Part 20. ☪

97 2 0
                                    

اَللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

"Allahumma sholli 'ala sayyidina Muhammad wa 'ala ali sayyidina Muhammad."

"Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga Nabi Muhammad."

لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ

"Laa ilaaha illaa anta subhaanaka innii kuntu minadz dzaalimiin."

"Tidak ada tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim."

Perkara Santriwan



"Wih siapa tuh santri baru ya?"

"Gak tahu kok nanya saya?"

"MasyaAllah cantik banget."

"Anak orang manis banget kayak kurma, jadi pengen tak hap."

Mendengar bisik-bisikan santriwan membuat Azad mengedarkan pandangannya mencari keberadaan orang yang mencuri perhatian teman-temannya itu. Namun karena temannya yang kayak tiang listrik semua membuatnya harus menjinjit tapi tetap saja ia tidak bisa melihat siapa gadis itu.

"Minggir-minggir kalian ini kok pada ngumpul di jalan bukannya langsung ke Masjid, mau di marahin sama Pak Kyai toh?" Ucap Azad sembari mengeser mereka satu-persatu untuk melihat siapa wanita itu.

Setelah berhasil ia melihat ke arah mata temannya memandang.
"Owh iki toh, cuma mbak Ayla tak kirain siapa." Ucapnya sambil menghela nafas.

"Mbak Ayla?!" Sahut para santriwan serentak.

"Kamu kenal sama dia?"

"Iya, orang mbaknya suka ke ponpes kok."

"Lho kok kitanya gak pernah lihat?"

"Itu tandanya kalian matanya ditutup sama Allah, soalnya kalau lihat cewek cantik lupa Gadhul Bashar!" Ucap Azad dengan menekan kalimat terakhirnya.

"Yang bener atuh jawabnya?"

"Iya-iya, jadi.. Mbak Ayla datang setiap kita lagi belajar dan kebetulan karena aku anak yang rajin suka membantu bawa-bawa buku jadi biasa ketemu tapi hanya di hari-hari tertentu aja dia datang." Ucapnya dengan sombong.

"Owh~ berarti bukan santriwati baru ya?"

"Bukan, dia sepupunya gus Irsyad."

"EkHemm!"

Mendengar deheman itu sontak mereka berbalik.

"G-gus!" sahut salah satu dari mereka dengan suara yang agak tercekak.

"Tadi kalian semua bukannya di suruh langsung ke Masjid ya? Ngapain pada ngumpul disini?" Ucapnya dengan tatapan yang mengintimidasi dan suaranya yang deep.

"Iya gus ini kita mau pergi," sahut mereka dengan cengiran.

"Permisi gus."

"Hapunten gus."

"Nuwun sewu gus."

Belum sempat berbalik menyusul kawannya, Azad diberhentikan oleh suara gus Irsyad.

Seperti Rembulan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang