Part 24. ☪

136 8 2
                                    

اَللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

"Allahumma sholli 'ala sayyidina Muhammad wa 'ala ali sayyidina Muhammad."


لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ

"Laa ilaaha illaa anta subhaanaka innii kuntu minadz dzaalimiin."


***

"Hal yang paling menyakitkan adalah ketika kamu berada diantara dua pilihan. Jika kamu tidak memilih dengan cermat, maka kamu akan menanggung konsekuensinya."
~Irsyad Arrayan Zaki~


Cemburu?

Hari-hari telah berlalu sejak kejadian dimana Ayla mengungkapkan perasaannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari-hari telah berlalu sejak kejadian dimana Ayla mengungkapkan perasaannya. Sejak hari itu, ada kecanggungan antara dirinya dan Gus Irsyad.

Seperti biasa setiap hari sabtu, Ayla akan berkunjung ke Ponpes untuk bertemu dengan Umi. Namun ketika hendak menuju ke ndalem ia mengurunggkan niatnya setelah melihat Umi dan Ning Salma sedang bercanda gurau diteras.

Ia memutuskan untuk berjalan pergi menuju ke taman belakang Ponpes. Menurutnya tempat ternyaman untuk dirinya adalah ditaman itu ditemani dengan kicauan burung-burung karna sangat jarang ada santri disana.

Ayla duduk merenung, dalam pikirannya terlintas, bahwasahnya dirinya hanya orang asing yang masuk dikeluarga seorang Kiyai. Sedangkan Ning Salma adalah orang yang begitu dekat dengan keluarga ini. Bagaimana jika posisinya sebagai seorang menantu, digantikan oleh Ning Salma? Sedangkan dirinya sudah merasa sangat nyaman berada dikeluarga ini. Itulah yang saat ini Ayla pikirkan. Ia sangat takut kehilangan keluarga untuk kedua kalinya.

Ayla tahu bahwa pernikahannya mungkin akan berakhir suatu saat nanti, namun hati kecilnya ia tidak ingin hal itu terjadi. Bolehkah ia sedikit egois, ia tidak ingin posisinya tergantikan sebagai seorang istri maupun seorang menantu.

"Assalamualaikum!" Sahut seseorang dari arah belakangnya. Dan ia tahu bahwa itu pasti Azad, karna hanya Azad santri yang begitu dekat dengannya di Ponpes ini.

Ayla menoleh dan mendapatkan senyuman hangat dari Azad.

"Ngak ngagetin lagi kan?" Tanya Azad sembari duduk disampingnya

Ayla tersenyum tipis,
"Waalaikumsalam ... iya ngak." Ucap Ayla lembut.

"Kok ngak masuk kelas?" Tanya Ayla, karna seharusnya para santri sudah masuk untuk melaksanakan proses pembelajaran.

"Iya nih, soalnya Azad lagi tugas jadi keamanan hari ini."

Mendengar itu Ayla hanya beroh riah.

"Kebetulan ketemu sama mbak Ayla disini, Azad mau kasih ini," ia menyelusup kantong bajunya dan memberikan 2 permen kaki ke arah Ayla.

"Permen." Ucap Ayla pelan.

Azad mengangguk mengiyakan,
"Seterusnya Azad akan selalu kasih, kak Ayla permen."

"Kok gitu, nanti kamu jajannya gimana? Kalau sering kasih kakak permen."

"Tenang aja kak, soal itu gampang yang penting kakak selalu tersenyum."

"Kakak tahu ngak makanan yang manis itu selalu bikin mood jadi lebih baik. Misalnya seperti es cream dan salah satunya ya permen ini." Ucap Azad.

"Makasih ya, Zad." Tutur Ayla dengan tersenyum tipis.

Tanpa mereka sadari ternyata dari kejauhan Gus Irsyad telah memantau mereka. Karna sebenarnya ketika Ayla menuju ke ndalem. Dari kejauhan, ia melihat istrinya itu terlihat sendu ketika melihat Umi dan Ning Salma yang tengah bercanda gurau. Sehingga ia mencoba untuk mengikutinya. Awalnya ia berniat untuk menghampirinya, namun karna masih merasa canggung ia mengurungkan niatnya itu.

Kini terlihat Gus Irsyad yang menghembuskan nafas berat, rasanya ada sesuatu yang salah dengannya. Melihat Ayla yang tersenyum begitu menawan dengan Azad. Mereka bercanda gurau seperti tak ada orang lain di dunia ini. Ini tidak mungkin rasa cemburu kan?
Ia kemudian berjalan menghampiri mereka.
"Assalamualaikum." Sahutnya.

"Azad, apa yang kamu lakukan disini?" Tanyanya dengan tatapan yang intimidasi.

Mendengar itu serempak Azad dan Ayla menoleh dan menjawab,
"Waalaikumsalam."

"Gus ... Azad lagi tugas jadi keamanan." Ujar Azad jujur.

"Apa yang saya lihat berbeda Azad, kamu malah bercanda gurau disini. Kamu tahukan Ayla bukan mahram kamu." Ucap Gus Irsyad lagi.

"Tapi Azad kan belum baligh, Gus." Tutur Azad.

Seketika Gus Irsyad jadi salah tingkah. Ia lupa akan hal itu, kemudian Ia berdehem kecil,
"Ekhemm.. yaudah sana, lanjutin tugas kamu." Usir Gus Irsyad.

Gus Irsyad gak asik, gangguin aja, benak Azad.

Ia menoleh ke arah Ayla,
"Kak, Azad permisi dulu ya, Assalamualaikum." Ucapnya dengan tersenyum.

"Waalaikumsalam." Balas Ayla tersenyum tipis ke arah Azad.

Kini hanya menyisahkan Ayla dan Gus Irsyad. Hawa kecanggunganpun terjadi di antara mereka.

"Kamu ngak ke ndalem?" Tanya Gus Irsyad membuka percakapan.

"Nanti aja." Jawab Ayla singkat.

"Sekarang aja. Mau saya temenin ngak? Bukan.. maksud saya, saya pengen ke ndalem juga. Jadi sekalian barenggan aja." Ucap Gus Irsyad sedikit gugup entah apa yang dia katakan.

Ayla mengerjitkan keningnya, dengan berat hati ia kemudian berjalan tanpa menjawab pertanyaan suaminya itu.

Gus Irsyad yang mendapatkan perlakuan seperti itu hanya menatap sabar punggung Ayla.

Diperjalanan,
Ayla berjalan lebih dulu, sedangkan Gus Irsyad berjalan dibelakangnya sembari menatap sendu punggung rapuh Ayla.

"Kamu masih marah sama saya?" Tanyanya tiba-tiba.

"Marah untuk apa?" tanya Ayla balik.

"Soal hari itu."

Ayla berhenti sejenak, lalu lanjut berjalan.
"Hari itu lupain aja." Jawab Ayla.

"Bagaimana caranya?"

Ayla berhenti lagi,
"Anggap aja itu mimpi." Tuturnya.

Gus Irsyad terkekeh pelan, namun dapat Ayla dengar dari depan.

"Apa kamu pikir semuanya akan baik-baik saja, setelah hari itu? Tidak Ayla."
Ia menarik kasar tangan Ayla membalik tubuhnya kearahnya.

Mereka saling berhadap-hadapan sekarang.

"Katakan kita harus bagaimana kedepannya?" Tutur Gus Irsyad menatap tajam Istrinya itu.

Dengan berani Ayla menatap mata suaminya itu.
"Seperti perjanjian sebelumnya, bukankah kita akan bercerai?"

Seketika tatapan Gus Irsyad melembut. Benar kata Ayla, ia tidak bisa mengelak akan hal itu. Ia melepaskan tangan istrinya itu.
Merasa pergelangan tangannya dilepas, Ayla lanjut berjalan. Tinggallah Gus Irsyad mematung ditempatnya sembari melihat punggung istrinya yang mulai menjauh.

Dia tidak tahu ada apa dengan dirinya sekarang. Di satu sisi dia mencintai wanita lain. Namun entah mengapa ada rasa yang menyakitkan ketika Ayla mengatakan mereka akan bercerai.
Apakah dia sudah terjebak dengan perjanjian bodoh ini?
Atau rasa cintanya kepada Ning Salma? Ataukah ia terjebak pernikahannya dengan Ayla? Atau mungkin hanya karna rasa tanggung jawab? Entalah ia bingung dengan dirinya sendiri.


─ ⋆⋅☪⋅⋆ ─

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Seperti Rembulan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang