sontak melihat ke atas pohon mangga, dan ternyata tidak ada apapun di sana. Tanpa Azad sadari, Bagas sudah berlari kencang meninggalkannya sendiri.

Azad yang melihat kepergian temannya itu hanya bisa menelan ludah dengan pelan. Suara tangis itu masih ada, namun karna dia amat sangat penasaran. Ia mencoba mencari sumber suara itu, dan ternyata arahnya dari sebalik pohon mangga tersebut. Ia mencoba memberanikan diri melanggkah ke arah tersebut. Betapa terkejutnya dia melihat yang menangis ternyata Ayla.

"Lho, Mbak.. mbak Ayla kenapa nangis disini?" Tanyanya.

Mendengar suara itu Ayla yang semula menunduk menyelusupkan kepalanya dikedua lututnya seketika menoleh ke arah Azad.

"Enggak, gak apa-apa." Ucapnya lirih.

Mendengar itu Azad tidak percaya, namun ia mencoba memaklumi gadis didepannya itu.

"Kalau gak mau cerita, gak apa-apa. Tapi kak Ayla gak boleh nangis lagi, Ayo biar Azad antar ke ndalem." Ajaknya sembari mengulurkan tangannya.

Ayla menerima uluran itu, setelah berdiri ia melepaskan tangan Azad dan hendak melangkah. Namun tiba-tiba jantungnya terasa sakit, tanpa Ayla sadari ia mengalami mimisan.

Seperti Rembulan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang